Talking To The Moon

750 151 41
                                    

Kalau kalian bisa baca sambil play lagu diatas, mungkin akan menambah feelnya.
happy reading!
eh ngga hepi hepi juga si, ya agak sedih awoksowkwowkwowksk











Sudah satu minggu sejak keanehan yang Jeongyeon rasakan dalam hidupnya muncul. Ia merasa ingatannya pada beberapa bulan kebelakang sedikit kabur. Ingatannya seperti puzzel yang tidak lengkap. Ada banyak bagian bagian yang hilang dan tak dapat ia ingat. Terutama sedeorang bernama Myoui Mina.

Keanehan sanjutnya pada diri Jeongyeon adalah seminggu kebelakan ia hobby berada di rooftop gedung apartmentnya setiap malam hanya untuk memandangi bulan dan bintang sampai berjam jam. Ia merasa bahwa diatas sana ada yang sedang memandanginya juga, namun ia tak tau perasaan apa itu. Sampai Jeongyeonpun membeli banyak buku tentas astronomi dan luar angkasa. Bahkan hari ini, ia baru saja membeli teropong bintang di online shop karna ingin melihat benda benda langit lebih jelas.

Teman teman kantor Jeongyeon kebingungan dengan tingkah Jeongyeon akhir akhir ini. Bahkan mereka seperti tidak mengenal Jeongyeon lagi. Jeongyeon sama sekali tidak berbicara pada siapapun dan hanya fokus pada buku bukunya saat istirahat makan siang. Mata Jeongyeon selalu berbinar binar saat membaca buku seperti sedang menatap kekasihnya.

Yang lebih mengagetkan adalah tepat hari ini, Jeongyeon datang bertemu dengan Jennie, teman sekaligus CEO tempatnya bekerja untuk mengantarkan surat pengunduran dirinya.

"Jujur aku tidak rela untuk melepaskanmu. Aku akan tanya sekali lagi padamu, apa kau benar benar yakin?" Tanya Jennie.

Jeongyeon tersenyum tipis dan menghela nafasnya.

"Ya Jennie, aku yakin. Aku minta maaf karena harus meninggalkan perusahaan ini, tapi aku ingin memilih pekerjaan lain." Jawab Jeongyeon.

"Huftt, kemarilah." Jennie mendekati Jeongyeon untuk memeluknya.

"Maafkan aku." Ucap Jeongyeon sambil memeluknya.

"Tidak apa apa. Kurasa memang kita lebih di takdirkan untuk menjadi teman dibandingkan rekan kerja." Ucap Jennie sambil mengelus punggung Jeongyeon.

Setelah itu Jeongyeon mengemasi barang barangnya sambil berpamitan dengan teman temannya. Teman teman dekatnya banyak yang menangis karena perpisahan itu, namun Jeongyeon hanya mengatakan,

"Kita tetap bisa bertemu diluar kantor." Sambil mengeluarkan senyum terbaiknya.

Gadis itu merasa potongan potongan puzzel yang hilang dalam ingatannya harus ia lengkapi lagi. Ia tidak tau siapa sebenarnya Myoui Mina, namun ia ingin mencari taunya. Jeongyeon telah pergi ke rumah sakit dan mengecek takut takut ia ternyata mengalami gegar otak atau semacamnya, namun nihil. Dokter sama sekali tidak menemukan kejanggalan apapun dan juga tak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Jeongyeon.

Jeongyeon menghabiskan waktunya untuk mengunjungi semua tempat yang pernah ia kunjungi bersama Myoui Mina berdasarkan jurnal yang ia tulis. Vila di daegu, perpustakaan nasional, restoran ayam, toko buku, semua orang yang biasa melihatnya mendeskripsikan orang yang sama. Myoui Mina adalah gadis cantik berambut pirang dan bermata coklat oriental. Suaranya sangat lembut dan senyumnya sangat manis.

"Sial! aku sama sekali tak bisa mengingat apapun tentang gadis itu." Kesal Jeongyeon.

Setelah berkeliling, ia memutuskan kembali ke apartmentnya. Sudah berhari hari sejak Jeongyeon mulai menyelidiki lebih jauh tentang Mina dan hal itu membuat apartment Jeongyeon berantakan. Ia mengeluarkan semua buku buku dari rak dan melihatnya satu persatu. Ternyata selain tulisan di bagian depan buku, Jeongyeon juga menemukan beberapa catatan kecil yang tertulis di beberapa bagian buku.

"Jeongyeon jeongyeon♥"

"Mina sayang Jeongyeon."

"Mina akan bersama Jeongyeon selamanya."

*Tes tes

Tanpa Jeongyeon sadari, air matanya menetes membasahi buku tersebut.

"Ke-kenapa aku menangis??" Suaranya bergetar hebat.

Air matanya semakin terjun deras padahal ia sama sekali tak tau mengapa. Hatinya terasa begitu sakit membaca tulisan itu namun ntah mengapa. Otaknya dapat lupa, namun ternyata hatinya tidak. Ingatannya hilang, namun perasaannya sama sekali tak luntur. Walaupun ia tak ingat rupa gadis itu, walaupun ia tak tau bagaimana ia bisa bertemu gadis itu dan mengapa gadis itu tak lagi bersamanya, namun ia dapat merasakan rasa cinta yang begitu hebat saat mendengar nama gadis itu. Myoui Mina.

.
.
.

Disinilah ia sekarang. Kembali menatap langit yang sama. Langit malam penuh bintang dan terangnya bulan. Kembali ia rasakan ada sesuatu dibalik sinar bulan itu. Sesuatu yang seolah menatapnya juga.

Lagi lagi ia hanya bisa memandangi bulan. Lagi lagi ia hanya dapat berbicara sendiri seperti orang gila. Seperti orang bodoh yang tak tau sama sekali apa yang terjadi, dan seperti orang gila yang tak tau harus berbuat apa.

"Kenapa??" Lirihnya sambil memandang bulan.

"Kenapa aku selalu ingin melihat bulan??" Suaranya mulai bergetar.

"Kenapa aku selalu menangis seperti orang bodoh hanya karna melihat bulan?! hiks hiks." Tangisannya jatuh.

"Kenapa Jeongyeon?"

"Ya karna itu tidak baik, sudah jangan lakukan itu lagi."

*Deg

Tubuh Jeongyeon membeku. Matanya membesar kaget dan tak percaya.

"I-ingatan apa itu?! suara siapa itu?!" Kaget nya.

"Terima kasih."

"Ne?"

"Kau bilang apa barusan?"

"Jeongyeon sudah membuat Mina bahagia, terima kasih."

"Mi-mina?!" Sebuah puzzel yang hilang kembali dapat ia rasakan walau hanya sekelibat.

"Suara ini?! ini suara siapa?! inikah Myoui Mina?!" Jeongyeon benar benar gemetar. Air matanya deras membasahi pipinya.

"K-kumohon..." Lirihnya.

"Kumohon aku ingin melihat wajahnya!!! kumohon!!!" Suaranya meninggi dengan tangisan yang membanjiri.

"AKU INGIN BERTEMUNYA LAGI, MELIHAT WAJAHNYA LAGI WALAU SEKEJAP SAJA!! KUMOHON!!!" Teriaknya.

"Saranghae!"

Jeongyeon terdiam. Suara itu kembali lagi. Suara dari ingatannya yang hilang, samar samar dapat ia ingat kembali walau hanya sepotong.

"Mina.. siapa kau sebenarnya?!" Lirihnya.


































Aduhh knp saya jadi suka bikin yg sedih sedih heyy??

Lost My WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang