〄 Prolog

158 25 7
                                    

   Ia mematung tepat di depan pintu itu sembari menggenggam kepingan puzzle pada tangan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Ia mematung tepat di depan pintu itu sembari menggenggam kepingan puzzle pada tangan kirinya. Sejenak ia memejam, mengeratkan genggamannya, menahan tangis kala mengingat ia harus meninggalkan semua yang dicintainya.

   "Junseok-ah! Jangan lakukan itu!" teriakan wanita terdengar, membuat yang terpanggil menoleh dengan spontan. Menatap pilu presensi indah yang tengah berlari ke arahnya, terengah-engah serta air muka khawatir yang tak bisa di sembunyikan.

   Hal itu membuat Han Junseok bergegas membuka pintu di depannya, tak peduli dengan cahaya terang yang berasal dari hologram lingkaran yang berada di pusat ruangan aneh tersebut. Dua diantara tujuh puzzle di sana masih kosong. Seketika kepingan berwarna biru yang ia genggam bersinar pula, terbentuk ukiran angka enam di sana.

   "Junseok! Ibu mohon, jangan lakukan itu!" kini sang Ibu telah berada di ambang pintu, menatap dalam kedua galaksi indah yang terpatri pada manik sang putra sulung.

   "Eomma..."

   "Biarkan aku melakukan ini."

   "Semua nyawa bergantung padaku,"

   "Setidaknya hanya ada satu nyawa yang menjadi korban. H-Hanya aku."

   "Junseok! Apa yang kau bicarakan? Kau tega membiarkan Eomma-mu sendirian?!" tetes air mata tak sanggup lagi ia bending. Semua telah membasahi pipinya. Tubuhnya lemas. Ingin sekali ia memeluk putranya.

   "Buah hatimu bukan aku saja, Eomma."

   Seohye menggeleng kasar, memejamkan mata guna meredam semua rasa sakit yang mendominasi hatinya. Hingga-

   "Eomma, Junseok pergi."

   -total hatinya hancur saat tak sanggup mengejar putranya. Menyisakan isak tangis kencang yang tak kunjung mereda, serta keenam puzzle yang telah terpenuhi di hadapannya.

   Putranya telah pergi.

   Sekolah kuno ini menjadi saksi bisu di mana Seohye kehilangan satu sisi belahan jiwanya.

   "Nak, cita-citamu menjadi pahlawan telah terwujud."

꧁ 〄 ꧂

!WARNING!
Cerita ini hanya FIKTIF BELAKA, tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan kehidupan asli artis yang hanya MENJADI VISUALISASI saja.

Cerita ini juga terinspirasi dari beberapa MV GOT7, diantaranya Last Piece, Breath, You Are, dan Lullaby.

Terimakasih atas dukungannya, semoga cerita ini bisa menjadi teman atau bahkan sahabat yang senantiasa kalian tunggu kehadirannya.

Salam manis, Nurrisma.

Salam manis, Nurrisma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Last PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang