𝐢𝐢. Coffee (커피)

92 18 3
                                    

   Dua lelaki tengah terpaku di depan bangunan coklat yang biasa mereka sebut 'rumah'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Dua lelaki tengah terpaku di depan bangunan coklat yang biasa mereka sebut 'rumah'. Konstruksi yang seharusnya mereka masuki dengan santai dan tenang itu agaknya kini membuat amat gelisah. Youngjae dan Yugyeom tak henti-hentinya berdecak kendati tak ada prakarsa yang kiranya masuk akal.

   "Jaebeom Hyung tidak boleh tahu jika ponselku tertinggal, ayolah," yang termuda memohon pada Ahn Youngjae, berharap ia akan mencari alasan lain perkara mereka yang sudah sangat terlambat pulang ke rumah.

   "Tapi aku tidak punya alasan lain, Gyeom-ah," ucap Youngjae lebih terdengar sebagai sindiran. Ia tengah menahan tawa sekarang--niatnya adalah untuk menggoda dongsaeng-nya itu.

   Lantas Yugyeom menjentikkan jarinya, mimik mukanya kembali cerah tanda sebuah ide melintas di pikirannya, "Kita katakan saja bahwa kau harus pulang terlambat karena menghadap Kwon Ssaem, otomatis Jaebeom Hyung akan tahu kalau aku harus menunggumu!"

   Yugyeom hendak mendahului Youngjae dan masuk ke rumahnya antusias, namun dengan cepat seniornya itu menarik lengannya dan membuatnya harus kembali menerima ocehan, "Lalu kau akan membiarkan Jaebeom Hyung menertawaiku? Tidak bisa! Pokoknya aku akan mengatakan padanya bahwa kita pulang terlambat karena dirimu!"

   "Y-Youngjae Hyung!!!" sayang sekali, Yugyeom gagal untuk menahan Youngjae agar tidak lebih dulu membuka pintu rumah. Lantas mereka sama-sama menjadi patung kala melihat Lee Jaebeom tengah berjalan dengan santai sambil menatap layar ponselnya.

   Jaebeom menyadari bahwa dua orang yang sedari tadi ia cari telah datang dan terpaku di sana, sesudah itu ia berhenti menatap benda pipih di genggamannya dan memilih untuk menotalkan atensi pada Youngjae dan Yugyeom yang masih setia pada posisinya.

   Jaebeom mengernyit, memperhatikan mereka berdua dari ujung kaki sampai ujung rambut. Mereka benar-benar seperti patung, tak ada yang berani mengawali pembicaraan. Canggung sekali.

   "Darimana saja kalian?" pribadi tertua itu meletakkan ponselnya pada meja ruang tamu, lantas menutup laptop yang sedari tadi terbuka dan merapikan beberapa kertas yang berserakan di sekitarnya.

   "Tadi Yugyeom---," Youngjae hendak blak-blakan, namun terhalang oleh si bungsu yang tiba-tiba membekap mulutnya dengan telapak tangan. Jadilah mereka bertengkar kecil di sana. Persis sekali seperti anak sekolah dasar yang tengah berebut permen.

   Dan Jaebeom tak menunjukkan ekspresi sama sekali. Datar, ia hanya fokus pada pekerjaannya--merapikan bekas mengerjakan tugasnya, tak peduli dengan kedua adiknya yang tengah berusaha saling menutup mulut.

   "YUGYEOM KEHILANGAN PONSELNYA!" sepuluh detik berlalu, akhirnya Youngjae berhasil menyingkirkan kedua tangan Yugyeom yang berusaha mencegahnya untuk berbicara.

   Detik itu pula Jaebeom terdiam di tempatnya, membuat Youngjae dan Yugyeom juga ikut terpaku dan menatap hyung-nya dengan tatapan khawatir. Mereka menjadi patung masih dengan posisi Yugyeom yang berusaha menutup mulut Youngjae, dan Youngjae yang menghalangi lengan Yugyeom.

Last PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang