Part 12

766 182 14
                                    

Nando hanya menatap ponselnya, ingin rasanya mendengar suara Ariana, tapi ia tidak berani menelpon. Lelaki itu merasa bersalah, mungkin Ariana membencinya sekarang. Sebagai laki-laki seharusnya ia tidak boleh lemah, tapi gadis bernama Ariana itu terlalu menguasai pikirannya. Gadis itu selalu ceria entah kenapa malam ini dia terlihat murung, mungkin benar dia lelah karena Nando mengajak berkencan di hari kerja, seharusnya dia paham, bukan menuduh sembarangan pada Ariana. Mengingat itu membuat Nando semakin sedih.

Suasana bengkel yang ramai  membuat Nando sedikit mengalihkan pikirannya, Deden hanya cengar cengir menggodanya,  pegawainya itu tidak tahu bahwa kencan bosnya berantakan. Mau tidak mau Nando jadi teringat kembali wajah Ariana yang sedih. Nando tidak lagi melanjutkan pekerjaannya membantu para montirnya lagi, pekerjaannya tidak cocok dikerjakan saat pikiran kacau. Painting harus dilakukan dengan telaten, memang ada mesin untuk pengerjaan tetapi tetap butuh keahlian untuk hasil yang memuaskan. Dari pada mendapat komplain lebih baik Nando berhenti dan minta digantikan.

Baru saja mengganti wearpacknya dengan pakaian biasa, tetiba ponselnya berbunyi. Ranti, sepupu mendiang istrinya menelpon, tidak biasanya gadis itu menghubungi. Nando merasa cemas, dia merasa ada sesuatu yang begitu genting sampai keluarga dari mendiang  istrinya menghubungi. Saat dia menjawab telepon itu, sapaan hangat dan ceria yang dia dapatkan, seketika perasaannya lega. Gadis itu memintanya segera berkunjung ke Jogja, alasannya karena ayahnya atau adik dari mendiang mertua Nando membutuhkan tanda tangannya untuk beberapa transaksi pembelian bahan baku.

Nando sebenarnya merasa tidak berhak mengambil alih pabrik batik mertuanya, dia merasa tidak enak pada paman dari mendiang sang istri, tapi semua hak waris jatuh kepada anak semata wayangnya. Mau tidak mau dia harus mengurus pabrik batik itu, sampai anaknya dewasa nanti., padahal pabrik batik milik orang tuanya-pun harus ia kelola.

Nando sebenarnya malas harus pergi ke Jogja lagi, masalah gudang batiknya yang kebakaran saja baru selesai, belum lagi masalah pribadinya. Sekarang, dia harus pergi lagi ke Jogja, dengan alasan yang sebenarnya bisa diselesaikan cukup lewat telepon saja. Namun, Ranti selalu mengatasnamakan demi Lyla mendiang istrinya, membuat Nando tidak bisa berkutik. Akhirnya Nando mau tidak mau harus kembali lagi ke tempat kelahiran mendiang istrinya, Lyla. Hatinya semakin kacau, ia ingin menghubungi Ariana tapi dia takut Ariana masih marah, Nando berpikir mungkin setelah pulang dari Jogja dia akan menemui gadis itu.

Dua hari berlalu tapi Nando belum menghubungi Ariana, gadis itu merasa gelisah, ia marah tapi rindu. Memberanikan diri akhirnya dia menelpon Nando, perang dingin ini seolah membuat hatinya ikut dingin. Panggilan pertama tidak ada jawaban, tapi panggilan berikutnya dijawab hanya saja yang menjawab bukan Nando, melainkan suara seorang wanita.

“Halo, maaf ya, Mas Nandonya masih di toilet, ada yang bisa saya bantu? Kalau ada yang penting bisa katakan pada saya, nanti saya sapaikan,”  ucap seorang perempuan lewat ponsel Nando.

“Emh ... bisa saya bicara langsung? Saya akan menunggu,” sahut Ariana dengan suara bergetar. Ada rasa sakit saat mendengar perempuan itu begitu akrab memanggil Nando dengan sebutan Mas. Namun Ariana tidak mau berburuk sangka, mungkin saja perempuan itu saudaranya.

“Aduh, maaf ya, sepertinya tidak bisa. Kami sedang berjalan-jalan, tidak bisa diganggu.” sergah perempuan itu dengan nanda ketus.

Hati Ariana sakit sekali, semudah itu Nando melupakannya dan sekarang malah pergi dengan perempuan lain. Ariana berpikir mungkin selama ini hubungan mereka tidak sesepesial yang Ariana kira. Rasa rindu bercampur dengan rasa kecewa membuatnya semakin sakit. Tadinya Ariana akan memberaniakan  diri untuk meminta maaf  lebih dulu, tapi yang dia dapatkan hanya rasa sakit.

Setelah terakhir kali menelpon Nando, Ariana langsung memblokir dan menghapus nomornya, bukan takut Nando membuatnya semakin sakit, tapi justru ia takut tidak bisa menahan diri untuk menghubungi lelaki itu. Seminggu berlalu dilalui dengan penuh air mata, Ariana rindu dengan Nando, tapi dia takut terluka lebih dalam.

Mak Combalng Jilid 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang