Chap 30

29 2 0
                                    

Sorry for typo(s)
Hope you like
.
.
.

"Nah, sampe. Turun gih biar Risa nanti kakak yang bangunin. Masuk, terus istirahat." Ujar Ryan pada Saras yang duduk disampingnya. Saras hanya mengangguk karena dirinya mengantuk saat ini.

Saat sudah melihat tubuh Saras yang hilang tertutup pintu, kepala Ryan menoleh pada kursi penumpang.

"Risa, bangun." Merasa ada yang janggal Ryan memutuskan untuk turun dan segera menuju ke tempat Risa.

"Risa, hey. Bangun." Tangan Ryan yang tadinya pemeluk pelan pipi sepupu barunya itu segera ia tempelkan ke dahi Risa. Berharap jika dahi Risa tidak sepanas pipinya.

Namun sepertinya harapan Ryan harus kandas begitu saja. Apalagi saat ia menyadari ada setetes darah yang keluar dari hidung Risa.

Tanpa basa basi lagi ia segera berpindah ke tempat semula, memakai sabuk pengaman dan menginjak pedal gas dengan wajah khawatir. Tujuannya kali ini hanya satu. Tak lain dan tak bukan hanya Rumah Sakit.

Sedangkan di Rumah, Saras sedikit kebingungan karena saat ia akan ke kamar Risa ia tak mendapati si pemilik kamar berada di kamarnya. Begitupun dengan kamar yang Ryan tempati. Kakinya menuntun ke arah kamar Risa lagi. Terduduk di kursi yang berada di depan meja belajar saudarinya, sampai dirinya dibuat penasaran dengan tangannya yang seolah-olah bergerak sendiri untuk membuka laci yang ada disana.

Menemukan beberapa tabung yang berisi pil pil yang dirinya sendiri tak tahu fungsinya. Sampai matanya menemukan surat dengan amplop yang berlogo rumah sakit tempat Ryan bekerja.

Dirinya yang semula mengantuk sontak saja memelototkan mata, sambil menutup mulut tak percaya dengan apa yang baru saja ia baca.

"Ngga mungkin kan kalo Risa.." matanya menatap kearah tabung tabung kecil tadi. Mengambil tisu yang berada diatas meja tersebut, lalu mengambil masing masing satu pil dari tiap tiap tabung disana. Dirinya harus membuktikan sendiri.

°•° MTS °•°

"DOKTER IBRAHIM. TOLONG ADIK SAYA ! " teriakan Ryan menggema disetiap sudut lantai satu. Tak memperdulikan bajunya yang sudah terkena sedikit darah dari mimisan Risa. Tak perduli dengan tatapan aneh beberapa pengunjung, bahkan dia mengabaikan tatapan bingung dari para suster yang ada disana karena hari ini Ryan tidak ada jadwal untuk membantu dokter Ibrahim praktik, tapi tiba tiba datang ke rumah sakit dan berteriak membuat kebisingan.

Dengan siaga beberapa suster mengambil satu brankar dan dengan sigap Ryan meletakkan Risa ke brankar tersebut, membawa Risa ke ruang pemeriksaan atas perintah dokter Ibrahim yang sudah datang.

Sedangkan di sisi lain, ada Farell yang sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Tersenyum ramah pada tiap orang yang melihatnya. Sampai matanya tak sengaja menatap siluet gadis kecil dan seorang wanita dewasa yang sedang duduk di bangku taman.

Dirinya yang menyadari siapa gadis mungil tersebut lantas memilih untuk mendekat ke arah mereka.

"Hallo Nana" ucap Farell saat sudah berada didepan gadis kecil tadi.

"Ih ada om doktel !! " Ujar Nana riang. Sedangkan wanita disampingnya ini hanya tersenyum melihat interaksi keduanya.

"Nana sama siapa ini?" Tanya Farell.

"Om doktel, ini mamana Nana." Jawab Nana.

"Ohh, mamanya Nana udah ketemu ya?"

Malaikat Tanpa Sayap  [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang