part 11

777 174 8
                                    



Permintaan Laura padanya tidak terlalu Ariana pikirkan, Ariana mengangap itu hanya sementara karena Laura merasa sedih saja, mungkin sepupunya itu sedang mencari pelampiasan. Mengobati hati yang luka dengan cinta baru, moto hidup yang aneh, pikir Ariana. Bukankah tidak baik menimbun luka, kemudian hati sudah dipaksakan untuk menerima cinta baru, apakan nanti tidak akan menjadi semakin sakit? Sibuk mencintai orang lain, sampai lupa mencintai diri sendiri, itulah Laura di mata Ariana sekarang.

Ariana menjalani harinya seperti biasa, bahkan ia sudah tidak lagi berbagi cerita tentang orang yang disukainya. Ariana malas kalau harus menceritakan soal Nando lagi pada Laura, gadis itu sepertinya tidak  bisa melihat bahwa Ariana juga sangat menyukai Nando, setiap Ariana akan mengatakan bahwa Nando adalah Kang Bengkel, Laura selalu memotongnya sambil mengemis-ngemis agar dicomblangkan kembali dengan Nando, sebisa mungkin Ariana menghindari pembicaraan yang berbau Nando.

Mama sudah tidak pernah membicarakan tentang perjodohan lagi, sepertinya beliau sudah menyerah, lagi pula, kebahagiaan Ariana yang paling penting untuknya.  Ariana yang selalu tampak bahagia sudah cukup untuk sang mama. Sekarang Ariana hanya tinggal menunggu pernyataan cinta dari Nando, Ariana yakin lelaki itu menyukainya juga, kalau tidak, lantas apa arti kedekatan mereka selama ini? Pesan-pesan yang manis selalu Ariana terima, kemudian perlakuan laki-laki itu selama ini, belum cukupkah untuk meyakinkan lelaki itu tentang perasaannya kepada Ariana? Ariana sungguh tidak mengerti.

Seperti biasa kamis malam Nando mengajaknya berkencan, tidak seperti biasanya, bukan menonton atau makan malam di kafe atau restoran, lelaki itu membawanya makan malam di restotan pinggir pantai. Ariana bahagia, sungguh, tapi hubungan tanpa status juga membuatnya merana. Ariana tidak bisa mengatakan perasaannya, mana mungkin perempuan yang lebih dulu memulai, bukankah harusnya laki-laki yang menyatakan persaannya terlebih dahulu? Nando melihat Ariana tidak bersemangat, biasanya Ariana selalu ceria, tapi kali ini gadis itu seperti menutup diri.

Berbagai hidangan laut yang tersedia tidak membuat gadis itu antusias, padahal yang Nando tahu, Ariana bukan gadis yang mementingkan image, biasanya Ariana akan berseru senang saat melihat makanan, tapi kali ini gadis itu terlihat murung. Nando mulai berpikir mungkin Ariana lebih suka kencan di mall ketimbang restoran pinggir pantai seperti ini. Kerapu bakar, cumi goreng tepung, dan udang saus telur asin terhidang di meja, melihat Ariana diam saja membuat Nando berinsiatif menyuapkan cumi goreng tepung ke mulutnya membuat Ariana berjengit kaget. Nando hanya tertawa melihat gadis itu seakan baru tersadar dari lamunannya, Ariana yang kesal karena ditertawakan langsumg mencubit lengannya, Nando senang akhirnya Ariana yang ceria telah kembali. 

Setelah semua makanan yang tersaji habis tidak bersisa, termasuk es kelapa mudanya, Nando mengajak Ariana menyusuri tepian pantai. Jemari mereka masih saling bertaut, Ariana merasa santai kali ini, buih ombak menyapu kakinya tapi tak terlalu dipedulikan, saat ini Ariana ingin menikmati kebersamaannya dengan lelaki yang telah membuatnya jatuh cinta. Saat genggaman tangan Nando terlepas, Ariana merasakan kekosongan, tapi tidak lama, karena setelahnya Nando memeluknya erat dari arah belakang, semuanya terasa lengkap, semuanya terasa benar. Ariana tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya tanpa laki-laki itu.

“Kamu kenapa, dari tadi diem mulu?” tanya Nando semakin mengeratkan pelukan.

“Gak apa-apa, mungkin aku kecapean aja.” sahut Ariana lesu.

“Maaf yah, aku gak bisa ngajak kamu jalan kaya pasangan lain, sabtu minggu aku temenin anakku, kebetulan minggu kemarin aku free jadi bisa ajak kamu nonton. Yang waktu itu gak sengaja ketemu Laura.”

Pasangan, itu kata yang meluncur dari mulut Nando. Begitu mudah ia ucapkan seolah diantara mereka memang ada sebuah hubungan, tapi hubungan macam apa yang Nando maksud? Bahkan lelaki itu tidak pernah menyatakan perasaannya kepada Ariana. Kemudian nama Laura meluncur begitu saja tanpa beban seolah lelaki itu terbiasa memanggil nama mantan pacarnya.  Kemudian Nando bercerita tentang apa saja yang dia obrolkan selama perjalanan mengantar Laura pulang. Nando juga merasa kagum pada Laura karena sudah hidup terpisah dan mandiri. Hati Ariana merasa sakit, saat menatap Nando yang bercerita sambil tertawa.

Setelah berjalan-jalan sebentar, Nando mengajak Ariana pulang. Nando tidak tahu apa yang salah, entah kenapa gadis itu terlihat murung selama pergi dengannya. Sikap Ariana yang terkesan dingin hanya bicara ketika ditanya, itupun dia menjawab dengan singkat, mau tak mau membuat Nando berpikir mungkin Ariana tidak suka berkencan di tempat terbuka seperti pantai. Nando akan bikin perhitungan pada Deden karena atas idenya Nando membawa Ariana ke tempat itu. Tidak tahan dengan sikap dingin perempuan itu, akhirnya nando menepikan mobilnya di jalan yang sepi, membuat Ariana bingung dengan tingkahnya,.

“Kenapa berhenti? Mogok?” tanya Ariana khawatir.

“Kamu takut aku gak bisa nganter kamu pulang? Atau kamu gak nyaman diam di dalam mobil mogok?”

“Kamu ngomong apa sih? Kamu kenapa jadi aneh?” sela Ariana heran.

“Kamu yang aneh, dari tadi mendadak pendiam, kalau kamu gak suka tempat tadi seharusnya kamu bilang, biar aku gak buang waktu percuma, tahu gak!” bentak Nando dengan nada tinggi.

Ariana hanya membekap mulutnya dengan tangan,  ia terlau kaget dengan perubahan sikap Nando. Ia tidak menyangka Nando bisa membentaknya, tidak ingin lebih sakit lagi, Ariana menutup mulutnya dan memalingkan wajahnya ke arah luar kaca mobil. Ia tidak mengerti kenapa Nando yang lembut bisa jadi pemarah begini. Tanpa terasa air matanya menetes, Ariana merasa Nando berubah setelah bertemu Laura, hatinya semakin merana saat ingat Nando menceritakan tentang Laura sambil tertawa.

Nando melihat Ariana menangispun merasa bersalah, ia juga tidak mengerti kenapa bisa ia bisa sekasar itu kepada Ariana, ia hanya merasa kecewa dengan sikap dingin Ariana, gadis itu sepertinya tidak menanggapinya sama sekali malam ini, Nando merasa kesal karena ia terus saja berbicara tapi lawan bicaranya hanya menanggapi seadanya, seolah bosan untuk bicara dengannya. Bosan, Nando takut Ariana bosan dengannya, apalagi bila ingat kekurangannya, ia merasa tidak pantas untuk Ariana.

“A-Ari, maaf, aku gak maksud buat bentak kamu.”

“Aku gak apa-apa. Aku mau pulang. Kalau kamu gak mau anter aku, aku bisa cari taksi.” lirih Ariana.

“Gak, aku anter kamu pulang, mobilku gak mogok, aku cuma mau kita bicara. Aku gak tahu apa yang terjadi sama aku, aku gak bisa kontrol emosiku, maaf Ari.”

Tidak ada jawaban dari Ariana membuat Nando semakin bingung, akhirnya ia melajukan mobilnya kembali dan mengantar gadis itu pulang. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bicara, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing . Sesampainya di depan rumah gadis itu, Nando tidak langsung membukakan pintu mobilnya, ia masih ingin bicara lebih lama, menyesal tadi dia begitu gampang tersulut emosi, sekarang Ariana bersedih dan tidak mau menatapnya lagi membuat hati Nadno merasa tercubit.

“Ari, maaf. Aku pikir kamu gak suka tempat itu sampai kamu mendiamkan aku, aku pikir kamu lebih suka kita ke tampat yang mewah dan ber-AC dibanding restoran sederhana di tepi pantai.”

“Apa kamu pikir, aku gadis yang seperti itu Do?” lirih Ariana bertanya, ia tidak percaya Nando menganggapnya seperti itu.

“Ari ... please, maafin aku.”

“good night Do.” Ariana membuka pintu mobil sendiri, ia tidak ingin mendengar lagi prasangka buruk lainnya dari mulut lelaki itu, ia butuh sendiri.

Tidak ada yang bisa Nando lakukan, ia sadar malam ini ia telah menyakiti Ariana, seharusnya ia tidak perlu menuding gadis itu, seharusnya dia tahu Ariana bukan gadis manja yang suka hura-hura. Nando tidak mengerti dengan dirinya, dia bukan lelaki pemarah, tapi bersama Ariana seperti membuatnya seperti ABG labil, ia merasa memiliki banyak kekurangan dan ia takut Ariana meninggalkannya. Melihat Ariana bersedih malam ini, membuatnya merasa semakin tidak pantas untuk Ariana.

Jika ada yang lebih buruk dari pertengkarannya dengan Nando, pasti itu adalah kedatangan sepupunya. Laura, gadis itu sedang bersantai di tempat tidur Ariana. Ariana hanya bisa mendengus kesal, tidak bisakah dia tenang untuk malam ini? Seolah tutup mata dengan ekspresi kesal Ariana, Laura merangkulnya membawa Ariana ke tempat tidur, padahal Ariana belum membersihkan diri dan ganti baju, tapi Laura tidak peduli.

“Habis kencan ya? Kata tante, kamu pergi kencan. Aku gak nyangka lho kamu bisa lanjut sama pasangan kencan onlinemu.” cerocos Laura, tidak peduli sepupunya kesal setengah mati.

“Ngapain kamu ke sini?” Ariana balik bertanya.

“Ish, ditanya balik nanya. Aku Cuma mau nanyain kabar Babang  Nando yang seksi dan memesona.” ucap Laura sambil terkikik membayangkan wajah rupawan mantan kekasihnya itu.

“Kabar Nando baik, ngapain nanya-nanya. Bukannya dulu kamu gak suka-suka banget ya sama dia. Sampe sok-sokan selingkuh.” sahut Ariana lagi.

“Heiiii, itu dulu, waktu doi masih kurus kering, cebol , gak banget deh. Kebetulan aja doi masuk tim basket jadi populer, makanya dulu mau sama dia. Ya, kalau ada yang lebih wow ngapain milih yang biasa iya gak?” selorohnya tanpa dosa. Laura tidak sadar perkataanya membuat geram sepupunya.

Setelah mendengarkan celotehan sepupunya, Ariana beranjak dari tempat tidur, ia lelah ingin segera tidur, tapi sebelumnya harus membersihkan diri. Laura berteriak saat Ariana meninggalkanya ke kamar mandi. Ariana pikir kalau ditinggalkan sepupnya itu akan pulang, nyatanya sepupunya masih anteng rebahan di tempat tidurnya.

Laura yang pantang menyerah, terus berusaha mengorek informasi soal Nando, termasuk minta nomor telepon lelaki itu. Ariana tidak tahu tindakannya benar atau salah, karena akhirnya Ariana memberikan nomor Nando kepada Laura. Ariana yakin kalau Nando mengininkan mereka bersama, maka laki-laki itu pasti akan menjaga hatinya.

Sepanjang malam, Ariana mendengarkan Laura menyanjung Nando terus menerus, padahal mereka baru bertemu kembali. Laura tidak menyadari, Ariana tengah bersedih. Mungkin hubungannya  dengan lelaki itu berakhir begitu saja, karena sampai saat ini Nando tidak menghubunginya sama sekali. Biasanya laki-laki itu selalu menghubunginya, tapi mungkin Nando sudah tidak ingin bersamanya lagi. Ariana semakin merana saat lagi-lagi Laura minta dicomblangkan dengan Nando.

Saat Ariana bertanya kenapa Laura begitu  menggebu saat membiacarakan Nando, Laura hanya tertawa sambil berkata bahwa sikap Nando yang perhatian ditambah penampilnya yang berbeda sekarang membuat Laura jatuh cinta. Ariana juga mencintai Nando, Nando selalu bersikap seolah mereka pasangan kekasih, tapi tidak pernah menyatakan cinta, kemudian Laura yang sudah jatuh cinta padahal  baru saja patah hati. Cinta memang serumit ini pikir Ariana, ia tidak lagi mendengarkan rengekan Laura, rupanya sepupunya iti sudah tertidur. Ariana berusaha memejamkan mata, tapi tidak bisa, entah kenapa air matanya seolah tidak berhenti mengalir, Ariana patah hati sebelum memiliki kekasih.

Hallo, maaf update jam hansip yes, 😆

Maklum tinggal di negeri susah sinyal.
Gimana di tempat kalian? Banjir atau tidak? Kita doakan bersama, semoga banjir ini lekas surut.

Stay safe kawan-kawan
Love you 😗

Mak Combalng Jilid 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang