# Tujuh

135 0 3
                                    

# Tujuh

 Acara yang akan diadakan senior kelas tiga semakin dekat dan hal itu membuat semua siswa sibuk menyiapkan penampilan mereka nanti. Sena dengar bahwa si anak bolos itu juga akan mengisi acara senior, tentu saja dengan gitar akustiknya. Namanya semakin populer di sekolah semenjak si anak bolos itu mamainkan gitar akustiknya di dalam kelas tempo hari. Begitupula dengan wajahnya yang tampan, semakin mendukungnya menjadi terkenal.

Hari ini hari Sabtu, hari dimana acara senior kelas tiga akan diadakan. Maka dari itu semenjak kemarin guru-guru berbaik hati untuk mengosongkan pelajaran, dan siswa-siswi bisa mempersiapkan penampilan mereka nanti di atas panggung. Di dalam kelas Sena hanya ada beberapa orang saja, sebagian siswa dari kelasnya berlatih untuk penampilan nanti sedangkan beberapa orang lainnya banyak yang mengobrol, pergi ke kantin dan lain-lain.

“Tania kau mau kemana?” tanya Sena yang bingung melihat Tania membereskan tasnya. Setelah datang dari toilet tadi tiba-tiba saja Tania membereskan beberapa buku yang ada di atas meja, karena mereka berdua baru saja membahas beberapa pelajaran.

“maaf aku tidak bisa menemanimu Sena. Tadi aku ditelepon ayahku dan kebetulan hari ini kita tidak ada pelajaran maka ayah memintaku untuk menjemput Fanny, kau tidak apa-apa kan Sena?”

“Aku tidak apa-apa Tania, it’s okay!” senyum tersungging di bibir Sena. Tania pun meminta izin pada wali kelas untuk pulang lebih dulu. Setelah Tania pergi Sena juga segera membereskan tasnya, lalu ia pun pergi ke tempat favoritnya. Di atas atap sekolah.

Sena sengaja tidak memberitahu Tania mengenai tempat itu, karena di tempat itulah Sena bisa memainkan Harmonicanya. Sena melihat pintu menuju atap terbuka sedikit, lalu dengan berhati-hati Sena mengintip dibalik pintu itu. Ternyata di atas atap tidak ada siapa-siapa, lalu Sena pun segera keluar dan menutup pintu setengah itu dengan hati-hati.

Angin segar langsung menyambutnya begitu Sena berada di atas atap. Lalu Sena mengeluarkan harmonicanya dan bersiap untuk memainkannya di salah satu ujung dekat tembok pembatas menghadap pemandangan. Angin seakan ikut berdendang saat Sena memainkan Harmonica itu. Nada-nada mengalun indah dari tiupan bibir mungil Sena yang kini sedang memainkan musik Viva Forever yang dinyanyikan oleh Spice Girl’s.

Sampai pada nada yang tinggi Sena mengurangi tiupannya agar suara harmonicanya tidak terlalu kencang dan tidak terdengar orang lain, walaupun ia seorang sendiri di atas atap akan tetapi ada kemungkinan orang lain dapat mendengar pemainan harmonicanya.

Petikan gitar tiba-tiba mengiringi permainan harmonica Sena. Saat mendengar permainan gitar itu Sena terkesiap dan segera berhenti meniup harmonica itu di tengah-tengah nada. Tetapi suara gitar itu tetap mengalun walaupun Sena sudah menghentikan permainannya, Sena membalikan tubuhnya demi melihat orang yang sedang bermain gitar itu.

Sena tertegun menatap laki-laki itu. Terkejut. Laki-laki itu juga tengah menatap Sena. Tetapi jemarinya tetap memainkan gitarnya. Kemudian laki-laki itu tersenyum kecil dan menghentikan permainannya. Sena masih terdiam melihat tingkah laku laki-laki itu. Si anak bolos.

“maukah kau menjadi partnerku?” tanya laki-laki itu seketika. Sena semakin terkejut dengan pertanyaan itu. Laki-laki itu berjalan mendekat kearah Sena. Lalu mengulurkan tangannya. “aku Adi” sambil menatap ke mata Sena yang berwarna karamel. “indah” katanya pelan di antara bisikan suara angin.

“a.. aku.. Sena” jawab Sena gugup. Perlahan ia meraih tangan laki-laki itu, bejabat tangan. Laki-laki itu sedikit memiringkan kepalanya melihat Sena yang gugup dan tampak pucat diwajahnya. “apa kau baik-baik saja?” tanya Adi, masih berjabat tangan.

Sena mencoba melepaskan tangannya dari laki-laki itu, tetapi laki-laki itu malah semakin erat menggenggam tangan Sena. “Sena.. apa kau baik-baik saja?” tanyanya lagi.

We're Same!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang