17| Antara Marah dan Takut

2K 221 8
                                    

Rasa takut itu selalu ada, saat esok atau lusa tak lagi bisa kamu untuk aku genggam.

"Ini udah mau malem, lo gak mau pulang sekarang?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya, raut wajahnya menunjukkan bahwa dia tengah kecewa. Dia kira sang kekasih akan datang menjemputnya. Tapi, sudah 3 jam lebih dia menanti. Hanya harapan kosong yang menghampiri.

"Rindu, kalo dia gak dateng gapapa. Mungkin aja dia punya alasan lain. Lo jangan sedih kaya gini dong. Gue kan jadi bingung." Lelaki yang sedari tadi menemaninya mengeluh bingung.

Tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Dipa, harusnya dateng! Kalo tau gue marah pasti dia nyamperin gue. Tapi ini apa?! Apa dia emang sengaja buat gue marah. Buat hubungan kita renggang?!" Matanya berkaca-kaca dengan rasa marah yang kian bertumpuk tebal.

Aries terbungkam, tidak tau akan menjawab apa.

"Sengaja kali dia buat gue nunggu. Dia mau bales perbuatan gue yang dulu. Dulu dia yang selalu nunggu gue, sekarang gue yang nunggu dia. Hahah impas. Sialan!" Rindu tertawa hambar, tapi umpatan tidak dapat terelakkan.

"Gue anter pulang, ini udah mau magrib. Gue gak mau tante Cinta marahin gue." Aries berdiri dari duduknya, menarik tangan Rindu.

Rindu menggeleng mencoba melepas tarikan Aries, "gue gak mau pulang." Kukuhnya.

"Ya terus lo mau kemana? Mau nginep disini?"

"Bawa gue ke rumah lo aja."

"Gila lo." Ucap Aries tak habis pikir. "Nanti gue yang di gorok Om Ega. Belom lagi di pukul bang El. "

"Ahh tapi gue gak mau pulang." Rengek Rindu meneteskan air matanya.

Aries semakin dibuat bimbang, membawa Rindu kerumahnya sama saja membawa dirinya ke ambang kematian. Dan Aries belum mau mati.

"Oke gini aja, malam ini lo pulang ke rumah. Besuk kalo perasaan lo belum membaik. Lo boleh ke rumah gue. Tapi, izin sama tante Cinta."

"Tapi—"

"Gak ada tapi-tapi. Jangan kaya gini, ga baik lama-lama lari dari masalah. Lo udah dewasa, Rindu." Aries memotong ucapan Rindu.

Rindu menunduk, tapi akhirnya dia menganggukkan kepala, tanda setuju. Aries menghela nafas lega.

Tepat saat pukul 18.25 WIB, Rindu dan Aries sampai di gerbang berwarna putih. Rindu melepas helmnya, wajahnya masih belum bisa menampilkan senyuman.

"Makasih, Ar. Mampir ke rumah gue dulu gak?"

Aries tersenyum, menerima sodoran helm Rindu. Lalu menggeleng, "udah malem, gue langsung pulang aja. Titip salam buat orang didalem rumah ya."

Rindu mengangguk, melihat motor Aries sudah mulai mengecil dikikis oleh jarak.

Ia lalu membuka gerbang, menghela nafas berat saat motor yang ia kenali berada di halaman rumahnya. Tanpa peduli Rindu melangkah masuk kedalam rumah. Raut wajahnya ia ubah menjadi sedatar mungkin.

"Rindu, duduk sini Dipa mau bicara katanya." Itu suara Cinta.

Rindu berhenti menoleh kearah Cinta, lalu menatap Dipa datar.

"Males ah, aku capek." Hanya kalimat itu yang Rindu ucapkan, selepas itu dia berjalan menaiki tangga.

Mengabaikan teriakan Cinta yang memanggil namanya.

"Ya Allah, Rindu! Siapa yang ngajarin kamu gak sopan kaya gitu, ih." Teriak Cinta terdengar hingga ke kamarnya.

Rindu bersandar pada pintu yang baru saja dia kunci. Tatapannya kosong, kemudian mulai memburam. Hingga satu persatu air mulai terjun bebas dari pelupuk matanya.

King Of Bucin [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang