Chap 27

31 2 0
                                    

Sorry for typo
Hope you like ^^
.
.
.

Tanpa terasa, hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan PAS.
Hari ini sudah memasuki hari Jumat, mereka hanya ada satu mata ujian. Dan akan berakhir sekitar tiga puluh menit lagi.

Lembar kerja milik Risa sudah terisi dengan banyak jawaban jawaban. Hanya kurang tiga nomor lagi.

Sedangkan Saras, bocah itu masih harus mengisi sekitar sepuluh soal lagi.

Tuk

Risa meletakkan bolpoin miliknya diatas meja, lembar kerjanya sudah sepenuhnya terisi. Mata bulatnya menelisik guna mengetahui apakah masih ada jawaban yang ia kosongi atau tidak.

Entah kenapa, dari tadi pagi kepalanya berdenyut sakit. Padahal dia sudah sarapan. Tapi sepertinya ada yang kurang

Ah, obat. Sial dia melupakan benda kecil itu lagi.

Tangannya melepas pengait yang ada pada papan miliknya berjalan kedepan untuk mengumpulkan tugas yang sudah ia selesaikan. Tangannya menggenggam sebuah kertas dan meletakkan kertas tersebut di dalam kotak pensil milik Saras yang terbuka lebar saat Risa melewatinya. Untung saja tidak ada yang tahu apa yang sudah ia perbuat, bahkan adik kelas yang duduk disebelah Saras juga tidak tahu karna saking fokus dengan soal soal yang dihadapannya.

Sungguh, itu bukan untuk ditiru oke?

Si pemilik kotak pensil sedikit terkejut saat ada sebuah tangan menjulur ke kotak pensil miliknya. Karena penasaran, Saras membuka lipatan lipatan kertas itu. Matanya membulat saat tahu itu adalah contekan yang ia yakini dari jawaban Risa sendiri. Ia memang tidak belajar semalam. Katanya 'Bahasa Indonesia itu pelajarannya lebih banyak tentang penerapan. Kalo lu udah terapin, ya gue yakin lu bakal bisa jawab kok. ' dan mirisnya, dia sama sekali tidak memahami materi yang diujikan. Ditambah dengan pengetahuan tata letak kalimat, juga penggunaan kosa kata baku yang hampir membuat kepalanya meledak.

Saras menyesal tidak mendengarkan Risa saat Risa mengatakan 'jangan nyepelein sesuatu. Lu ngga tau apa yang bakal terjadi kedepannya. Lu ngga bisa nebak sesuatu mendatang Saras. '

Sekolahnya memang sedikit berbeda, jika biasanya pelajaran bahasa Indonesia ditempatkan pada hari Senin maka tidak dengan tahun ini. Mereka sedikit merubah sistemnya karena ada beberapa hal tertentu yang hanya diketahui pihak pemilik sekolah beserta jajarannya.

Tangannya dengan gesit mencoret coret lembar jawaban miliknya guna memilih pilihan yang benar. Untung saja soal miliknya yang belum selesai adalah soal pilihan ganda.

Kriet..

Bangku yang diduduki Saras sedikit berdecit dan memundur ke belakang. Melangkah dengan senyum mengembang menuju meja pengawas, terlihat jika dari tadi Risa sedang sedikit berbincang dengan pengawas yang juga wali kelasnya itu.

Risa ingin berbalik, sampai tubuhnya limbung dan berhasil Saras tangkap.

"Lu pusing?" Tanya Saras yang hanya dijawab dengan anggukan kecil.

"Kita pulang y- " ucapan Saras terpotong oleh suara salah satu adek kelas mereka yang berada di satu ruangan yang sama.

"Astaghfirullah. Mbak Saras, mbak Risa nya mimisan ! " Teriak adek kelas yang bernama Dewi. Dia teriak karena kaget, jangan salahkan dia karena teriak ditengah tengah ujian seperti ini.

"Saras, cepat bawa Risa ke UKS. Minta penjaga yang tugas disana untuk membantu Risa. " Perintah salah satu pengawas disana.

Tanpa banyak cakap, Saras langsung memapah Risa menuju UKS. Mereka berpapasan dengan Niya yang tidak lain dan tidak bukan adalah adik Fauzan.

Malaikat Tanpa Sayap  [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang