Sisa 48 jam

10 5 4
                                        

GALANG DAN RATNA

Episode "Sisa 48 jam"

•••••


Galang POV.

   Malam yang sangat panjang ntah, mengapa di saat aku dan Galang keluar untuk menghabiskan waktu bersama. Selalu ada hujan yang menghiasi malam kami. Hujan seperti memberi isyarat kepadaku dan Galang ntah, itu sebuah pertanda restu atau bahkan pertanda, jika aku dan Galang tidak boleh menghabiskan waktu bersama di luar. Meskipun kenyataan seperti itu, aku dan Galang selalu saja menikmati waktu kebersamaan yang ada pada kami. Saling bertukar cerita, bertukar pandang maupun, saling berharap untuk hubungan kami berdua di masa depan. Berharap agar semuanya baik-baik saja.

   Tapi mendengar harapan Galang untuk hubungan kami, membuatku merasakan khawatir. Rasa khawatir ini membuatku bingung, dan bertanya mengapa aku mengkhawatirkan hubunganku dengan Galang yang masih baik-baik saja. Namun perasaan khawatir ini seperti mengatakan, bahwa akan ada hal yang akan terjadi dengan hubunganku bersama Galang ke depannya.

   Pukul, 03.00 WIB di mana alam buana masih terlihat gelap dan seluruh insan masih terlelap, namun tidak dengan sosok pria yang sudah bangun dari tadi. Untuk mengatakan segala keluh kesahnya lewat sujudnya sebagai seorang hamba yang lemah dan tidak berdaya, saat berada di hadapan-Nya. Mencurahkan apa yang selama ini masih ia pendam dan tidak mampu katakan kepada siapapun. Tidak sulit melakukannya, hanya membutuhkan kesadaran diri sebagai hamba, yang datang bukan karena ada perlunya saja. Melainkan, untuk menjadi sosok hamba yang bertaqwa kepada Sang Pencipta alam semesta.

   Terasa begitu lega, saat kita benar-benar melakukannya dengan ikhlas dan kita persembahkan hanya untuk-Nya Sang Pencipta. Lantunan ayat-ayat, beserta pujiannya menjadi penyempurna saatku menghadap diri. Ini adalah salah satu ajaran dari Mama, ajaran yang sudah ditanamkan pada diriku sejak kecil. Mama pernah bilang, jika kita harus selalu melibatkan Sang Pencipta di setiap urusan kita, agar kita bisa lebih dekat kepada-Nya, lebih mengenal sosok-Nya, dan lebih menyayangi-Nya.

   Urusanku dengan Sang Pencipta telah selesai. Kurapikan alat-alat yang kukenakan, saat menghadap kepada-Nya. Berjalan mengarah ke sebuah nakas yang berada tepat di samping tempat tidurku. Meraih sebuah handphone berwarna hitam di atasnya. Aku aku menekan nomor Ratna di kontakku. Berdering ....

"Assalamualaikum ...." Kataku mengucapkan salam sebagai pembuka, saat Ratna telah menjawab panggilan suara dariku.

"Waalaikumsalam ... Galang kamu?" Kata Ratna menjawab salam dariku diiringi pertanyaan heran dirinya.

"Iya, sayang ada apa?" tanyaku padanya.

"Kamu meneleponku lagi, di pagi begini?"

"Iya Rat, kenapa tidak boleh ya?"

"Bukannya tidak boleh, tapi kamu mau apa coba meneleponku sepagi ini. Semua orang masih pada tidur, Gal."

"Iya, aku tahu itu, Rat. Dan kamu, kenapa jam segini belum tidur?"

"Hm ... Bukannya belum tidur, aku malah akhir-akhir ini sering kebangun di jam segini," akunya padaku.

"Aku tahu, apa penyebab kamu sering kebagun di jam segini."

"Apa Gal?"

"Ada yang rindu denganmu, Rat," ucapku berbisik ke speaker handphone.

"Siapa?" tanya Ratna begitu penasaran, "Oh, aku tahu. Pasti kamu ya, yang rindu?" katanya merasa percaya diri.

"Kira-kira, aku merindukanmu tidak ya?" ucapku dengan nada suara menggoda.

"Itu hak kamu sih, mau rindu atau tidak denganku," katanya tampak merasa kecewa mendengar perkataanku.

Galang dan RatnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang