# Delapan

146 1 0
                                    

# Delapan

Semenjak kedatangan Edwin kerumahnya waktu itu, Rena merasa Edwin jadi semakin sering menghubungi Sena. Entah mengapa dadanya terasa pilu ketika mendengar Edwin yang sedang menelepon Sena saat ia dan Edwin berada di kebun belakang setiap istirahat pada jam kedua. Biasanya dirinyalah yang akan menelepon Sena namun sekarang kebiasaannya itu sudah diambil alih oleh Edwin.

Beberapa hari ini Rena mencoba untuk menghilangkan perasaan aneh di dadanya ketika bertemu dengan Edwin yaitu dengan mengasingkan diri di perpustakaan lantai tiga sekolahnya. Sebenarnya Rena orang yang tidak menyukain keramaian, pendiam jika tidak di sapa terlebih dahulu oleh teman kelasnya, sedangkan dimata teman-teman sekelasnya Rena murid yang pintar, ramah, baik, dan suka membantu jika ada temannya yang kesulitan dalam pelajaran. Pengecualian jika ia sedang berkumpul bersama Tania, Ed, dan Sena.

Dihadapan Rena kini ada beberapa buku usang yang rencananya akan dibacanya sembari mengisi waktu istirahat kedua ini. Ketenangan yang didapatkannya selain di kebun belakang sekolah yaitu di perpustakaan ini. Hanya ada beberapa orang yang Rena lihat di dalam perpustakaan. Mereka pun melakukan kegiatan mereka masing-masing sepertihalnya, seorang laki-laki yang sedang bersandar di bangku perpus paling pojok sebelah kiri yang kini tengah tertidur lelap. Lalu pada baris terdepan ada seorang perempuan yang sibuk menulis entah apa yang ditulisnya yang pasti perempuan itu terus mengerakkan pena yang ada di tangannya tanpa henti dan yang lainnya membaca dengan tenang ada yang sambil mendengarkan lagu dari ponselnya dan ada yang sangat serius.

 Rena sendiri memilih duduk dekat jendela sebelah kanan dimana ia dapat melihat bunga-bunga indah di belakang sekolahnya. Ia bisa melihat Ed yang sedang berjalan menuju kebun dari kejauhan. Ed memang selalu datang lebih dulu ke kebun dibandingkan dengan dirinya. Rena pun teringat saat pertama kali ia bertemu dengan Ed di sekolah ini. Ia sangat senang ketika dirinya ternyata satu sekolah dengan Ed. Namun sampai sekarang setiap kali bertemu dengannya, saudara kembaranya lah yang selalu ditanyakannya.

Awalnya Rena tidak menyadari hal itu, tapi seiring pertemuannya denga Ed di kebun belakang Rena mulai menyadari kalau mereka sering membahas keadaan Sena dan hal lainnya hanya percakapan kecil diantara mereka. Diperhatikannya wajah Ed dari sudut perpustakaan. Tidak seperti biasanya Ed duduk di bawah pohon, namun kali ini Ed menaiki salah satu dahan pohon dan bersandar diatasnya.

Setelah beberapa menit Rena membaca bukunya. Ia melihat kembali ke arah kebun dari balik kacamata yang membingkai mata indahnya. Kacamata yang selalu dipaikainya sejak ia berumur 12 tahun. Kacamata berframe hitam yang membedakan dirinya dengan saudara kembarnya. Ya, kacamata itulah yang dapat membedakan dirinya yang kembar identik dengan Sena. Rambut hitam indahnya yang selalu diikat kebelakang. Sedangkan Sena lebih suka  membiarkan rambutnya terurai serta dihiasi jepit cantik yang disematkan pada rambut panjangnya. Rena yang menyukai bunga dan Sena yang menyukai musik. Namun entah mengapa Sena menutupi kertarikannya pada musik dari Tania dan Ed.

Ed terlihat menggerakkan kepalanya dari atas pohon ke bawah, kemudian keseliling kebun seperti mencari sesuatu. “apakah Ed sedang mencari dirinya?” pikir Rena dalam hati melihat Ed dari perpustakaan. Rena berharap Ed mencari dirinya karena ia tidak datang ke kebun. Lalu dilihatnya Ed melompat dari dahan pohon itu dan mengambil ponsel dari saku celananya dan menelepon seseorang.

“apakah Ed menghubungi dirinya?” pikir Rena. Rena pun segera memeriksa ponselnya. Diperiksanya saku rok dan bajunya namun ia tidak dapat menemukan ponselnya. Teringat ponsel di dalam tasnya Rena pun segera keluar dari perpustakaan itu. Saat menuruni tangga tiba-tiba rena menghentikan langkahnya. “bagaimana jika Ed ternyata tidak menghubunginya?” pertanyaan itu datang dari pikirannya. “bagaiman kalau ternyata Ed menghubungi Sena, bukan dirinya?” pikirnya lagi. “tapi sudah beberapa hari ia tidak bertemu dengan Ed, apakah Ed mencemaskannya?” pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan di benaknya. Apa sebaiknya yang harus ia lakukan. Bertemu dengan dengan Ed. Mengambil ponselnya. Atau tidak melakukan keduanya.

Ada apa sebenarnya dengan dirinya. mengapa ia tidak suka melihat Ed menelepon sena ketika bersamanya. Mengapa hatinya perih ketika Ed mengobrol dengan Sena ketika dirumahnya. Mengapa akhir-akhir ini ia selalu menghindari Edwin. Mengapa hatinya selalu merasa aneh setiap kali ia dekat dengan Edwin. Mengapa ia selalu memikirkan Edwin. Mengapa ia bisa gelisah seperti ini karenanya. Mengapa. Mengapa. Mengapa.

Perasaan yang ia pendam kini mulai muncul ke permukaan. Perasaan yang dianggapnya hal yang biasa dan tak akan terus berlanjut. Namun kini perasaan itu sekarang kian bertambah. Perasaan yang mungkin masih dapat diatasinya seorang diri. Kini perasaan itu mulai memberontak di dalam dirinya. perasaan yang dirasakannya kini jauh lebih besar. Apakah perasaan itu sudah berubah menjadi cinta?.

“apakah aku sudah terlalu jauh menyukai Ed?”. Pertanyaan yang muncul dari hati kecilnya itu kini membuat dirinya tertegun. Rena terdiam di tempatnya berdiri di tengah tangga. Beberapa anak dari perpustakaan mulai turun dan melewatinya. Rena masih terpaku dengan pertanyaan yang datang dari hati kecilnya. “apakah itu benar?” pikirnya lagi di dalam hati. Tak lama kemudian terdengar bel berdering panjang menandakan istirahat telah berakhir.

&&&&&&&&&&

                Miane~ miane~ maaf... maaf... yaaa readers “>o<” kelamaan update nih authornya! Hehe  #udah lama terus cuman sedikit -,- begitulah author yang satu ini.. huufft~   “-___-

Besabarlah readers cerita ini akan terus berlanjut ko ^^

tak lupa makasih banyak untuk readers yang udah membaca ini cerita hoho ^^

We're Same!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang