Lo udah jadi mainan yang dia beli. Gak bakal bisa lepas lagi. Kecuali dia beli mainan yang baru dan lo dibuang.
✤Ting! Tong!
Rindu berdiri disebuah pagar berwarna coklat. Tangannya memegang sebuah bingkisan yang seharusnya ia antar dari tadi. Rindu menekan bel sekali lagi. Hingga penampakan Deva terlihat membuka pagar.
"Lho Rindu? Sini, sini masuk."
Rindu tersenyum manis, "makasih, Yah. Maaf ya datengnya pas magrib-magrib gini."
"Gapapa, anggap aja lagi pulang ke rumah sendiri." Deva merangkul Rindu hangat, membawanya memasuki rumah.
"Bang! Lihat nih siapa yang datang!" Deva menyembunyikan Rindu dibelakang tubuhnya, sembari memanggil putra tertuanya.
Beberapa detik Dipa datang dengan Gio digendongannya. Mengernyit bingung saat mendapati Deva sendirian.
"Siapa? Orang ayah sendirian, ngadi-ngadi."
"Dih, ayah gak sendirian. Coba tebak ada siapa dibelakang ayah?" Deva memaksa.
Rindu menahan senyumannya, menyembunyikan tubuhnya sesempurna mungkin.
Dipa ikut tersenyum tertahan, saat rambut pirang Rindu tanpa sengaja terlihat oleh matanya.
"Aku tau, yah. Pasti orangnya cantik."
Deva terkekeh, mengangguk membenarkan.
"Dia juga sayang banget sama aku kan, yah?"
"Gak tau, coba ayah tanyain." Deva sedikit menoleh kebelakang. "Kamu sayang gak sama anak ayah?"
Rindu menahan senyumnya, mengangguk.
"Dia ngangguk. Berarti iya."
Dipa tersenyum jahil, "namanya pasti—"
"Salma."
"Ih, kok Salma!" Sentak Rindu keluar dari persembunyiannya.
Dipa tertawa pelan.
"Kan bener, Salma katanya juga sayang aku. Dia juga cantik. Jadi gak salahkan aku nebak Salma?"
Rindu mengerucutkan bibirnya kesal. Membuat Dipa berjalan kearahnya. Lalu berbisik pelan.
"Tadi, aku tau itu kamu. Cuma mau buat kamu kesel aja. Soalnya aku rindu kamu yang marah-marah kaya gini." Dipa mencubit kecil hidup Rindu.
Rindu tersenyum, tapi masih malu-malu. Membuat Dipa gemes mengacak rambutnya pelan.
"Bang, Gionya mana?!!" Teriak Lena dari lantai atas.
"Sini bunda dibawah. Gio baru ketemu sama calon kakak ipar."
"Hahaha, apaan sih." Rindu tertawa tak paham. Mendekati Gio mencium pipinya, gemes sendiri melihat bayi yang masih merah itu terlelap tidur.
"Lho Rindu? Aduh Bunda kira gak jadi kesini."
Rindu buru-buru menyalami tangan Lena, senyum ramah selalu ia tunjukan.
"Hehe, iya bunda maaf. Tadi Rindu ketemu dulu sama Aya." Bohong Rindu.
"Ya udah ayo ke dapur. Buat makan malam. Mau kan?" Lena menawari.
Rindu tersenyum senang, selalu suka jika Lena mengajaknya memasak bersama.
"Yuk Bunda!"
Lena merangkul Rindu membawanya ke dapur. Namun, sebelum itu ia memberi pesan pada Dipa.

KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Bucin [SELESAI]✔
JugendliteraturBahkan teh yang terlalu banyak gula akan terasa pahit dan seumpama kopi yang terlalu manis akan kurang dinikmati. ••• Ini bukan kisah cinta yang rumit. Bukan pula tentang cinta segitiga ataupun segilima. Cinta ini sederhana, seperti Rindu yang menci...