dua puluh tiga

1.2K 167 25
                                    


🍁

Singkatnya, sama kamu enggak ada alasan untuk berhenti mencintai.
________

Mungkin benar, bahwa ; tokoh utama akan selalu dipasangkan dengan pasangan yang sudah ditentukan. Dia sendiri yang menempatkan diri pada kemunafikan, menghilangkan tapi tak mampu, melupakan tapi tak ingin, ya—semuanya pada halaman yang sudah dinggap usai pada dasarnya belum. Dia, Aran Norven Chaesar—barangkali seharusnya mengerti ada banyak kisah yang tak pernah mampu dilanjutkan dengan orang baru, sama seperti apa yang sudah ia lakukan dan rasanya semua berajlan sia-sia dan membuang waktu saja, karena Fiony pada kenyataannya adalah peran utama yang dimaksud, Dey agaknya memang benar. Sebenarnya Aran hanya memberikan jeda, meskipun sebenarnya terdengar konyol dan tak masuk akal bagi beberapa orang. Memang, kisahnya terasa begitu gila dan tak mampu dimengerti banyak orang, usai yang tak tertanda tanpa sadar sebenarnya beberapakali ia menunggu momen dimana semuanya yang sempat hilang kembali, momen dimana pada akhirnya Fiony berada dalam dekapannya lagi, sama seperti sekarang ini.

Aran melepaskan pelukannya setelah puas berada di dekapan Fiony beberapa menit seraya menyimpan dengan baik pada otaknya momen dimana dia merasakan Fiony untuknya. Berdiri dengan jarak yang sangat dekat, menyusup dalam pada mata indah milik gadis dengan tahi lalat dibawah matanya. Sialnya—soal Fiony bagi Aran tak pernah ada celah, gadis ini dengan apapun kondisinya selalu terlihat begitu sempurna, dan tentu saja Aran menyukai. "Eem—kenapa sih kamu tumben gini." Ucap Fiony searaya mengalihkan pandangannya dari tatapan dalam Aran, meskipun bukan pertama kali dalam posisi sedekat ini, tetepi rasanya tetap sama bagi Fiony, Aran terkekeh melihat salah tingkah Fiony yang terlihat menggemaskan, tangannya tanpa permisi mengacak poni tipis milik gadisnya ini.

"Ga papa, kamu cantik."

Helaan nafas Fiony lolos begitu saja mendengar sedikit pujian klasik yang kerap Aran lontarkan padanya, kemudian ia sedikit mendorong bahu Aran, "Udah ah awas lepas, aku mau bikin spagetti buat kamu katanya tadi pengen makan itu." Ungkapnya, baru saja akan melepaskan diri dari rengkuhan Aran, tangannya berhasil ditahan oleh Aran, dan tentu kembali membuat gadis itu bertanya-tanya. Aran memberikan cengiran tanpa dosanya kala melihat ekspresi Fiony, "Kali ini biar aku aja yang masak."

"Hah?"

"Udah ih aku yang masak oke, aku enggak jadi pengen makan spagetti buatan kamu." Lagi—Fiony mengernyitkan dahinya bingung dengan tingkah Aran yang kini dengan begitu lembut menarik tangannya agar sedikit menjauh dari dapur. "Kenapa sih, kamu abis makan apa deh kok agak aneh gini, jadi takut?" Cerca Fiony. Aran tersenyum manis tanpa banyak bicara, ia menarik stool bar dapur membiarkan Fiony duduk disana. Meskipun dengan perasaan yang kebingungan dengan tingkah Aran sekarang tapi tentu saja Fiony menurutinya, membiarkan lelaki itu berkutat dengan bahan-bahan spagetti yang dia mau.

"Aku baru belajar resep baru, kamu harus cobain." Tutur Aran seraya melepaskan kemeja flanelnya dan hanya menyisakan kaos hitam polos. Fiony tersenyum tipis, memperhatikan bagaimana Aran mulai berkutat dengan dapur dan teman-temannya, dan juga bagaimana sesekali mulut lelaki itu bergumam tak jelas membaca setiap bahan atau bertanya mana yang seharusnya dipakai, ah—lucunya. Bersama Aran hampir 5 tahun tak pernah Fiony dapatkan Aran seperti sekarang, danya banyak hal yang berubah pada sosoknya dan entah itu sejak kapan terjadi. Dan ya sempurna, Aran selalu punya cara untuk membuatnya bahagia dengan tingkah tak terduganya itu.

Jika boleh jujur, dulu—jauh sebelum dirinya dan Aran begitu rumit, atau kisahnya yang berkali-kali menyudutkannya untuk terus terlihat benar meksipun salah, Fiony selalu mendambakan sosok Aran yang hangat dan detail secara terang-terangan. Tapi sekarang apa yang dia inginkan beberapa tahun belakangan mulai diperlihatkan tanpa diminta.

Because It's You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang