Chap 5

57 9 10
                                    

Risa sudah di perboleh kan pulang siang hari nya. Tapi tetap saja ia tak masuk sekolah karena kondisi nya yang masih lemas dan belum stabil.

Semua aktifitas kembali seperti biasa. Doni yang bekerja sudah berangkat ke kantor. Firman pun sudah berangkat ke sekolah.

Untuk Farell. Nasib nya sama seperti Risa, ia juga tidak boleh masuk kuliah dulu. Farell yang terus memaksa untuk masuk kuliah, akhirnya menuruti perintah kakak nya itu setelah mendapat tatapan sadis dari sang kakak.

Seakan akan tatapan itu memiliki arti 'Ikuti atau kau tak dapat uang saku. 'Ya, pantas saja nyali Farell langsung menciut saat mendapat tatapan seperti itu.

Doni tak ingin terjadi hal buruk kepada Risa dan Farell. Mengingat bahwa mereka baru terkena racun ular tadi malam.

Sebenarnya sebenci apa pun Doni pada Risa, ia tak bisa benar-benar membencinya.

Meskipun dalam bibir nya mengatakan kalau ia membenci Risa, maka akan berbanding terbalik dengan suara dari hati kecil nya.

Jika bibir nya berkata 'tidak' tapi besar kemungkinan kalau hati nya berbicara 'iya'.

'Sebuah ikatan persaudaraan tidak akan pernah bisa untuk di putuskan, meski oleh benci sekalipun.Karena sesungguhnya tidak ada sebuah kekuatan yang mampu meroboh kan benteng persaudaraan jika orang orang yang membangun benteng tersebut bisa membuat sebuah pondasi yang kokoh.Sebuah pondasi yang di sebut dengan Percaya.'

Jika kalian bertanya dimana Farell? Maka jawaban yang tepat adalah ia sedang berada di sofa yang terletak di ruang keluarga.

Sedangkan Risa. Ia sedang duduk di ayunan pinggir kolam. Tempat yang menjadi favorit nya setelah halaman belakang rumah nya yang sangat luas itu.

Ia duduk termenung dengan tatapan kosong, melihat ke dalam kolam.

Sejujurnya ia sangat senang mendapat perhatian dari Doni dan Farell saat ia sadar dari pingsannya tadi malam. Meski dalam bentuk ucapan yang dingin.

Tapi tak apa bagi Risa. Karena ia akan menerima nya. Padahal ia baru saja diacuh kan beberapa hari oleh kakak kakak nya setelah kematian mama nya. Tapi itu terasa sangat lama baginya. Jujur saja bagi Risa, diacuhkan oleh orang yang ia sayang satu hari saja, bagai satu abad bagi Risa.

Detik berikutnya ia berdiri dan duduk dipinggir kolam renang. Tangan nya menyentuh air yang terdapat pantulan dirinya. Hingga bayangan yang semula diam dan tenang itu menjadi tidak karuan.
Ia melakukan nya berkali kali sambil menggumamkan sesuatu.

"Bagaimana rasanya menjadi sebuah bayangan? Yang sebenarnya ada tapi tak pernah dianggap ada. Bahkan sebenarnya bayangan itu adalah bagian dari sebuah kehidupan. Bayangan yang sebenarnya memiliki peran dalam hidup tapi tak pernah dianggap ada oleh orang. Tapi satu hal yang pasti, bahwa bayangan itu tak pernah malu memunculkan dirinya meski tak pernah dianggap, meski malam merenggut nya.Apakah aku seperti bayangan itu? Dan malam adalah sebuah masalah yang telah membuatku seakan menghilang. Dan orang orang itu seperti kakak kakak ku yang mulai mengacuhkan ku? Sungguh miris sekali. "

Gumamnya sambil tersenyum miris, meratapi hidup nya sekarang. Sungguh Risa ingin melakukan apa pun yang di inggin kan kakak nya. Agar ia bisa mendapat kembali kasih sayang yang dulu ia dapat kan.

Sebuah keluarga yang hangat seperti dulu. Diselubungi oleh atmosfer kebahagiaan, kehangatan, kasih sayang, canda tawa.

Tapi sepertinya tidak untuk saat ini. Meski begitu ia masih tetap berharap kalau suatu saat nanti ia bisa mendapat kan suasana seperti itu lagi.

"Permisi Non Risa, ada yang cari Non. "Lamunan Risa buyar begitu saja saat Bi Minah memberi tahu Risa kalau ia di cari seseorang.

"Siapa bi? "Tanya Risa penasaran. Tumben ada yang mencari nya jam segini.

Malaikat Tanpa Sayap  [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang