1.2

4.8K 798 202
                                    

•12 tweet•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•12 tweet•

Didalam kamar dirumah bertingkat dua, Junghwan sedang duduk diatas ranjangnya dengan mata yang menatap keluar jendela.

Tetesan air hujan terus menerus turun dari langit, semakin deras dan langit juga semakin gelap.

Suhu dingin yang tercipta akibat hujan dan juga AC yang menyala, tak mengindahkan Junghwan untuk beranjak dari tempatnya. Dia masih menatap tetesan air hujan dengan tatapan kosong.

Diluar sana terlihat ramai akan suara hujan, kendaraan, maupun orang-orang yang sedang meneduh, tapi didalam sini terasa sepi dan sunyi.

•12 tweet•

Junghwan menoleh kebelakang kala ada seseorang yang membuka pintu.

Orang itu, dengan pakaian serba hitam dan juga masker hitamnya, menatap kearah Junghwan datar. Dia berjalan mendekati Junghwan lalu melepas masker hitamnya itu.

"Udah kan?" Tanyanya.

Junghwan tersenyum lalu mengangguk, "Udah kak, makasih untuk semuanya. Tanpa lo, gue gabisa ngelakuin ini sendirian."

"Santai, gue cuma minta apa yang udah kita janjiin dari dulu"

Junghwan mengangguk kembali, dia berjalan kearah rak dipojok ruangan, membuka lacinya lalu mengambil satu amplop coklat yang tebal. Junghwan kembali berjalan kearah tadi lalu memberikan amplop coklat tersebut.

"Semuanya pas, gue udah itung lagi kok tadi." Jelasnya kelika melihat orang didepannya membuka kembali amplop itu dan menghitung isinya.

"Bener, isinya pas. Kalau begitu gue pergi ya? Have a nice day"

Hampir saja langkahnya mencapai pintu keluar, panggilan Junghwan membuat dia menoleh kebelakang dengan wajah datar khas nya.

"Kak"

"Hm? Ada lagi?"

"Sekali lagi makasih ya..."




































































































































































































































"Kak Yoonbin"

Yoonbin menarik sudut bibirnya keatas, membuat suatu seringaian kecil yang mengerikan.

"Anything for money"

•12 tweet•

Junghwan berjalan menyusuri pemakaman. Akhirnya dia sudah mengunjungi teman-temannya itu. Setelah sekian lama tidak mengunjungi dengan alasan sibuk total.

Junghwan masuk kedalam mobilnya. Ini adalah salah satu kebiasaan buruknya yang sampai sekarang tidak bisa dia lepas.

Mengendarai mobil dengan umurnya yang belum legal.

Entah darimana dia bisa belajar mengendarai mobil, tapi yang pasti Junghwan tak pernah ketahuan ataupun tertangkap polisi sampai saat ini.

"Tuan"

Tiba-tiba, satu sosok muncul disampingnya, Junghwan menoleh lalu menaikkan satu alisnya.

"Apakah tugas kami sudah selesai?" Tanyanya. Junghwan mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu, apa kami boleh pergi sekarang?"

"Aku sudah tidak membutuhkan kalian lagi, jadi mulai sekarang pergi dari hadapanku"

Sosok itu bersorak senang, apalagi ketika tahu bahwa dirinya dan teman-temannya itu sudah bebas dari tugas yang tak mereka sukai ini, akhirnya dalam sekejap mata sosok itupun menghilang. Junghwan menghela nafasnya pelan lalu menyalakan mobilnya, menjauh dari kawasan pemakaman.

•12 tweet•

"Hari ini, bertepatan dengan hari dimana kita saling kenal satu sama lain," Junghwan berguman sambil melihat kalender didalam kamarnya yang sudah ia tandai.

"Dan hari ini, hari dimana kita semua bakal kumpul lagi. Dimana semua rahasia kita udah terbongkar, gaada lagi yang harus ditutup-tutupi. Semuanya udah terungkap." Lanjutnya, Junghwan berjalan kearah meja belajarnya lalu mengambil kursi dan mendorongnya.

"Satu hal yang harus kalian semua tau, kalau gue gak suka ada yang bohong sama gue"

"Tapi kalian semua, bohong sama gue. Kalian semua bohong tentang diri kalian sendiri. Mana janji kita yang katanya bakal ngasih tau semuanya apapun yang terjadi? Buktinya, kalian sendiri yang malah ngingkarin janji itu." Setelah menempatkan kursinya pada posisi yang benar, Junghwan menaiki kursi tersebut.

"Tapi untuk janji kita yang bakal terus bersama sampai kapanpun... Tenang aja kakak-kakakku, gue bakal kabulin janji kita yang itu. Tinggal satu langkah lagi..." Junghwan meraih tali rafia didepannya, lalu mengalungkan tali itu dilehernya.

"Makasih... Dan maaf untuk semuanya..."

Dengan satu tendangan kuat agar kursi dibawahnya jatuh, Junghwan berhasil melakukannya. Nafasnya tercekat, mukanya memerah merasakan panas dilehernya, matanya perlahan menutup hingga tubuhnya tidak bergerak sama sekali.

Mereka semua benar-benar berkumpul bersama lagi, namun didunia yang tak lagi sama dengan dunia yang pernah mereka tinggali bersama-sama.

•12 tweet•

•12 tweet•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•12 tweet•

the [real] end.

gatau, tapi kok aku nyesek sendiri pas baca terakhirnya:(

so, ini udah bener-bener akhir. Gaada tambahan chap lagi hehe

jadi kalian bisa nyimpulin sendiri tentang para member sesuai per chapter? kalau masih ada yang dibingungin silahkan bertanya ya^^

makasii untuk kalian yang udah baca dan juga voment! luv u hehe <3

teu-bye!

12 tweet | treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang