# Tigabelas
Semenjak penampilannya kala itu Dira menjadi semakin populer di sekolahnya. Banyak yang mengagumi Dira teruma para siswi, termasuk Sena yang diam-diam juga ikut mengagumi sikap Dira yang ramah dan baik kepada semua orang. Disamping itu Dira dan Sena menjadi semakin dekat berkat kerjasama mereka dalam bermusik.
Sena tidak menceritakan tentang hobinya bermain harmonica kepada Tania namun ia hanya menceritakan bahwa Dira adalah teman masa kecilnya yang dahulu pernah ia temui dan memberikannya sebuah harmonica sebagai tanda mata. Tania cukup terkejut ketika hari itu ia melihat Sena yang sedang mengobrol ringan dengan Dira dipagi hari ketika siswa-siswi lainnya belum datang kesekolah.
Waktu pun berlalu. Dira selalu menghubungi Sena disela-sela kesibukannya saat tampil diluar kota ataupun saat disekolah. Saat istirahat Dira juga sering mengunjungi Sena dan Tania dikelas. Tania dapat melihat ketertarikan Dira terhadap Sena namun Sena sendiri sepertinya belum menyadari hal itu.
Beberapa kali Tania menggoda Sena dan Dira namun keduanya hanya menganggap hal tersebut hanya angin lalu tapi kenyataannya di sekolah mulai bermunculan gosip yang mengabarkan bahwa mereka menjalin hubungan secara diam-diam. Tania percaya sahabatnya itu akan memberitahukan padanya jika Sena sendiri sudah siap untuk bercerita.
“halo?”
“............”
“ya, aku sedang bersama Dira dan Tania di perpustakaan”
“............”
“tenang saja aku akan menghubungimu nanti... ok!” Sena menutup telepon dari Rena.
Ya, saat ini Sena sedang berada di perpustakaan namun ia tidaklah bersama Tania, hanya Diralah yang sedang ia temani. Dira sendiri sedang tertidur lelap sambil bersandar di bahu Sena. Istirahat tadi Dira menghubungi Sena untuk bertemu di perpustakaan namun sesampainya di sana Sena mendapati Dira sedang tertidur.
Biasanya mereka berdua akan menghabiskan waktu bersama di atap. Ditempat pertama mereka bertemu dan memainkan musik bersama. Dengan ditemani belaian angin yang sepoi-sepoi dan pemandangan yang indah dari atas. Terkadang mereka sampai lupa waktu karena asik bermain musik dan mengobrol, sampai pernah membuat keduanya bolos dan tidak mengikuti pelajaran setelah istirahat karena menghiraukan bel tanda istirahat berakhir.
Saat itulah pertama kalinya bagi Sena membolos. Sena pun segera memberitahukan Tania dengan alasan ia tertidur diperpustakaan hingga tidak mengikuti kelas agar Tania tidak khawatir terhadapnya. Dira sendiri tidak usah ditanyakan lagi, ia sudah sering tidak mengikuti kelas namun saat ujian tiba ia akan belajar dengan giat sampai tidak ada orang yang bisa mengganggunya.
Entah mengapa Sena merasa senang dengan kehadiran Dira. Dira orang yang humoris. Ia sering menceritakan pengalaman-pengalamannya saat tampil diluar kota dan tak jarang Dira membuat Sena tertawa dengan lepas. Dira membuatnya lupa akan keadaan tubuhnya yang lemah dan membuatnya merasa sama seperti siswa-siswi lainnya yang memiliki tubuh yang sehat. Kehadirannya membuat kehidupan Sena lebih berwarna.
&&&&&&&&&&
“hai selamat siang...” sapa Sena pada Dira yang baru saja terbangun.
“hai.. maaf aku kelelahan” Dira segera membenarkan duduknya.
Ya. Dira baru saja pulang dari luar kota pagi-pagi sekali dan ia tetap pergi ke sekolah karena ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada Sena. Dan ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dan disinilah ia di perpustakaan dengan Sena disampinnya sambil membaca sebuah buku dan memberikan bahu untuknya menyenderkan kepalanya saat tertidur.
“aku tahu.. sebaiknya kau harus memperhatikan kesehatanmu” ujar Sena sambil memperhatikan Dira dan menutup buku yang tadi dibacanya.
“ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu..”
“ada apa?” tanya Sena heran.
“aku ingin mengajakmu ke suatu tempat hari sabtu nanti.. bagaimana?” tanya Dira to the point.
“mmmhh... apakah ini seperti kencan?” tanya Sena sambil menyipitkan matanya pada Dira.
“yaa.... ini seperti kencan” jawab Dira sambil sedikit menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“mengapa kau tidak menanyakan padaku apakah hari sabtu nanti aku ada acara atau tidak?” goda Sena mengerjai Dira.
“baiklah... apakah hari sabtu nanti kau ada acara?” tanya Dira langsung.
“maaf..” Sena menghela nafas dibuat-buat.
“maksudmu..?”
“sepertinya hari sabtu nanti aku harus pergi dengan adikku” jawab Sena sambil melihat langit-langit perpus.
“Jadi.. kau tidak bisa pergi denganku?” tanya Dira lagi dengan ragu.
“bagaimana yaa?” jawab Sena sambil menggerakkan jarinya dimeja seperti berpikir.
“Sena...” panggil Dira sambil memperhatikan wajah Sena.
“..........”
“Sena...” panggil Dira yang ke dua kalinya dan terlihat senyum kecil tersungging di wajah Sena yang masih belum menjawabnya.
Lalu dira pun menggelitik Sena dengan telunjuknya yang usil. Sena pun terkejut dan menahan tawa yang hampir terhambur kencang. Mengingat saat ini mereka berada di perpustakaan.
“hei aku tahu kau sedang mengerjaiku!”
“hentikan Dira!” sena mencoba menhindar dari Dira yang masih terus menggelitiknya.
Sena mencoba mengangkat tangan Dira yang menggelitiknya namun ditahan oleh tangan Dira yang bebas. Lalu Dira pun menghentikan aksinya dan mengenggam tangan Sena dengan tangan yang ia gunakan untuk menggelitik Sena. Sena pun terkejut dengan Dira yang tiba-tiba menggenggamnya dan mengalihkan perhatiannya hingga menatap mata Dira. Tanpa sadar keduanya saling memandang.
“sekarang aku sudah menangkapmu dan kau tidak bisa menolak” ucap Dira sedikit berbisik masih sambil memandang Sena.
Sedikit rona merah terlihat di pipi Sena yang putih dan Sena tidak bisa berkata-kata karena masih terkejut dengan sikap Dira yang tiba-tiba terlihat berbeda dari biasanya apalagi dengan tatapan Dira terhadapnya.
“krrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinggggggggg....................” bel tanda istirahat berakhir pun berbunyi. Dira berdiri lebih dulu dari Sena lalu masih dengan tangan Sena yang berada di genggamannya mereka meninggalkan perpustakaan dan ia mengantar Sena menuju kelasnya.
Sena merasakan perasan yang aneh di hatinya. Perasaan asing yang tiba-tiba muncul. Terasa ada sesuatu yang hangat mengalir kehatinya. Apalagi dengan adanya Dira disampingnya saat ini sambil menggemam tangannya dengam erat. Ia merasa nyaman.
Terlihat lorong yang sepi karena siswa-siswi yang lain sudah masuk ke kelas masing-masing. Saat itulah Dira menghentikan langkahnya lalu membalikan tubuhnya menghadap Sena. Dengan perlahan Dira mengangkat tangan Sena yang sedari tadi di genggamnya. Didekatkannya punggung tangan Sena hingga ke wajahnya. Lalu Sena merasakan sesuatu yang lembut menyentuh tangannya.
Sena tak menyangka bahwa Dira akan mencium tangannya.
Deg.. deg..
Deg.. deg..
Deg.. deg..
Ada apa ini? Mengapa jantung lemahnya dapat berdetak dengan kencang?
&&&&&&&&&&
Hollaaaaa readers semuaaaaaaaaaaa.............. ^^
Masih baca ceritaku ?
Makasih banyak buat yang baca ceritaku hoho ^o^
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Same!!
Teen FictionSena dan Rena. Saudara kembar identik yang terpisahkan karena harus bersekolah di tempat yang bebeda mengikuti keinginan sang Ibu. Bagaimanakah kehidupan Sena dan Rena yang semakin lama membuat perbedaan diantara kesamaan rupa mereka?