Home

779 166 34
                                    

Sudah tak terasa, Jeongyeon pun sudah akan kembali ke seoul. Walaupun waktu cutinya masih sangat lama, ia memang berencana berlibur di daegu tidak terlalu lama. Saat ini mobil yang akan mengantar Jeongyeon sudah ada di depan vila. Setelah memasukan koper dan tas miliknya ke bagasi, Ia pun pergi meninggalkan vila bersama Mina.

"Ini pertama kalinya untukmu kan?" Tanya Jeongyeon yang melihat Mina kebingungan saat didalam mobil.

"Ne." Angguk Mina.

"Pegangan?" Jeongyeon menawarkan tangannya untuk di genggam Mina.

"Eum!" Mina mengangguk dan menggenggam tangan Jeongyeon. Ia tersenyum manis sambil menatap Jeongyeon yang juga tersenyum tipis menatapnya.

Setelah akhirnya sampai di seoul, mereka pun turun di gedung apartemen Jeongyeon. Sambil membawa barang Jeongyeon memandu Mina menaiki lift. Mina sedikit oleng saat di dalam lift, namun genggamannya pada tangan Jeongyeon membuat ia lebih tenang.

Saat telah sampai di depan pintu apartmentnya, Jeongyeon membuka perlahan dan memasukan tubuhnya lebih dulu. Atmosfer ruangan apartment itu dingin, seperti sudah lama tak ditinggali orang. Setelah ia berlibur dan Nayeon pindah, apartment itu memang tidak ditempati lagi. Banyak barang barang yang mana menjadi hak milik Nayeon, sudah tidak ada di tempatnya.

"Kenapa? tidak masuk?" Tanya Mina kebingungan di belakang Jeongyeon.

"Ahh aniyo, masuklah ayo." Ajak Jeongyeon.

"Apa Jeongyeon sedih?" Tanya Mina.

"Aniyo, sedih apa maksudmu?" Sangkal Jeongyeon.

"Mina bisa membaca emosi manusia." Ucap Mina.

"Kau membaca pikiranku?!" Kaget Jeongyeon.

"Emosi, bukan pikiran." Ulang Mina.

"Ahh ne." Jeongyeon pun lanjut membawa koper itu ke kamarnya.

"Jadi kenapa Jeongyeon sedih?" Tanya Mina lagi.

"Aku tidak sedih." Jawab jeongyeon sambil membongkar kopernya.

"Saat bertemu Jeongyeon pertama kali, Jeongyeon merasakan kesepian." Ucap Mina.

"Kau sudah membaca emosiku sejak awal kita bertemu?" Tanya Mina.

"Saat awal bertemu, Jeongyeon ketakutan." Ucap Mina.

"Tidak perlu diingatkan." Ucapnya.

"Jadi mengapa Jeongyeon kesepian dan sedih?" Tanya Mina.

"Kita baru sampai, kalau baru pulang dari pergi harus apa Mina?" Tanya Jeongyeon.

"Harus mandi." Jawab Mina.

"Masuklah ke kamar itu, buka lemari hitam bagian kanan. Ambil handuk dan pilih baju, lalu mandi." Perintah Jeongyeon.

"Baiklah." Angguk Mina yang langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Huft, anak itu banyak bertanya." Jeongyeon melanjutkan aktifitasnya untuk membongkar isi kopernya.

.
.
.


Setelah selesai merapihkan barang barang, Jeongyeon pun membiarkan Mina bersantai di sofa sambil menonton tv sedangkan dirinya memilih untuk mandi air hangat agar lebih merasa tenang.

"Huftt." Pikiran pikirannya kembali memenuhi kepalanya lagi begitu dia pulang ke apartemennya.

Memori memori indahnya bersama Nayeon di apartementnya itu membuat hati Jeongyeon kembali sakit. Semua seakan terputar kembali seperti film. Jeongyeon sangat tidak menyukainya.

"Sial." Jeongyeon mematika shower dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Setelah memakai baju, iapun menuju ruang tamu untuk melihat Mina.

"Astaga anak ini." Jeongyeon menemukan Mina tertidur saat tv masih menyala. Jeongyeon pun mengambil remote dari tangan Mina dan mematikan tvnya.

"Dia pasti kelelahan." Jeongyeon mengusap lembut kepala Mina.

"Ayo pindah ke kamar." Jeongyeon menggendong Mina dan membawanya ke kamar untuk tidur di kasur.

"Hanya ada satu kamar di apartment ini, ku harap kau tak masalah berbagi ranjang dengaku." Ucap Jeongyeon sambil menyelimuti tubuh Mina.

Setelah itu ia masih mendudukan tubuhnya di pinggiran kasur. Setelah sekian lama Jeongyeon mematikan ponselnya, akhirnya ia kembali menyalakannya. Terdapat sangat banyak notifikasi yang masuk ke ponselnya dari beberapa waktu lalu sejak hari pertama ia liburan. Dari teman teman kerjanya, dari bos nya, dan juga dari Nayeon. Jeongyeon menghela nafasnya sebelum membaca pesan dari Nayeon.

"Aku tadi terbangun dan ternyata kau sudah berangkat ya?"

"Hai, hari ini aku akan memindahkan barang barangku. Bagaimana liburanmu?"

"Jeongyeon, apakah kau sudah pulang? bila sudah kabari aku yaa, ayo kita minum kopi bersama!"

"Apa maksudnya?" Gumam Jeongyeon.

Jeongyeon mengusap wajahnya kasar sambil menghela nafasnya. Ia menatap wajah tidur Mina yang tenang dan sangat cantik.

"Maaf, aku punya seorang anak yang harus diajari banyak hal." Jeongyeon menghapus pesan dari Nayeon tanpa membalasnya.

Jeongyeon merasa lebih lega, setelah bertemu Mina ntah mengapa hidupnya seperti di belokkan. Ia jadi memiliki kesibukan baru dan banyak kegiatan baru. Hari harinya menjadi jauh berbeda dan mungkin menjadi jauh lebih berwarna. Ntahlah, menurutnya gadis alien itu adalah tanggung jawabnya sekarang.

Setelah berhasil memperkenalkannya di kawasan perkebunan dan perdesaan, sekarang saatnya memperkenalkannya pada perkotaan. Dapat dilihat dari cara Mina menatap ke arah gedung gedung tinggi dari dalam mobil saat pulang tadi, ia yakin tidak akan mudah mengurus gadis itu. Namun ia yakin dan percaya, kehadiran Mina dalam hidupnya bukan semata mata karena ketidak sengajaan. Ia percaya bahwa kehadiran Mina dapat membawa perubahan pada dirinya.

"Selamat tidur, tukang tanya." Ucap nya sebelum membaringkan dirinya disamping Mina dan menjemput alam mimpinya.












































Pulu pulu puluuu pulu puluuu pulupulu puluuuu pululu pulu lulu pupuluuuu ?

Translate: Bagaimana kalau kita jadikan cerita ini menjadi cerita paling uwu sepanjang sejarah saya menulis konten Jeongmi??

pulu pulu pulu puluuuuu pulu pulu pulu!!!

Translate: Mari jadikan pulu pulu bahasa persatuan di kolom komentar!!

Lost My WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang