dua puluh dua

1.4K 187 38
                                    

🍁

Pada akhirnya kita kembali pada ceritanya masing-masing, dengan dalih ; menuntaskan.

__________

Fiony : ke rumah aja nanti aku buatin spagetti nya.

Aran menglock ponselnya kemudian sedikit menyingkirkan dari jangkauannya, bahkan pesan dari Fiony soal spagetti favoritnya pun tak lagi menarik untuk Aran. Atensinya kini sepenuhnya pada seseorang yang menghilang atau terpaksa hilang. Aran menghela nafas dalam, bertemu dengan gadis ini, duduk ditempat yang sama dengan minuman favorit masing-masing  hari ini sebenarnya tak ada dalam rencananya sendiri. Skenario Tuhan yang mempertemukan, dan mungkin sekarang menghabiskan sedikit waktu untuk berbincang bersamanya dan menunda makan spagetti buatan Fiony bukan hal yang buruk.

Tengang hari ini, pertemuan yang tak disengaja, tak ada dalam rencana terdekatnya, atau sebenarnya dia—Aran pun mulai lupa, siapa dan halaman berapa pernah ada cerita ini bersama sosoknya? Aran menghela nafasnya membuang beberapa kecanggungan yang terjadi diantara mereka, sedikit deheman kecil dari Aran mampu mengalihkan perhatian seseorang yang duduk dihadapannya sekarang, gadis itu kemudian menutup ponselnya dan menyingkirkannya sama seperti apa yang Aran lakukan. Aran menggaruk pelipisnya yang tak gatal, kini dia mulai bingung harus mengawali obrolannya dengan seperti apa. "E-e-em, hai, apa kabar? Lama enggak ketemu, emm, harusnya kabar baik kan?"

Dia mengangguk pelan sebagai persetujuan kalimat terakhir yang Aran berikan, "Ya, tentu saja. Lo sendiri? Harusnya juga baik sih, iya kan?"

"Hem, ya gue baik."

Hingga kembali lagi hening yang mengambil alih pertemuan mereka yang tak disengaja, membiarkan ruang-ruang kosong yang sudah tercipta makin kentara. Jelas, baik Aran maupun dia sama-sama merasa canggung setelah pertempuran terakhir mereka yang sudah terlampau lama. Wajar bukan?

Berbicara soal mereka, dulu jika saja diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan, gambaran cerita bagaimana yang didambakan? Banyak orang tentu akan menjawab sisi yang melibatkan kebahagiaan juga keharmonisan didalamnya lebih dominan, itu sudah jadi hal lumrah dalam urusan percintaan, pun dengan mereka yang pernah mengungkapkan perkara cinta dan seisinya. Akan tetapi, jika semua soal kebahagiaan tentu saja tidak ada di setiap buku yang ditawarkan, sebab sebenarnya soal perasaan dan jatuh cinta adalah tentang dimana beberapa emosional perasaan dalam diri terkumpul dan silih berganti saling menyapa pada dua kepala yang memiliki perasaan itu. Cerita perjanjian kebahagiaan  yang ditawarkan rasa-rasanya hanya penawaran sederhana untuk menarik seseorang bersedia bersama kita barang beberapa waktu, sisanya jelas tidak pernah ada dalam cerita manapun yang mengungkap kebahagiaannya saja, semua cinta berisi soal perasaan yang dilimpah balikan. Sebab cinta akan terlihat sangat monoton jika hanya perasaan bahagia saja yang dirasakannya.

Sama seperti dengan dua insan manusia sekarang ini.

Ya, mereka—Dey juga Aran ; dua orang yang pernah berceloteh kecil soal kebahagiaan di dalam cinta, atau yang pernah dengan paksa menyingkirkan cerita sederhana yang dianggap menyakitkan untuk keduanya dibeberapa kesempatan, yang pernah saling bertukar hingga sekarang sukar. Ya, disini, kembali bertemu dan menyapa, atau mungkin kembali akan bercerita konyolnya suatu perasaan dalam kecanggungan yang kentara. Mendeklarasikan sebuah kebahagiaan-kebahagiaan yang sempat mereka gemborkan dalam hubungan. Meski enntah hubungan mana yang mereka maksud.

Terjebak dalam ruang yang sempat mengalihkan perhatiannya dari sosok Fiony—Aran, barangkali bisa mengatakan sosok didepannya ini cukup handal mengenai perasaan, tapi bagaimana pun rupa-rupanya tak berlangsung lama. Aran tak bohong jika beberapa waktu ia sempet menaruh kisah yang melibatkan perasaan dengan gadis di hadapannya ini, meski ceritanya pun usai tanpa permisi. Kini, seakan keduanya melupakan dalam rasa bersalahnya masing-masing, atau lebih tepatnya hanya Aran yang berperan dalam salah, beberapa waktu tak lagi saling menyapanya. Ah—bahkan perubahan kecil yang terlihat manis pun Aran lewatkan. Ya, soal poni yang entah darimana gadis ini termotivasi untuk dibuat dan ia terlihat lebih menggemaskan. Bukan Aran tak menyukai, jelas saja suka, maksudnya Dey—gadis yang ada dihadapannya sekarang terlihat begitu berbeda, Dea  Angelina yang sekarang tak pernah ada di bayangan seorang Aran. Hembusan nafas keduanya saling beradu samar menembus keheningan yang mereka bangun sendiri, terlihat canggung pada pertemuan yang tak pernah direncanakan lagi sebelumnya. "Eum—gue suka poni lo." Tutur Aran yang pada akhirnya memulai membuka pembicaraan.

Because It's You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang