prolog

356 3 0
                                    

Pagi itu Sena dan Rena yang baru berusia tujuh tahun sampai di rumah baru mereka. Rena segera turun dari mobil tanpa menghiraukan kedua orangtuanya serta meninggalkan Sena sang kakak yang masih di dalam mobil. Rena berlari ke dalam rumah yang memiliki halaman dan tanaman serta beberapa bunga yang menghiasi rumah itu. Tak lama Sena dan kedua orangtuanya pun turun dari mobil dan menyusul Rena masuk ke dalam.

Ternyata Rena tidak langsung masuk ke dalam rumah, melainkan segera melihat-lihat bunga-bunga yang menghiasi halaman rumah barunya itu. Rena menyukai bunga. Di bawah tanaman bunga bugenvil Rena melihat tanaman bunga matahari yang baru saja tumbuh. Rena berjongkok demi melihat bunga matahari itu lebih dekat. Dengan tanganya yang mungil Rena segera mencabut bunga matahari itu tanpa menghiraukan tanah yang menempel pada sela-sela jarinya dan memenuhi telapak tangannya.

Dengan riang Rena segera bangkit berdiri untuk menunjukkan bunga matahari itu kepada Sena. Saat hendak melangkah menuju pintu rumah Rena berbalik sebentar menghadap rumah yang ada di depan rumah barunya itu.

Terlihat sesosok anak laki-laki yang usianya tak jauh dengan Rena sedang memperhatikannya dari dalam garasi rumahnya dan sebelah tangannya memegang bola kecil berwarna hijau muda. Senang akan mendapat teman baru Rena pun menyapa anak laki-laki itu dengan mengangkat sebelah tangannya yang kotor dengan tanah dan tangan lainnya sambil memegang bunga matahari  dari tempatnya berdiri sambil tersenyum manis.

Teringat akan tujuan awalnya rena pun segera berbalik dan berlari ke dalam rumahnya. Melihat Sena yang berada di dekat pintu Rena pun segera menghampirinya.

“Sena...lihat! aku menemukan bunga matahari ini di taman” seru Rena seraya menghampiri kakaknya.

“Rena kemana saja kau.. aku mencari-carimu di dalam” sahut Sena cemberut.

“Maafkan aku Sena, lihatlah.. aku membawakan bunga matahari ini untukmu” jawabnya sambil meberikan bunga itu dan tersenyum riang.

“Baiklah..aku akan menanam bunga matahari ini di pot kecil, sebaiknya kau segera mencuci tanganmu..” kata Sena sambil mengambil bunga matahari itu dari tangan adiknya.

Rena pun segera masuk ke dalam dan mencuci tangannya, sedangkan Sena ke luar mencari pot kecil di teras kemudian ke halaman dan menanam bunga matahari itu. Saat beranjak masuk ke dalam rumah sambil membawa pot kecil yang sudah di tanami bunga matahari itu di tangannya, dari sebrang rumahnya Sena melihat anak laki-laki sedang tersenyum kearahnya. Sena pun membalas senyum anak laki-laki itu.

“Sena...ayo bantu bereskan kamarmu!”. Teriak Ibu dari pintu rumah. Sena pun segera menghampiri Ibunya.

                                                                ***************************************

Edwin melihat dari jendela rumahnya ada sebuah mobil yang berhenti dekat dengan rumahnya. “Ed..ambilkan bola di garasi.. ayah akan bermain Tenis pagi ini..” teriak Ayah dari dalam kamarnya.

“Baik yah” sahut Edwin.

Edwin segera ke garasi rumahnya yang terbuka sehingga ia bisa melihat mobil yang terparkir itu lebih jelas. Kemudian saat bola-bola Tenis itu akan diangkatnya, bola-bola itu jatuh dan menggelinding ke luar garasi.

Edwin segera mengejar bola-bola itu dan memasukkannya kembali ke tempatnya. Saat bola terakhir diambilnya, dari sebrang rumahnya Edwin melihat seorang anak perempuan yang sedang berdiri memperhatikan bunga-bunga yang ada di depannya. Lalu anak perempuan itu menunduk ke bawah dan berjongkok sehingga Edwin tidak tahu apa yang sedang anak perempuan itu lakukan. Sesaat kemudia anak perempuan itu berdiri dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Anak perempuan itu berjalan dengan riang sambil membawa bunga matahari yang masih kecil di tangan kirinya.

Edwin terus memperhatikan anak perempuan itu, kemudian anak perempuan yang di perhatikannya itu berbalik dan melihat ke arahnya. Edwin hanya diam menatap anak perempuan itu. Kemudian tanpa di duganya anak perempuan itu tersenyum manis sambil mengangkat sebelah tangan kanannya yang kotor dan menyapanya.

Edwin sedikit terkejut melihat anak perempuan itu menyapanya. Kemudian anak perempuan itu berbalik kembali dan masuk ke dalam rumahnya.

“Ed..apa kau sudah mengmbil bolanya?’’ kata ayah dari dalam.

“Sudah yah..” kata Edwin sambil masuk ke dalam rumahnya. Karena penasaran Edwin pun bertanya pada ayahnya.

“Yah apakah mereka tetangga baru kita?”. Kata Edwin sambil menunjuk rumah yang ada di depannya dari jendela.

“Benar. Beberapa hari yang lalu Ayah diminta untuk mengecek rumah itu oleh teman Ayah” kata Ayah sambil memasukan raket Tenis ke dalam tas.

Edwin pun ke garasi kembali karna melihat anak peremuan itu ke luar lagi dari dalam rumahnya. Edwin melihat kini bunga matahri itu sudah dimasukkan ke dalam pot kecil dan akan dibawa anak perempuan itu ke dalam rumah. Tiba-tiba anak perempuan itu melihat Edwin kembali. Edwin pun segera tersenyum membalas senyuman anak perempuan yang tadi menyapanya.

Anak perempuan itu terlihat diam saja sambil memegang bunga mataharinya. lalu anak perempuan itu pun tersenyum kembali kepadanya. Kemudian terdengar seseorang memanggilnya dari arah pintu rumahnya dan ia pun kini mengetahui siapa nama anak perempuan itu. Sena.

We're Same!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang