Definisi keluarga? Aku tidak tau. Tapi, bagiku keluarga adalah rumah. Sejauh kamu pergi kamu akan pulang, mencari keluarga sebagi rumahmu.
✤Dipa merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa melepas seragam yang ia kenakan. Kepalanya terasa pusing, berdenyut nyeri. Dia memijatnya pelan, berharap dapat meredakan rasa sakitnya.
Kenapa dia tidak mengantarkan Rindu? Karena tubuhnya sedang tidak mendukung. Apa lagi menghadapai marahnya Rindu rasanya Dipa tidak siap hari ini.
Tok! Tok! Tok!
"Bang, makan dulu yuk!" Itu suara Lena.
"Makan dulu aja bun. Abang pusing." Jawab Dipa.
Suara pintu terbuka terdengar, lalu berdecit membuka. Menampakkan raut Lena yang terlihat khawatir.
"Kamu kenapa, bang?" Ujarnya mendekati Dipa.
Dipa menggeleng dengan senyum lemah, "aku gapapa bunda."
"Gapapa gimana? Bilang sama bunda apanya yang sakit? Matanya sakit? Apa perutnya yang sakit? Bunda panggilkan dokter ya?"
Lena segera mencari ponselnya.
"Kepala aku pusing." Lirih Dipa setengah memejamkan matanya saat denyutan itu seakan ingin melepas kepalanya.
"Ya Allah." Lena berkaca-kaca, memijat pelan kepala Dipa tidak tega melihatnya mengernyit kesakitan.
"Budhe! Budhe!"
"Iya bu kenapa?" Budhe dengan cepat datang saat Lena memanggilnya.
"Tolong telepon ayahnya Dipa ya? Bilang suruh pulang, Dipa sakit."
Budhe mengangguk mengerti, "baik bu."
Lena kembali menatap Dipa, mengusap keningnya yang mulai mengeluarkan keringat dingin. Mengecupnya berulang-kali dengan air mata berderai.
"Sabar ya sayang bentar lagi." Lirih Lena cemas.
"Bunda." Lirih Dipa.
"Ya sayang."
"Jangan nangis, nanti dedek bayinya ikut nangis." Lena justru semakin menangis, sembari memegang perutnya yang sedikit mengembung.
"Iya bang engga bunda gak nangis."
Dipa tersenyum kecil, matanya mulai menutup perlahan. Semuanya menjadi kuning berkunang-kunang. Nyeri dikepalanya semakin merengut kesadarannya. Hingga dia akhirnya jatuh pingsan.
"Abangg!!" Teriakan panik Lena yang terakhir kali masuk kedalam pendengarannya.
**"Sejauh ini dia baik-baik saja. Gejala yang timbul masih tampak umum. Operasi pada ususnya juga baik."
Lena hanya diam mendengarkan mengelus rambut Dipa pelan.
"Apa yang membuatnya seperti ini, dok?" Deva, ayah Dipa masih belum bisa lepas dari rasa khawatirnya.
"Beban pikiran bisa menjadi alasannya. Juga perubahan pigmen pada rambut. Dipa termasuk yang paling beruntung, penyakit ini tidak sampai pada organ lainnya. Tidak juga mempengaruhi wajahnya yang tampan. Mata itu seolah menjadi mahkotanya."
Lena tersenyum mendengar ucapan dokter itu. Benar, Dipa masih tampak sempurna dimatanya.
"Apa itu bisa semakin parah dok?"
"Hem, sepertinya bisa Pak. Tapi do'akan saja semoga tidak. Disini saya hanya mampu memberi obat pereda nyeri. Tidak ada yang bisa saya lakukan lagi. "
Deva menatap kecewa, melihat puteranya berbaring dengan wajah pucat. Dan rambut yang memutih dibeberapa bagian.
"Jangan putus asa pak. Saya yakin Dipa anak yang kuat."
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Bucin [SELESAI]✔
Novela JuvenilBahkan teh yang terlalu banyak gula akan terasa pahit dan seumpama kopi yang terlalu manis akan kurang dinikmati. ••• Ini bukan kisah cinta yang rumit. Bukan pula tentang cinta segitiga ataupun segilima. Cinta ini sederhana, seperti Rindu yang menci...