Keputusan

10 6 1
                                    

••••••••

POV Galang.

   Aku masih duduk di tempat yang sama, mendengarkan Papa yang masih menjelaskan keputusannya di hadapanku. "Papa akan beri kamu waktu tiga hari untuk menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab kamu di sini."

"Iya Pa." Aku menyetujui perkataan dari Papa.

"Setelah tiga hari Papa akan memberikan tiket penerbanganmu," kata Papa melanjutkan perkataannya, "Sekarang kamu bisa kembali ke kamarmu," pinta Papa dengan suara datarnya.

"Iya Pa." Aku berjalan meninggalkan tempat yang begitu disayangi Papaku ini.

   KREEEK ... Papa mengangkat gagang telepon yang terletak di atas meja kerjanya. "Halo ... Kamu sudah mendapatkan fotonya?" tanya Papa kepada seseorang yang sedang berbicara padanya di telepon.

"Sudah, Pak." Begitulah kira-kira jawaban dari seseorang yang di telepon oleh Papa menjawab pertanyaan darinya.

"Cari informasi tentangnya," kata Papa kembali melanjutkan perkataannya.

"Baik Pak."

"O ya, ingat ... Jangan sampai ada yang terlewat sedikitpun informasi tentangnya," pinta Papa pada orang  kepercayaannya itu.

"Siap Pak."

KREEEK .... Papa menutup telepon dan mengakhiri panggilan suara darinya.

   Di kamar, aku hanya bisa duduk di atas tempat tidur merenung, dengan layar laptop yang masih menyala. Termenung memikirkan nasib hubunganku dengan Ratna ke depannya. "Butuh waktu yang lama untuk tinggal di sana, atau bahkan kami tidak akan kembali ke Indonesia lagi? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" masih menatap dengan tatapan datar dan pikiran mulai dipenuhi pertanyaan.

"Hm ... Kira-kira, sekarang Ratna sedang apa ya?" kataku memandang jam yang menempel di dinding kamar. Kulirikkan mata ke layar handphone -ku yang mati. Ada sebuah hasrat yang ingin ku penuhi saat ini.

   Memberi kabar setiap hari, walaupun tidak setiap waktu. Setidaknya memberi kabar setiap hari adalah hal yang sebuah rutinitas yang wajib dilakukan.

   Sebuah kata singkat saat ini sangat berarti tidak hanya untukku, tapi juga untuk kami berdua. Mampu membuat tersenyum dan merasa bahagia. Ya ... Begitulah jika seseorang sedang jatuh cinta. Apapun hal yang mungkin biasa saja, akan terlihat luar biasa jika orang spesial kita yang melakukannya.

Aku mulai mengetik sesuatu di handphone  milikku, yang nantinya akan aku kirimkan untuk Ratna.

"Send ,"  gumamku saat menekan tombol pesawat kertas di handphone.

19.50 WIB pesan singkatku untuk Ratna telah terkirim. Aku kembali fokus pada layar laptopku yang masih menyala untuk melanjutkan beberapa pekerjaan yang harus aku siapkan hari ini.

DRRRRTTT ... DRRRTTT ... DRRRTTT .... Lima menit berlalu tepatnya sekarang pukul 19.55 WIB. Handphone milikku bergetar. "Ratna ...." Kataku antusias saat aku kira panggilan suara itu dari Ratna. Realita tidak semanis ekspetasi yang aku kira panggilan suara dari Ratna, tarnyata dari Papa.

"Assalamualaikum  ... Gal," kata Papa dari balik handphone  memulai pembicaraan.

"Waalaikumsalam  ... Pa," kataku menjawab salam dari Papa.

Galang dan RatnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang