🍁
Pada hati-hati yang terluka ; usai tapi tak berhenti mencintainya.
_________
Luka nya tak pandang bulu, baik Aran dan Zee mereka terluka dalam perannya masing-masing, keduanya sama-sama mendapatkan title yang menyedihkan di judul setiap cerita yang Fiony karang belakangan ini. Atau bahkan pemeran utamanya, Fiony-sebenarnya pun mendapatkan lukanya sendiri. Tapi, pada tema yang dibangun barangkali memang Aran lah yang paling tersakiti. Itulah, mengapa Mira benci mengatakan jika Cinta itu Universal, semua orang berhak jatuh cinta pada siapapun. Karena pada kenyataannya pada siapapun yang dimaksudkan tetap memberi penawaran luka yang siap menyapa kapan saja. Lihatlah, bagaimana Aran amat terluka sekarang, emosinya memuncak, perkataan kasar yang keluar sudah menyapa telinga Mira berkali-kali, bahkan gadis gamers itu sepertinya tak perlu mengatakan apapun, Aran hanya butuh dirinya ada, dan kini dia benar-benar ada, duduk menikmati minumannya yang entah sudah berapa banyak Mira tuang seraya menatap Aran yang terpuruk akan cinta.
Kata kebanyakan manusia, jangan salahkan perbuatannya salahkan orangnya.
Ya, Mira jelas tak mempunyai hak menghakimi siapapun, tapi apapun alasannya selingkuh adalah hal yang terlalu hina ditelinga Mira. Mendengar setiap kata yang keluar dari Aran membuatnya muak sendiri, meskipun Mira tau jika lelaki dihadapannya sekarang sudah sangat berusaha membuat kalimatnya terdengar sangat baik soal Fiony.
Semuanya selesai, tiga tahun tak berbicara apapun soal hubungan mereka ; Fiony dan Aran. Aran, lelaki itu lebih dulu mengatakan usai dalam hubungan bukan berarti selesai dalam mencintainya, karena pada skenario yang dirinya buat dia mencintai Fiony, dia mengarang banyak beberapa jam yang lalu, lelaki itu seolah ingin membelokan skenarionya menjadi Fiony mencintainya lagi dan lagi sampai kapanpun nanti. Ah, ya -anggaplah jika manusia ini bodoh soal percintaan, tapi apa boleh buat? Tak ada yang menghalangi cinta itu ada dan untuk siapa. Mira pun tak banyak bicara, mau mengatakan bodoh ya pada kenyataannya memang bodoh. Mau bagaiman lagi? Itu keputusan Aran mencintai seseorang. Meski Mira benar-benar muak, karena sudah terkhianati masih sanggup mengatakan dia sangat mencintai, dimana otak lelaki dihadapannya kini?
Hembusan nafas Aran kembali terdengar gusar, botol yang akan Aran raih lebih dulu Mira jauhkan dari jangkauannya. "Mirr.."
"Gue mau minum, gue mau lupain semuanya, Mir!"
"Mir tolooong!"
"MIRA!"
Mira berdecak, dia masih membereskan beberapa botol kosong, juga beberapa yang masih terisi, menyingkirkannya dari Aran yang sebenarnya sudah terkapar lemas. "MIRA!"
"CUKUP RAN, UDAH!" Mira menghela nafasnya, ia duduk menatap nanar sahabatnya ini. "Goblok boleh tapi jangan sampai lo mati cuma karena cinta, lo masih punya banyak kesempatan buat jatuh cinta sama orang lain, enggak gini caranya. Goblok tau enggak lo!" Aran menjatuhkan kembali punggungnya pada sofa, kepalanya sudah amat berat akibat alkohol yang mempengaruhinya. Tidak, dia tak sepenuhnya mabok. Kesadarannya masih terjaga sekian persen, samar masih mampu mendengarkan apa yang Mira ucapkan dengan baik, entah wejangan atau makian-makian kecil dan tentu saja ia masih mampu merasakan sakit yang sedari sore tadi menyerang masih menancap dadanya. "ARGGGH! LO KENAPA SIH FIONY, GUE PATAH, GUE SAKIT HATI! KENAPA SIH LO HARUS SELINGKUH, GUE KURANG APA COBA! AAAAARGGH! GUE SAYANG BANGET SAMA LO FIOO!"
"Kenapa lo gini Fiony, kenapa.." Lirih Aran terdengar memilukan, ah-Mira benci ada dalam situasi ini. Dia yang sedari tadi diam pada akhirnya pun beranjak, menarik tubuh Aran dalam dekapannya. "Lo enggak pantes kayak gini buta orang yang enggak bisa menghargai lo."