# Sebelas

104 3 2
                                    

#Sebelas

                “Apa kau sudah mengingatku ?” tanya Dira yang masih menatap Sena.

                Sena terkejut karena beberapa saat yang lalu ia mengingat kenangannya yang telah lama terpendam.

“ya.. aku ingat” jawab Sena pelan.

Seketika itu juga Dira segera memeluk Sena. Baru saja Sena terkejut dengan kenangan masa lalunya yang terkubur kini ia sudah dikejutkan kembali oleh Dira yang memeluknya.

 “a.. aku tidak bisa.. bernapas..” Sena menjelaskan.

“maaf” Dira segera menjauhkan badannya dari Sena.

  “a..aku sangat senang” ucap laki-laki itu sambil mengalihkan wajahnya yang memerah karena malu atas apa yang baru saja dilakukannya pada Sena.

“aku kira kau melupakanku” lanjutnya lagi kini dengan wajah sendu.

“aku selalu memikirkanmu ketika pertama kali kita bertemu. Saat kau menabrakku, dan ketika ku melihatmu lagi saat bernyanyi di kelas aku ingat bahwa kau adalah gadis yang mengajakku bernyanyi dan bermain piano bersama. Sekaligus teman pertamaku” Dira mengatakannya sambil tersenyum dan mengingat saat dulu mereka masih kecil.

Kini mereka sedang duduk di bangku taman. Sena tak menyangka bahwa Dira dapat langsung mengenalinya walau pun sudah sangat lama berlalu. Apalagi kini mereka sudah tumbuh dewasa dan perubahan yang terlihat pun cukup banyak.

“terima kasih” senyum Dira tak henti-hentinya tersungging di bibirnya. Ia menatap Sena lekat.

“untuk apa?” tanya Sena heran.

“karena kau sudah menjaganya dengan baik” jawab Dira sambil mengangkat harmonica yang ada di tangan Sena.

“ini.. aku sangat menyukainya” kata Sena sambil memperhatikan harmonica itu.

“saat memainkanya hatiku merasa tenang dan damai, seharusnya akulah yang berterima kasih padamu” lanjut Sena lagi yang kini menatap Dira balik.

“terima kasih” dengan senyum tulus yang sangat manis dimata Dira.

“jadi kau mau kan menjadi partner ku?” Dira berdiri dan mengangkat tangan Sena yang masih menggenggam harmonica itu.

“eh.. a.. aku tetap tidak... ” Sena terkesiap dan mendongakkan kepalanya dengan pertanyaan Dira.

“ayolah.. ” Dira bersunguh-sungguh.

&&&&&&&&&&

Dering handphone Sena berbunyi terus-menerus. Sena tak menyadarinya karena kini ia sedang berada diatas atap dengan Dira berlatih satu lagu yang akan dibawakan Dira saat acara nanti. Sena hanya akan membantu mengiringi lagu tersebut dengan harmonicanya namun ia tidak akan naik ke atas panggung melainkan di belakang panggung.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 dimana acara akan dimulai sebentar lagi. Tak jauh dari tempat Sena dan Dira ruang aula sudah mulai ramai. Dira pun mengakhiri latihan dan menyemangati Sena yang pertama kalinya akan mengiringi Dira dan menampilkan kemampuannya dalam memainkan harmonica.

Sena melihat 38 panggilan tidak terjawab dari Rena dan ibunya juga dari pak Ari supirnya. Ia lupa mengabari mereka. Segera Sena menelepon Rena. Adiknya itu pasti sangat menghawatirkan dirinya.

“Halo Rena..”

“Senaaa... apa kau baik-baik saja?” dengan sigap Rena mengangkat telepon Sena dan menanyakan keadaan kakanya itu.

We're Same!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang