Part 17

859 184 5
                                    



[SOS ... Tante, tolong akuuu ....]

Ariana mengernyitkan dahinya, kenapa tiba-tiba anak itu meminta pertolongan padanya. Ini sudah larut malam, apa yang terjadi sebenarnya? Dengan dada yang berdegup, Ariana melakukan panggilan pada Lala.
“Ada apa sayang?” tanya Ariana penasaran.
“Gawat Tante, tadi habis dianter Tante pulang, aku pergi ke tempat kerja Ayah, eh, gak tahunya ada temen Ayah. Cewek, cantik sih, tapi aku gak suka, dia centil banget Tante, sampe mepet-mepet sama Ayah, Ayah aja sampe risih banget!” sungut Lala berapi-api.
“Mungkin itu pacar Ayah kamu, ih kamu mau punya Bunda baru ya ....” ledek Ariana sambil cekikikan. Ia sudah mebayangkan wajah Lala yang merengut sambil menggembungkan pipinya yang gembul.
“Gak mauuu! Pokoknya, aku gak mau cewek lain yang jadi Bunda baruku, apa lagi tante-tante yang kemarin, sok akrab banget!” Kemarahan Lala semakin menjadi saat mendengar ledekan Ariana.
“Jadi, kamu mau cewek seperti apa yang jadi Bunda kamu?” tanya Ariana penasaran, ia tidak tahu bahwa jawaban dari Lala nanti akan membuatnya semakin galau.
“Kalau boleh, aku mau Tante aja yang jadi Bunda baruku, please Tante, mau ya, mau, pleeese Tante!” mohon Lala kepada Ariana. Gadis kecil itu paham betul dengan sifat Ariana yang tidak bisa menolak keinginananya, ia berharap kali ini Ariana akan mengabulkan keinginan terbesarnya.
“Emh, Lala, kalaupun Tante mau, tapi, belum tentu Ayah kamu mau Tante jadi Baunda baru kamu.” jelas Ariana lembut.
“Nanti aku bujuk Ayah, pokonya kalau Tante sayang aku, Tante harus mau jadi Bunda aku!” tutup Lala tanpa mau mendengar ucapan Ariana lagi.
Ariana melenguh dalam hati, mana bisa ia menolak permintaan Lala, gadis kecil itu terlalu mengemaskan untuk patah hati. Membayangkan wajah sedih Lala sudah membuat hatinya ikut sedih. Ingin rasanya Ariana berteriak, beban di hatinya sudah sangat menggunung. Harus ia akui, ini semua salahnya, sejak awal ia bersalah telah menentang sang mama, seharusnya ia menurut saja saat akan dijodohkan, toh, selama ini, mamanya tidak pernah menuntut apapun darinya.
Dalam hati Ariana menyesal sudah bertindak bodoh, menolak permintaan sang mama, berujung dengan aplikasi kencan online. Bukan, Ariana tidak menyesal telah bertemu Nando, maupun telah menggunakan Madam Rose, hanya saja Ariana terlalu lelah menjalani hidupnya yang penuh drama akhir-akhir ini. Tenggelam dalam kegamangan, akhirnya Ariana terlelap dengan sendirinya.
Keesokan harinya terjadi kehebohan di toko Ariana, sang artis sangat menyukai desain kue buatan Ariana, ia sengaja memborong kue di toko itu tanpa tersisa. Pegawai Ariana begitu senang, pasalnya setelah semua kue habis tak tersisa, Ariana mengajak mereka semua makan-makan untuk merayakan keberhasilan mereka hari ini. Ariana tak lupa mengundang Rio, sebab karena lelaki itu, Ariana mendapat inspirasi.
Ariana berencanakan membicarakan tentang perasaannya terhadap Rio, dia tidak butuh waktu lama untuk berpikir, karena menurutnya, semakin lama ia mengulur waktu semakin lama ia memberi harapan palsu kepada Rio. Ada andil besal sang papa, dalam memutuskan persoalan ini, kali ini dia tidak mau gegabah dengan mengutamakan ego. Menurut papa, ini adalah keputusan yang paling tepat, karena menurut papa, perasaan yang digantung itu nggak enak, biar dimakan kucing saja.
Ariana paham betul rasanya  digantukngkan perasaan, maka ia tidak mau Rio mengalami hal yang sama dengan dirinya.
“Rio, aku harap kamu gak benci denganku, karena keputusan ini, kamu tahu betul bagaimana aku. Mungkin terdengar klise tapi aku tidak bisa memaksakan perasaanku,” ucap Ariana sesaat setelah semua pegawainya pergi meninggalakan restoran tempat mereka makan bersama.
“It’s oke, aku paham, aku gak marah ataupun benci padamu. Aku menyukaimu dan menaruh hati padamu itu hakku, tetapi, diterima atau tidaknya itu semua hakmu sepenuhnya. Jika bisa egois, aku bisa saja memaksamu untuk bersamaku, tetapi seandainya itu membuatmu tidak bahagia, untuk apa?” jelas Rio panjang lebar.
“Tapi aku sudah melukai hatimu, dan aku __”
“Dengar Ariana, terluka saat patah hati itu wajar, tapi kita tidak boleh berlarut-larut dalam kesediahan. Pantang bagiku untuk menyimpan dendam hanya karena ditolak. Tetapi Ariana, kamu tetap bisa datang kapanpun padaku saat kamu membutuhkan bantuan. Aku hanya ingin persahaban kita tidak rusak, itu saja. Apa yang sudah terjalin jangan sampai rusak, hanya karena ego kita masing-masing.” tutur Rio, lelaki itu merelakan Ariana memilih siapapun asal Ariana bahagia.
Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Ariana, ia begitu megagumi Rio, dan sekarang ia begitu menghormatinya. Pantas saja jika papanya begitu mengagungkan lelaki itu. Usianya hanya lebih tua dua tahun dari Ariana, tetapi kedewasaan laki-laki itu membuat Ariana semakin menyukainya sebagai panutan.
Perkataan Rio terus saja menggema di telinganya, bahwa dia tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, ia harus bangkit dan memperbaiki semuanaya. Seandainya Nando tidak mencintainya lalu kenapa? Toh masih banyak yang harus ia perjuangkan daripada terus menerus berlarut dalam kesediahan. 
Sebuah pesan datang dari Nando.
[Aku harus ke Jogja, ada masalah besar di pabrik mendiang mertuaku, do’akan aku, semoga masalah ini capat selesai. Setelah ini aku akan menemuimu.]
[Semoga masalahmu cepat selesai]
Hanya itu yang Ariana tulis, ia tidak mau terlalu berharap pada Nando. Sekarang ia akan lebih mengikhalaskan semuanya, seperti kata Rio, kita tidak bisa memaksakan kehendak kita pada orang lain.
Ariana tertidur lebih awal dengan hati yang ringan. Esok adalah hari yang berat, karena sang mama sudah menunggu jawaban darinya. Mama sudah mendesaknya agar memberi keputusan, apakah ia akan terus berhubungan dengan lelaki pilihannya atau memilih menerima perjodohan yang mamanya tawarkan.
Sementara di tempat lain, Nando hanya menatap nanar pada paman mendiang istrinya, ketamakan sudah benar-benar membutkannya. Tanpa Nando sadari, ia telah menanda tangani berkas pemindahan kuasa atas pabrik tersebut, sehingga sekarang, pabrik itu atas nama lelaki yang dulu sangat Nando hormati.
Jika itu belum cukup gila, sekarang Nando memandang benci pada sepupu mendiang istrinya, karena perempuan itu yang terus saja mengalihkan konsentrasinya saat menandatangani kontrak dengan para suplayer. Perempuan itu mengatakan ia bisa membantu Nando mengembalikan  pabrik itu, dengan syarat Nando mau menikahinya.
Sekarang kepala Nando semakin sakit, ia bukannya tidak rela pabrik itu berpindah tangan, hanya saja itu adalah peninggalan mendiang mertuanya untuk sang putri tercinta. Belum beres masalah dengan Ariana, kemudian masalah datang dari Laura yang ngotot ingin kembali berpacaran dengannya. Sekarang, Nando harus menghadapi Ranti, perempuan yang ingn mendapatkanya dengan cara yang begitu licik.
Tanpa kata, Nando berlalu meninggalkan kantor milik sang paman, ia butuh istirahat dan menenangkan diri. Satu-satunya orang yang bisa ia mintai tolong hanya mamanya. Ia tahu itu tidak akan mudah, mengingat mamanya tidak akan memberi bantuan cuma-Cuma. Nando merebahkan dirinya di kamar hotel yang sudah ia pesan sebelumnya, pikirannya melayang ke sana ke mari.
Pabrik batik itu dibangun dengan susah payah oleh mendiang mertuanya, satu-satunya harta yang mereka tinggalkan untuk putrinya, Lyla, namun, setelah Lyla meninggal, pabrik itu menjadi milik putri mereka. Nando tentu saja lebih dari mampu membesarkan Nayla, tanpa sokongan dari pabrik batik itu, hanya saja itu kenangan dari mendiang Bundanya Nayla dan opa, omanya.
Menekan panggilan kepada mamanya, kini hanya perempuan yang sudah melahirkannya yang bisa menolongnya.
“Halo Ma, aku butuh bantuan,” ucap Nando sedikit gemetar. Ia tahu apa yang akan mamanya pinta, tetapi ia tidak bisa berbuat apapun demi menyelamatkan hak putrinya.
“Katakan saja, Mama akan membantu sebisa Mama, kamu tunggu saja sebentar lagi asisten Mama sampai di hotel tempat kamu menginap.” kata mamanya penuh ketegasan. “Kamu tahu apa yang Mama mau, Do. Tidak ada kata mundur lagi.” tegas sang mama.
Mamanya memang bukan orang sembarang, ia adalah putri dari seorang jendral yang berkuasa di zamannya. Sudah tentu para orang-orang yang setia dengan sang jendral akan tutur mengabdi pada putrinya yaitu mama Nando.  Bukan hal yang sulit untuk sang mama menyelesaikan persoalan yang membelitnya. Nando tahu mungkin ia harus mengorbankan perasaannya, tapi tidak ada lagi yang bisa ia lakukan demi anaknya tercinta. Mengorbankan perasaannya sendiri mungkin akan sulit, tapi apalah arti dari kerja kerasnya selama ini kalau untuk mempertahankan hak anaknya saja tidak bisa.
Seorang lelaki yang lebih muda dari Nando datang menghampiri, menurut mamanya pemuda itu bisa diandalkan dalam mengurus orang-orang bermental sampah seperti Ranti dan ayahnya. Pemuda bernama Akbar itu, memberikan beberapa bukti kalau Nando dijebak oleh ayah dan anak itu. Nando cukup terkejut, ia tidak menyangka mamanya bisa tahu begitu detail semua yang terjadi padanya. Nando mulai berpikir, bukan tidak mungkin mamanya tahu soal Ariana, tapi kenapa mamanya tidak suka dengan gadis sebaik Ariana? Mamanya malah ngotot ingin menjodohkannya dengan anak sahabat beliau.
Keesokan harinya, Nando bisa melihat betapa pucatnya wajah sang paman beserta putrinya itu. Mereka tidak bisa mengelak lagi, CCTV di restoran tempat pertemuan Nando dengan suplayer merekam semua yang dilakukan Ranti. Ternyata mereka seceroboh itu, bahkan Akbar membeberkan perbuatan Ranti yang sudah dengan lancang mengangkat telepon dari Ariana dan menghapus nama Ariana dari daftar panggilan masuk.
Nando tidak habis pikir, kenapa mereka sekejam itu. Hari itu pula, kuasa atas pabrik batik kembali ke tangan Nando. Nando mungkin marah pada keduan orang yang sudah dianggap keluarga olehnya, tapi ia tidak setega itu untuk menjebloskan mereka ke dalam jeruji besi. Nando meminta Akbar memantau pergerakan Ranti dan ayahnya, sedikit saja berbuat macam-macam mereka akan masuk penjara. Saat itu yang Nando lakukan hanya mendepak mereka dari pabrik batik, mungkin saja setelah ini mereka akan menjadi gelandangan, tapi Nando tidak peduli.
Ariana mentapa nanar ponselnya, ia sudah berusaha untuk merelakan Nando, tapi hatinya tidak bisa berbohong, ia sangat merindukan lelaki itu. Berkali ia mengetik pesan tetapi selau ia hapus, mengingat pesan terakhir Nando, bahwa lelaki itu akan sangat sibuk karena masalah pabriknya begitu besar.  Meletakan ponselnya kembali, Ariana duduk termenung sambil mendengarkan lagu lawas dari KoesPlus, Kisah Sedih di Hari Minggu adalah lagu yang pas untuk dirinya saat ini.
Ariana tidak ingin bersedih terlalu lama, tapi, ingatan tentang Nando terus saja membayang dan mengusik pikirannya. Hingga sebuah panggilan masuk dari Lala membuyarkan lamunannya.
“Halo sayang, ada apa?” tanya Ariana bingung, Lala menghubunginya tetapi gadis itu terus-terusan berbisik.
“Tanteee ... kali ini tolong Lala, Tante-Tante genit itu dateng lagi ke tempat kerja Ayah, dia ganjen banget, mana tadi cubit-cubit pipi aku lagi!” sungut gadis kecil itu terdengar marah.”Pokoknya Tante harus mau jadi Bunda aku, tolong Tante selametin aku sama Ayah dari Tante genit itu, please.” Lala yang terdengar memelaspun membuat Ariana tidak tega.
“Tapi gimana kalau Ayahnya Lala gak mau jadiin Tante Bunda kamu sayang?” jawab Ariana kaku, ia tidak yakin dengan apa yang dikatakannya, tapi mendengar Lala begitu memelas Ariana tidak bisa membiarkan anak itu bersedih. Setidaknya ia harus bertemu dengan ayah Lala, dan mengatakan bahwa Lala tidak suka kalau ‘Tante Genit’ yang dimaksud Lala menjadi bunda barunya.
“Aku akan bujuk Ayah, please Tante, kalau Tante sayang aku, Tante harus mau jadi Bunda aku, titik!” sentak Lala dengan lantang, sampai mengagetkan sang ayah. “Udah dulu ya Tan, aku mau rayu Ayah suapaya mau jadiin Tante Bundanya aku.” putus Lala tanpa meminta persetujuan Ariana.
Lala menengok ke belakang, rupanya sang ayah sudah mentapnya tajam sambil bersedekap.
“Kamu bicara sama siapa Nayla?” tanya ayahnya, ayah akan memanggilnya Nayla saat dalam keadaan mode serius.
‘Gawat’ bathin Lala.   
“A_anu Yah, tadi aku ngomong sma Tante Ana,” ucap Lala sambil terbata, ayah mode serius ini membuatnya sedikit bergidik. Kemudian Lala melongkan kepalanya melihat kebelakang sang ayah, ia ingin tahu apakah ‘Tante Genit’ itu sudah pergi atau belum.
“Siapa Tante Ana?” tanya Ayah Lala penasaran.
“Calon Bunda baru aku! Pokonya aku maunya Tante Ana yang jadi Bunda aku! Aku gak mau Tante Genit itu yang jadi Bundaku Ayah, please, aku gak mau Bunda yang lain, selain Tante Ana,” rengek Lala sambil terisak.
Nando memijit keningnya, kepalanya terasa begitu sakit. Baru saja ia menolak Laura yang terus saja merayunya untuk kembali pacaran, sekarang, dia harus menghadapi anaknya yang tengah merajuk. Seketika Nando langsung berjongkok, menyamakan posisinya agar berhadapan dengan putri semata wayangnya.
“Sayang, jangan nangis ya, nanti Ayah akan bertanya sama Oma dulu, udah ya, kamu jangan bikin Ayah sedih, kalau Lala sedih, ayah juga ikut sedih,” rayu Nando, seketika bocah itu langsung mengangguk dan memeluk ayahnya.
“Tapi janji, Tante Ana harus jadi Bundaku!” cicit Lala sambil menenggelamkan wajahnya ke dalam dekapan sang ayah.
Jika dipikir kembali, Lala itu sulit sekali akrab dengan orang asing, apa lagi perempuan dewasa. Entah kenapa Lala begitu lengket dengan perempuan bernama Ana itu. Siapa sebenarnya gadis itu? Kenapa mama dan anaknya begitu menginginkan gadis itu untuk menjadi pasangan dirinya. Ia begitu penasaran dengan sosok bernama Ana, anaknya saja sampai tidak mau lepas dari gadis itu, mungkin saja benar, Ana begitu istimewa, sampai si kecil Nayla jatuh hati padanya.

Nah kaaan, jan sok nolak lagi deh ayah Nando, Tante Ana ini spesial pake telor lho 😋

Mak Combalng Jilid 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang