# Duabelas

58 3 0
                                    

belum diedit hehe ^^ 

&&&&&&&&&&

# Duabelas

                “Gawat aku terlambat !”

                Rena terus berlari di sepanjang koridor sekolah untuk mencapai kelasnya yang berada di lantai dua.

                Semalam ia dan Sena terlalu asik mengobrol sampai larut malam, terlebih saat Sena menceritakan bahwa teman masa kecilnya dulu ternyata satu sekolah dengannya. Rena tidak tahu teman masa kecil yang mana yang tidak ia kenal, karena seingatnya teman Sena makan temannya juga. Namun teman masa kecil yang dimaksud Sena itu tidak Rena ingat sama sekali baik nama maupun wajah yang Sena ceritakan.

Sena bersikeras menceritakan pada Rena bahwa dulu ia pernah bertemu dengan orang itu kemudian ia terjatuh saat bermain dan menurut Sena karena kejadian itulah Rena melupakannya. Memang saat itu kami masih kecil tapi ingatan ku dan Sena sangatlah kuat.

Akhirnya Rena sampai di depan kelasnya. Dengan pelan Rena mengetuk pintu kelasnya yang setengah terbuka. Terlihat Pa Dastan yang sedang menjelaskan menoleh pada Rena yang sedang berdiri di ambang pintu.

“maaf pak saya terlamabat..” ucap Rena pelan sambil menundukan kepalanya.

“bagaimana kamu bisa masuk Rena?” tanya Pa Dastan.

“tadi aku tidak melihat guru piket di depan lalu aku langsung berlari menuju kemari” jawab Rena jujur. Karena jika tadi ia tidak langsung berlari pasti Rena harus berurusan dulu dengan guru piket dan ia akan mendapat hukaman atas keterlambatannya.

 Pa Dastan guru yang disiplin dan tegas. Rena ragu akan mendapatkan kesempatan baik dari guru Kewarganegaraannya ini sekaligus wali kelasnya.

“baiklah kau boleh masuk kelas tetapi... “ pa Dastan berpikir sejenak.

“tetapi apa pak?” tanya Rena heran.

“kau akan mendapatkan hukuman lebih” lanjut pa Dastan tegas.

Apa? Rena terdiam di tempatnya sampai pa Dastan menyuruhnya untuk segera duduk. Kemudian pa Dastan pun melanjutkan penjelasannya di depan kelas yang tadi terpotong oleh Rena. Beberapa orang di kelas Rena berbisik-bisik mengenai hukuman yang akan didapatkan Rena. Rena sendiri hanya bisa termangu di tempat duduknya.

                “firasatku buruk hari ini... huuuuffffth.......” keluh Rena.

&&&&&&&&&&

                 “hei apa yang sedang kau lakukan?” tanya Edwin yang kebetulan berpapasan dengan Rena.

                “aku sedang mencari berkas beberapa tahun yang lalu oleh Pa Dastan di gudang” jawab Rena sambil membenarkan beberapa dokumen di tangannya yang hampir jatuh.

                “hmmm....” Edwin menyilangkan kedua tangannya di dadanya dan berdiri mengerutkan keningnya.

                “Ed bisakah kau tidak menghalangi jalanku” Rena sudah keberatan membawa tumpukan dokumen itu tetapi Edwin malah diam saja di hadapannya.

                “kenapa hanya kau yang disuruh mencari berkas itu?”

                “itu karena... rahasia! “ Rena sedikit memalingkan wajahnya dari Edwin.

                “Ck! baiklah..” Edwin berdecak sambil menurunkan kedua tangannya dan menggeser tubuhnya dari hadapan Rena.

“padahal aku berniat untuk membantumu tapi karena kau merahasiakannya maka sebaiknya aku pergi” terlihat senyum tersungging di wajah Edwin. Kemudian Edwin pergi dan tidak lupa untuk mengacak-acak rambut Rena.

We're Same!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang