# Lima

146 1 1
                                    

# Lima

“kriiiiiiiiiiiiiinggggg.....!!!” bel sekolah berbunyi menandakan jam istirahat telah usai, dan menyadarkan Rena yang masih mengenang masa perkenalannya dengan Edwin dan Tania. “Rena..” sahut seseorang di sampingnya. “ah ya” jawab Rena sedikit terkejut. “sudah masuk, sampai nanti” Edwin yang sudah berdiri dari tempatnya dan beranjak pergi. “sampai nanti!” balas Rena sambil tersenyum.

            Entah kenapa saat perkenalannya dengan Edwin, ia ingin memberikan bunga matahari diantara bunga-bunga yang ada di tangan Sena saat itu. Lalu Rena tersenyum kecil dan segera pergi menuju kelasnya. “Sena aku akan segera pulang!” kata Rena dalam hati.

            Dua mata pelajaran terkhir berlangsung dengan cepat karena guru sejarah yang mengajar pelajaran terakhir mendadak sakit perut dan menyuruh murid-muridnya untuk pulang. “semoga cepat sembuh pa!” ucap Rena di depan meja guru itu sambi tersenyum kecil. “terimakasih” tambahnya dalam hati. Rena ingin segera pulang kerumahnya karena tak ingin Sena terlalu lama menunggunya sendirian dirumah.

            Rena senang Tania bersekolah di tempat yang sama dengan kakaknya, Sena. Beberapa minggu yang lalu Rena bertemu dengan Tania dan berjalan-jalan bertiga. Rena menitipkan Sena pada Tania saat mereka bertemu minggu lalu, dan tadi saat mendengar Sena yang makan bersama dengan Tania membuatnya tenang. Ia tahu Sena tak suka makan sendirian. Rena merasa bersalah pada Sena karena akhir-akhir ini ia pulang terlalu sore sehingga Sena sering sendirian dirumah.

            Rena akan pulang bersama dengan Edwin. Inilah yang dimaksudkan “sampai nanti” antara Rena dan Edwin saat di taman belakang sekolah tadi. Tumben sekali Edwin mengajaknya pulang bersama. Pikir Rena saat Edwin mengajaknya pagi tadi di gerbang sekolah.

            Setelah istirahat kedua tadi Edwin memang hanya memiliki satu pelajaran terakhir, berbeda 30 menit dengan jam keluar Rena. Rena beruntung dengan guru sejarahnya yang mendadak sakit sehingga ia pun tidak membuat Edwin menunggu lama

 Lalu sebuah sepeda motor ninja bewarna hitam mengilap berhenti di depan Rena. Rena segera naik dibelakang Edwin setelah Edwin membuka sebagian helmnya kepada Rena dan menyuruhnya naik. Sepeda motor itu pun melaju bagai angin. Melesat begitu cepat diantara kendaraan yang berlalulalang di samping kanan dan kirinya. Tak hanya itu waktu yang mereka tempuh hingga sampai kerumah Rena hanya setengahnya dari waktu yang biasa Rena lewatkan setiap harinya. Rena pun menguatkan pegangannya pada jaket yang dikenakan Edwin.

&&&&&&&&&&

            Sena mendengar suara decitan motor dari kamarnya yang berada di lantai dua. Segeralah ia berlari menuju balkon kamarnya yang langsung menghadap ke luar. Dilihatnya Rena adik kembarnya yang sedang membuka helm lalu matanya langsung tertuju pada seorang laki-laki yang sangat dikenalnya. Edwin.

            “Ed!! Rena!!” seru Sena dari balkon kamarnya. “kalian pulang bersama?” teriaknya lagi. Belum Rena menjawab pertanyaan kakanya itu Sena sudah pergi dari balkon dan segera ke bawah menghapiri Rena dan Edwin di luar. Rena melihat binar cahaya di mata kakaknya itu. Senang.

            Kini Sena sedang berbincang dengan Edwin di bangku depan rumah yang menghadap langsung ke halaman, sedangkan Rena masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya yang sama dengan kamar Sena. Sudah lama Edwin tidak main ke rumahnya. Karena ketika Sekolah Menengah Pertama Edwin tidak lagi tinggal di rumahnya yang berhadapan dengan rumah si kembar, melainkan tinggal bersama dengan neneknya.

Sesekali ketika liburan sekolah Edwin datang berkunjung ke rumahnya, tetapi kini setelah masuk Sekolah Menengah Atas Edwin sudah tidak pernah lagi datang berkunjung kerumahnya atau mampir ke rumah Rena dan Sena.

Sena senang ternyata adiknya Rena satu sekolah dengan Edwin. Sehingga hubungan pertemanan mereka kini bisa dekat kembali. Sejak Edwin pindah rumah mereka jarang sekali berkomunikasi. Kini Sena tidak perlu mendengar cerita dari Rena tentang Edwin, karena saat Sena bertemu langsung ternyata Edwin lebih tampan dari pada yang diceritakan Rena.

“Bagaimana?” tanya Edwin sambil memperhatikan tanaman bunga dihadapannya.

 “Baik” jawab Sena sambil tersenyum. Edwin memang tidak pernah berbasa-basi, ia pasti langsung bertanya ke topik utama. “tidak berubah” pikir sena.

“selama enam bulan ini aku bersekolah dengan baik dan tubuhku juga semakin kuat” jawab Sena meyakinkan.

Edwin segera menoleh ke wajah Sena yang berada tepat di samping kirinya. Dilihatnya Sena yang sedang tersenyum meyakinkan kepadanya. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Sena walaupun ia memiliki wajah yang sama dengan Rena namun Sena memiliki fisik yang yang lemah.

Edwin tersenyum lembut pada Sena, lalu mengacak-ngacak rambut Sena. Hal itu membuat Sena mengerucutkan mulutnya ke depan. Ya, seperti itulah Edwin, Sena sudah menganggapnya seperti seorang kakak. Kakak laki-laki yang selalu mengkhawatirkannya.

&&&&&&&&&&

            Setelah ganti baju Rena segera ke halaman depan tempat kakaknya dan Edwin berbincang. Saat beberapa meter dari tempatnya berdiri Rena melihat Edwin yang sedang tersenyum dan mengacak-ngacak rambut kakaknya. Disekolah Rena jarang sekali melihat Edwin tersenyum lembut, hanya beberapa kali Edwin tersenyum padanya itu pun ketika ia dan Edwin sedang bercerita saat-saat mereka masih  di Sekolah Dasar.

Ada hal aneh yang dirasakan hatinya saat Rena melihat hal itu. Rena pun segera bergabung dengan mereka berdua yang masih membicarakan kondisi Sena. “ibu sering menelepon ketika aku di sekolah, dan aku baik-baik saja Ed” kata Sena. “Tania juga selalu ada disampingku jadi kau dan Rena tidak perlu khawatir” sambungnya lagi.

“tetap saja aku khawatir” sambut Rena dan segera duduk di sebelah Sena. “walaupun ada Tania dan selama ini kau baik-baik saja di sekolah, tetap saja aku khawatir” lanjutnya sambil menatap wajah kakaknya yang cantik. “karena aku adalah adikmu, adik kembarmu Sena. Aku tidak ingin hal buruk itu terjadi lagi padamu” sambung Rena dalam hati.

&&&&&&&&&&

Haloo Readers!! mav yaa updatenya lamaa hehe :p

makasih udah baca and vote ^^

We're Same!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang