Part 8

835 188 5
                                    

Part 8

Pagi yang indah menyapa Ariana, hari senin yang menurut sebagian orang sangat menyebalkan tidak berlaku baginya. Tokonya buka hampir setiap hari, tiada hari tanpa bekerja membuat Ariana terkadang lupa akan nama hari. Namun, sekarang berbeda, karena setiap hari terasa lebih menyenangkan, pesan-pesan dari Nando dan segala perhatiannya membuat Ariana merasa dicintai, harinya lebih berwarna.

Ariana tidak lupa menanyakan keadaan Lala pada omanya, gadis kecil itu sudah membaik bahkan sekarang dia sudah merengek lagi ingin bertemu dengan Ariana. Seandainya tidak ada janji bertemu Nando, Ariana ingin sekali bertemu dengan Lala dan meminta maaf padanya, mungkin nanti sepulang bertemu dengan Nando akan Ariana usahakan menemui Lala.

Ponselnya terus saja bergetar, rupanya Nando sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya, Ariana terkikik dalam hati, begini ternyata rasanya jatuh cinta, pantas sepupunya itu tidak pernah kapok pacaran.

“Hai, Ari, kamu udah selesai dengan pekerjaan kamu?”

“Baru selesai baking sih, tapi udah bisa dihandle sama asisten aku.”

“Aku tunggu di kafe kemarin ya, tapi sekarang aku di rooftopnya, nanti tanya aja sama waitressnya!”

“Oke, see you.”

Hari Ariana semakin berdebar tidak karuan, di perjalanan menuju kafe Ariana tidak bisa berhenti bernyanyi mengikuti alunan lagu di audio mobilnya, lagu  Can’t Stop the Feeling dari Justin Timberlake mengiringinya sapanjang jalan.

Nothin’ I cant see but you when you dance, dance, dance
Feel a good, good creepin’ up on you
So just dance, dance, dance come on
All those thing I shouldn’t do
But you dance, dance, dance
And ain’t nobody leavin’ soon , so keep dancin’
I can’t  stop the feelin’
So just dance, dance, dance
I can’t stop the feelin’
So just dance, dance, dance, come on

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, jalanan Jakarta tidak terlalu padat di jam kerja, Ariana merasa beruntung tidak bekerja kantoran seperti Laura yang harus berjibaku di jalanan dan dengan tumpukan berkas. Bersyukur Nando juga memiliki usaha sendiri jadi waktunya bisa menyesuaikan jadi mereka bisa bertemu sebelum jam makan siang.

Sesampainya di kafe, Ariana langsung di antar oleh waitress menuju rooftop, di sana Nando sudah menunggunya. Nando yang tampan semakin memukau dengan tampilan kasual, kemeja planel dengan kancing terbuka dan kaos Abu-abu yang tampak begitu pas, terukir jelas otot dadanya yang bidang, Ariana merasa wajahnya memanas saat membayangkan mendekap tubuh tinggi dan tegap itu. Nando menyambutnya sambil mengulurkan tangan, Ariana langsung menerima uluran tangan laki-laki itu, mereka saling berpegangan tangan sampai waitress menghampiri dan mencatat pesanan mereka.

Dua gelas strawberry punch tersaji di meja, mereka menyesapnya sampai Nando memulai pembicaraan, Nando mengeratkan genggamannya sesekali menghela napas, terlihat bingung untuk memulai pembicaraan.

“Ari aku ... gak tahu harus mulai dari mana, aku gak maksud buat gak jujur sama kamu,” lirih Nando berkata  sambil menatap Ariana.

“Tunggu, apa kamu ... ada lagi yang kamu rahasiain dari aku?”

“Dengerin aku dulu Ari, aku gak mau ngomong kalau kamu gak bisa tenang! Sekarang kamu sudah tenang?” Nando kembali menatapnya dan Ariana hanya memberi anggukan kecil.

“Sebenarnya aku sudah menikah, dan punya seorang anak.”

“Apa? Apa kamu gila? Kamu mengaku, singgle di profil kamu, ingat?” Ariana hampir  berteriak.

“Dengar dulu Ari, aku gak bohong! Aku memang udah gak punya pasangan, aku duda, okey!”

“What? Teganya kamu menutupi hal sepenting ini. Kamu tahu? Aku menggunakan Madam Rose, untuk mencari jodohku sendiri, aku gak mau dijodohin sama Mamaku!” Ariana bergegas bangun, ia akan meninggakan tempat itu, tapi Nando menarik tangannya.

“Lepas! Aku gak suka sama pembohong! Kamu sudah tahu Kang Bolu itu aku, tapi kamu diam, sekarang kamu bilang kamu sudah menikah dan punya anak? Lalu apalagi yang kamu sembunyikan hah?!”

Nando tidak tahu harus berkata apa, ia terlalu kaget dengan reaksi Ariana, ia tidak dapat berpikir jernih, dengan segera ia menarik Ariana ke sisi tembok, rooftop kafe yang sepi ditambah ini bukan jam makan siang membuat Nando lebih leluasa. Didekapnya erat gadis yang sedari tadi berontak dan terus mengatainya pembohong, dengan satu sentakan  mengangkat dagu Ariana dan menyergap bibir gadis itu. Ariana yang sedari tadi berontakpun langsung terdiam saat Nando mengecup bibirnya, tidak cukup dengan kecupan kecil Nando menghisap pelan bibir bawah Ariana, lembut dan dalam seolah ingin mengungkapkan isi hatinya, tanpa disadarinya Ariana sudah mengalungkan langannya di leher Nando.

Ariana memang pernah dicium oleh Nando tapi hanya berupa kecupan saja, tapi kali ini Nando berbuat lebih dan Ariana seperti anak yang penurut mengikuti setiap gerakan bibir Nando, bahkan saat ia membuka mulutnya tidak disia-siakan oleh laki-laki itu yang langsung menjelajah kesetiap rongga mulutnya. Ciuman Nando yang begitu membuai membuat Ariana lupa akan kemarahannya, bahkan saat ciuman mereka usai, Ariana hanya bisa memalingkan wajahnya karena malu. Nando tidak bisa menahan diri untuk menarik wajah gadis itu agar bisa ia tatap kembali, saat keduanya bertatapan Nando mengusap bibir Ariana dengan jempolnya dan kembali mengecup, kali ini hanya kecupan kecil, tapi sukses membuat Ariana tambah merona.

Setelah berciuman sikap Ariana berubah jadi pendiam, Nando merasa ingin lebih leluasa bicara dengan Ariana dan hari yang semakin siang membuat satu persatu pengunjung kafe bertambah. Nando berinisiatif mengajak Ariana ke bengkelnya, menurutnya lebih baik membawa gadis itu ke tempatnya bekerja, karena nanti para pegawainya pasti sibuk makan siang. Ariana awalnya menolak, karena masih merasa canggung, Nando membujuknya dan berjanji akan menjelaskan semuanya, mau tidak mau Ariana menuruti Nando kali ini, daripada Nando nekad sepeti tadi. Mengingat kejadian tadi membuat wajah Ariana memerah kembali, Nando yang merasa gemaspun langsung berbisik di telinganya yang langsung membuat Ariana tambah malu.

“ Jangan menunduk Ari, nanti aku tidak bisa menahan diri lagi, aku bisa memakanmu sekarang juga!”

“Kamu bilang kita mau ke bengkel kamu kan? So let’s go!” Ariana mengapit lengan Nando dan menyeret laki-laki itu untuk meninggalkan kafe yang sudah mulai ramai. Beruntung di rooftop hanya ada mereka berdua, jadi Ariana  hanya malu terhadap dirinya sendiri.

Mobil Ariana mengikuti  mobil Nando yang ada di depannya, mereka membawa mobil masing-masing, dan Ariana cukup mengikuti Nando karena belum tahu di mana bengkel lelaki itu. Jalanan yang mulai ramai dan padat di jam makan siang, membuat mereka sedikit lebih lama berada di jalanan. Satu jam kemudian mereka tiba di sebuah bengkel yang luar biasa besar, untuk ukuran bengkel itu terlalu mewah. Udara dingin dari AC langsung menyapa kulit Ariana begitu memasuki bengkel, ada beberapa montir yang sedang mengecek mesin, ada juga yang sedang memasang velg dan alat sejenis stereo, sedangkan untuk painting ada ruangan khusus. Bengkel Nando memang bengkel khusus modifikasi, orang-orang dari kalangan atas menjadi pelanggannya, bukannya para konglomerat itu tidak mampu untuk membeli mobil keren, tapi bagi mereka menyulap mobil biasa menjadi mobil keren luar biasa menjadi kebanggan tersendiri, meski terkadang biaya untuk modifikasi melebih harga mobil tersebut.

Nando membawa Ariana ke dalam ruangannya setelah mengajaknya berkeliling, Nando juga tidak lupa membawa beberapa Legendari Burger yang sangat terkenal di kafe tempat mereka bertemu tadi. Saat melihat banyaknya pengunjung kafe untuk makan siang, ia berinisiatif untuk melakukan take away. Rupanya tindakannya di sambut baik oleh Ariana yang langsung menyamber sekantong burger lengkap dengan kentang goreng. Antara kelaparan dan grogi, Ariana langsung melahap burger sampai habis bahkan tanpa minum. Ariana gugup karena, dia tidak tahu apa yang akan Nando bicarakan denganya. Nando berdehem kemudian menyodorkan sebotol air mineral, yang langsung ditenggak oleh Ariana hampir habis. Nando hanya bisa tersenyum, sungguh gadis itu tidak berminat menjaga image di depannya.

“Ari, enam tahun lalu , aku menikah dengan seorang anak gadis teman dari orang tuaku. Usiaku baru dua puluh dua tahun, masih terlalu muda untuk menikah, aku juga masih kuliah. Hanya saja menikah dengan gadis itu merupakan permintaan terakhir orang tuanya, mereka kecelakaan dan tak bisa diselamatkan.” ucap Nando lirih sambil memandang Ariana.

“Lalu kenapa kalian berpisah? Apa karena pernikahan yang dipaksakan jadi kalian tidak bahagia. Lalu berpisah?”

“Kamu terlalu banyak berpikir Ari, apa kamu berpikir aku orang yang tidak bertanggung jawab?” Nando menatap lekat manik Ariana dengan penuh kesungguhan. Yang dijawab gelengan oleh gadis itu.

“Dia istri yang baik, perempuan yang luar biasa yang telah mengandung dan melahirkan puteriku, dia juga mengorbankan nyawanya demi bisa melahirkan buah hati kami. Ya, Ari, istriku sudah meninggal. Aku memilih Madam Rose untuk mencari pendamping, dan aku menemukanmu.”

Ariana hanya tertegun, tidak tahu harus berkata apa. Baginya semua ini terlalu mengejutkan, ciuman yang panas dan tiba-tiba, kemudian pengakuan Nando yang membuatnya semakin bingung. Sebenarnya apa yang dialaminya hari ini diluar harapannya, Ariana berharap hari ini akan ia lalui dengan bahagia, tapi sebuah kenyataan membawanya kembali dari mimpi. Sekarang Ariana tidak tahu harus bersikap bagaimana, hatinya ingin percaya perkataan laki-laki itu, tapi semua yang terjadi begitu mengejutkan baginya, Ariana butuh waktu.

Hallo again, kok sayah jadi sewot sama si Ariana ini ya. Ada yang sama?

Satu kata buat bab ini?

Mari berdo'a agar banjir cepat surut ya. Stay safe teman-teman.

Love yoy 😘

Mak Combalng Jilid 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang