Chap 25

37 2 0
                                    

Sorry for typo
Hope you like guys..
.
.
.

Farell POV

Hah.. hah..

Gue dimana? Kenapa rasanya aneh? Bukannya gue tidur dikamar? Tapi kenapa pas gue bangun rasanya beda? Tempat ini asing, gue belum pernah kesini sebelumnya. Ini gue dimana sih? Kenapa bisa sampe kesini?

Gue bingung, kasur empuk yang sebelumnya gue pake tidur kenapa bisa jadi rumput hijau gini?

Tapi jujur, tempat ini bagus. Banyak tumbuhan dan bunga bunga cantik.

"Farell Hermawan"

"Siapa itu?" Jawab gue karna gw bener bener bingung itu suara siapa. Kenapa ada suaranya tapi ga ada wujudnya?

"Kau melupakan suaraku? " suara itu muncul lagi

"Gue ga tau lu siapa ! Intinya kalo emang lu pengen ngomong sama gue, tunjukin wujud lu !" Ucap gue.

Nggak selisih lama, ada seberkas cahaya terang. Saking terangnya mata gue sampe sakit lihatnya. Perlahan tapi pasti dibalik cahaya itu muncul seseorang.

"Hai" ucap orang itu.

Farell POV end

^MTS^

Risa. Gadis itu sedang memandangi tangannya yang terbakar karna mangkok tadi.

Jauh dilubuk hatinya yang paling dalam ia menyesal karena membentak Farell, seharusnya ia tak melakukan itu.

Bagaimanapun maksud Farell baik, ia hanya ingin menjadi tuan rumah yang baik untuk tamunya. Tapi memang Risa yang entah bagaimana hari itu sangat sensitif dan mudah tersulut emosi.

Ngomong ngomong masalah itu, Risa jadi ingat dengan 2 bungkusan yang ia bawa tadi. Dengan segera tangannya membuka kedua bingkisan itu.

Tersenyum getir saat mengingat sudah banyak bingkisan bingkisan yang ia coba beri untuk Farell dan Doni tapi berakhir di almari nya sendiri.

Langkah kaki itu menuntun dirinya berjalan kearah almari, menaruh bingkisan itu di sana. Lagi, lagi dan lagi.

Same story different time.

Dulu dia juga menaruh barang itu di almari, dan kini ia menaruhnya lagi di barang yang jenisnya sama, hanya waktu dan tempatnya yang berbeda.

Ah ya, dia belum mandi.

Tapi ini sudah cukup malam. Pilihannya hanya ada dua. Mandi atau tidak. Jika mandi pasti dia akan menggigil ketika sudah mandi nanti walaupun sudah memakai pakaian dan mengatur ulang suhu ruangan disana. Mengingat ini masih musim hujan. Tapi jika tidak mandi dia tidak akan bisa tidur karna badannya akan terasa gatal.

Ya sudahlah, dia lebih memilih sedikit menggigil daripada tidak bisa tidur sepanjang malam.

20 menit kemudian, dia sudah selesai mandi, sedikit terkejut saat melihat Saras sudah duduk di tepi ranjangnya. Mata Risa berfokus pada kotak putih dengan tanda plus berwarna merah ditangan Saras.

"Sini duduk" pinta Saras

"Ini udah malem, lu kenapa belum tidur?"

"Gue khawatir ama tangan lu" jawab Saras

"Cie khawatirin akoh. Uwu " goda Risa

"Ck, jiji lu ih. Siniin tangannya. " perintah Saras sambil mulai mengobati tangan Risa yang sudah di sodorkan oleh sang empu.

Malaikat Tanpa Sayap  [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang