London

5 3 1
                                    

***

Ratna POV.


"Seriuslah. Aku akan melabuhkan hatiku padamu Rat." Kalimat itu masih saja teringang dalam pikiranku, berputar-putar seperti komedi putar di pasar malam. Meskipun Galang tidak berada didekatku, namun perkataannya selalu mengikutiku. Dan nada suaranya yang terdengar nampak serius, saat mengatakannya membuatku salalu tersenyum, jika mengingat semua itu.

"Ekhem ...." Deheman seseorang menyadarkanku dari lamunan. "Senyam-senyum, lagi menghayal ya kamu?" tanya Ibu yang menatapku dengan tatapan intens-nya. Tiba-tiba datang membuatku terperanjak dari tempat duduk.

"Eh, Ibu. Ratna tidak melamun Bu, hanya keingat sama perkataan seseorang saja," ucapku memberitahu.

"Keingat sama perkataan siapa?" tanya Ibu menjeda perkataannya sesaat, "Oh, Ibu tahu. Jangan bilang kamu mengingat perkataan dari pacar kamu itu, siapa namanya?" ucap Ibu panjang lebar bertanya.

"Iya Bu. Namanya Galang."

"Emangnya, si Galang bilang apa ke kamu. Sampai kamu senyam-senyum sendiri kayak orang edan seperti ini," ujar Ibu yang kutanggapi dengan bibirku yang manyun.

"Ibu jahat, anaknya sendiri dikatain edan," ketusku memanyunkan bibir.

"Ya kamu sih, senyam-senyum sendiri seperti tadi, kalau tidak ada hal yang perlu ditanggapi seperti itu jangan senyam-senyum," balas Ibu, "Sudah, jangan manyun gitu bibirnya, tidak baik anak gadis bibirnya dimaju-majuin seperti itu," ucap Ibu seraya memperagakan bibirku yang manyun.

"Hm ...." Aku kembali menetralkan keadaan bibirku semula.

"Kamu belum jawab pertanyaan dari Ibu, Rat."

"Iya Bu. Jadi tadi, si Galang bilang sama Ratna kalau dia akan melabuhkan hatinya pada Ratna, Bu. Em ... Sepertinya, Galang akan melamar Ratna suatu hari nanti Bu."

"Jadi, hanya karena itu kamu senyam-senyum?" tanya Ibu kembali.

"Iya, Bu." Aku mengangguk pelan.

"Wanita itu perlu bukti, bukan janji. Jangan, karena kata-kata manisnya kamu jadi terbuai Rat, untuk apa kata-kata manis, jika di belakang nanti kamu akan menangis." Ibu berjalan mendekatiku, duduk tepat di sampingku. "Ingat perkataan Ibu ini Rat, seorang pria yang baik, tidak hanya memberi janji, tapi bukti kepada wanita yang ia cintai," ucap Ibu menegaskan nada bicaranya. Ibu beranjak dari tempat duduk, berdiri untuk berlalu menuju dapur, namun saat kakinya baru melangkah beberapa saat. Tubuhnya mengarah kembali kepadaku, menatapku dengan tatapan intens-nya. "Pacar kamu itu, asli atau hanya ilusi?" tanya Ibu meragukanku.

"Ya aslilah Bu, Galang pacar asli Ratna, bukan ilusi Ratna."

"Lagian kamu punya pacar, diajak ke rumah juga tidak pernah, jadi wajar jika Ibu sedikit meragukanmu," kata Ibu memperlihatkan ibu jari dan jari telunjuk yang memberi takaran.

Ya, seperti itulah Ibuku. Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan. Dirinya kemudian berlalu menuju dapur. Meninggalkanku yang masih duduk di kursi sudut ruang tamu. Termenung sesaat, seraya memikirkan semua perkataan dari Ibu barusan.

"Bagaimana aku bisa mengajak Galang untuk main ke rumah, dia saja selalu sibuk dengan pekerjaannya," gumamku pelan.

Drrrrttt ... Drrrttt ... Drrrttt ... Sebuah nama pemanggil terlihat jelas dari layar handphone-ku yang menyala. "Galang?" gumamku pelan.

Galang dan RatnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang