Mencintainya adalah hal yang paling aku sukai.
✤Seusai mengeringkan rambut pirangnya Rindu melihat pantulan dirinya didalam cermin. Jauh lebih baik daripada dirinya yang tadi saat seperti terlantar dipinggir jalan. Rindu tersenyum kecil ketika menyadari Lena berdiri dibelakangnya terlihat dari bayangan di cermin.
"Cantik banget si kamu. Pantes aja anak bunda jadi bucin."
Rindu tertawa, membalikkan badannya menatap Lena.
"Iya soalnya anak bunda aku guna-guna."
"Wah beruntung banget Dipa di guna-guna sama gadis secantik kamu."
Lena tertawa, merangkul Rindu membawanya ke ruang makan.
"Kita makan dulu ya? Ayah Dipa tadi udah pulang, kita makan bareng-bareng."
"Iya bunda."
Saat Lena dan Rindu melangkah ke ruang makan kebetulan berpaspasan dengan Deva, ayah Dipa.
"Yah, rambutnya dikeringin dulu coba. Nanti netes ke nasinya."
Komentar Lena, melihat rambut Deva masih sangat basah, membuat beberapa tetes air jatuh kelantai.
"Kan kamu tau aku gak bisa make hairdryer , bi."
Rindu tersenyum, panggilan Ayah Deva ke Mama Lena tidak pernah berubah.
"Ngerepotin aja sih, sini aku yang ngeringin."
Sebentar Lena memalingkan tatapannya pada Rindu.
"Rindu kamu makan dulu aja ya? Panggil Dipa sekalian. Kalian makan duluan aja, kita bakal lama soalnya."
Rindu mengangguk, "iya bunda."
"Makan yang banyak. Biar makin gemuk." Ujar Deva terkekeh.
"Nanti anak ayah gak sayang lagi sama aku kalo aku gemuk."
"Kata siapa? Mau kamu jelek aja dia tetap suka."
Rindu tertawa tak percaya.
"Masa sih yah?"
"Iya kan dia bucinnya Rindu." Jawab Lena membuat mereka tertawa.
Juga Rindu, dia merasa beruntung berada ditengah keluarga hangat seperti ini. Keluarga Dipa yang menerima dirinya dengan tangan terbuka.
Ketika Deva dan Lena tidak lagi terlihat dimatanya, Rindu menyusul naik ke lantai dua. Dia ingin menemui Dipa sekaligus meminta maaf padanya. Jujur, Rindu gugup bercampur takut saat nanti harus berhadapan dengan lensa biru yang berkilat tajam.
Tok! Tok!
Tangan Rindu bergerak mengetuk pintu pelan. Beberapa detik setelahnya muncul penampakan Dipa diambang pintu.
"Boleh aku masuk?"
Dipa mengangguk memberi jalan pada Rindu. Kamar ini tidak pernah berubah, terakhir kali Rindu masuk saat satu bulan yang lalu. Ketika Dipa sakit dan Rindu menemaninya.
Rindu duduk disisi ranjang. Sedangkan Dipa duduk dikursi belajar, memutarnya hingga bisa berhadapan dengan Rindu langsung.
"Udah makan?" Dipa membuka suara.
Rindu menggeleng, "belum."
Jeda. Rindu menghela nafas sejenak. Bersiap memulainya.
"Dipa."
"Apa?" Suara Dipa sebenarnya biasa saja, tapi berhasil membuat jantung Rindu berpacu cepat.
"Aku minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Bucin [SELESAI]✔
Roman pour AdolescentsBahkan teh yang terlalu banyak gula akan terasa pahit dan seumpama kopi yang terlalu manis akan kurang dinikmati. ••• Ini bukan kisah cinta yang rumit. Bukan pula tentang cinta segitiga ataupun segilima. Cinta ini sederhana, seperti Rindu yang menci...