Coffee

871 153 23
                                    


"Silakan ganti baju dengan baju ini, kamar mandinya disebelah sana." Jeongyeon memberikan kemeja putih kepada Mina.

"N-ne." Angguk Mina.

Setelah Mina pergi ke kamar mandi, Jeongyeon pun menggaruk kepalanya dan merutuki dirinya sendiri.

"Dia kenapa?" Tanya Nayeon sambil berusaha tetap tenang.

"Aku tidak sengaja menabraknya dan menumpahkan kopi kepadanya. Huftt aku sangat bodoh." Jeongyeon mengeleng geleng.

"Untunglah minumanmu masih selamat. Ini minumlah." Jeongyeon memberikan jus strawberry pada Nayeon.

"Gomawo." Ucap Nayeon.

"Eumm Jeongyeon, bukankah gadis itu pacarmu?" Tanya Nayeon.

"Aniyo, aku saja belum pernah melihatnya. Mungkin tetangga baru." Ucap Jeongyeon.

"A-ahh begitu ya." Nayeon memgangguk angguk dan merutuki dirinya sendiri karena kebodohannya.

"Aku pasti salah ingat, huh bodoh bodoh bodoh! mau di taruh dimana wajahku sekarang." Kesal Nayeon dalam hati

"Eumn Jeongyeon, aku rasa aku harus kembali ke rumah. Eum... ada sesuatu yang harus aku urus." Nayeon bergegas segera berdiri.

"Ohh begitu kah?" Tanya Jeongyeon sambil ikut berdiri.

"Yeah, tidak apa apa tak perlh mengantarku ke depan pintu. Kau disini saja hehehe, sudah yaa aku pulang dulu, byeee." Nayeon tidak mungkin bisa menatap perempuan itu lagi setelah melakukan kebodohan. Daripada harga dirinya anjlok, lebih baik ia pergi dari situ dulu. Ia akan kembali dan melaksanakan aksinya lain waktu saja.

"Eoh? kenapa buru buru?" Bingung Jeongyeon.

Jeongyeon pun berjalan menuju ke tempat obat dan mengambil sebuah salep luka bakar untuk ia berikan pada gadis itu. Di apartment Jeongyeon hanya ada 1 kamar mandi dimana terletak di dalam kamar Jeongyeon. Ia pun memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan memberikan salep pada gadis itu. Tepat saat Jeongyeon membuka pintu, gadis itupun juga membuka pintu sehingga mereka terkejut.

"Eoh!" Kaget gadis itu.

"E-eh!" Jeongyeon pun tersentak dan terjadi kecanggungan antara mereka berdua.

"Ahh aku- anu- aku ingin memberikan ini." Jeongyeong menunjukan salep yang ia bawa.

"A-ahh." Gadis itu mengangguk angguk.

"I-ini salep luka bakar. Aku yakin pasti kulitmu sakit saat terkena kopi panas. Ijinkan aku membantumu menggunakannya." Jeongyeon membungkuk saking merasa berasal.

"Ahh ne, tentu saja." Gadis itu tersenyum dengan senang hati.

Saat ini keduanya berada pada posisi yang amat sangat canggung. Dimana gadia itu sedang mengangkat bajunya sampai ke perut dan Jeongyeon sedang mengoleskan salep pada perut gadis itu.

"A-apakah sakit sekali?" Tanya Jeongyeon untuk mengurangi rasa canggung mereka.

"E-eum yeah lumayan." Gadis itu mengalihkan pandangannya karena sentuhan jari diperutnya Jeongyeon benar benar membuatnya berdebar.

"Sekali lagi aku minta maaf, aku benat benar tidak sengaja." Sesal Jeongyeon.

"Tidak apa apa, aku pasti akan baik baik saja." Ucap Gadis itu sambil tersenyum.

"Apakah kau tinggal di unit sini?" Tanya Jeongyeon.

"A-ahh dulu iya, tapi sekarang sudah tidak. Aku hanya sedang ingin berkunjung ke unit seseorang." Jawab gadia itu.

"Ahh sudah pindah ya." Jeongyeon mengangguk angguk.

"Kau pasti sedang buru buru untuk pergi unit temanmu, maafkan aku." Sesal Jeongyeon lagi.

"Aniyo, aku sudah menemuinya." Ucap gadis itu tanpa memudarkan senyumannya.

"Ahh begitu yaa." Jeongyeon mengangguk angguk.

Setelah selesai mengoleskan salep pada perut Mina, Jeongyeon pun mengambil soda di kulkas dan memberikannya kepada Mina.

"Silakan diminum dulu, maaf aku hanya punya ini." Jeongyeon menyodorkan sekaleng soda pada gadis itu.

"Ahh maaf, tapi aku tidak menyukai minuman ped- ah maksudku soda, aku tidak terlalu suka soda." Tolak gadis itu dengan lembut.

"Ahh benarkah? ahh maaf aku tidak tau." Jeongyeon menggaruk geruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tidak apa apa, terima kasih sudah merawatku. Aku rasa aku akan pulang sekarang." Pamit Mina.

"Ahh eum bagaimana jika bajumu biar aku yang mencucinya?" Tawar Jeongyeon.

"Ahh ne, kalau begitu." Angguk gadis itu.

"Mari aku antar sampai ke bawah." Ajak Jeongyeon.

Mereka pun turun kebawah sambil berbincang bincang kecil. Setelah sampai dibawah Jeongyeon menawarkan diri untuk mengantar gadis itu sampai ke rumah karena sudah jam 10 malam, namun gadis itu menolak.

"Eum.. maukah kau makan siang bersamaku lusa di restoran pizza dekat sini? aku benar benar merasa tidak enak" Tanya Jeongyeon.

"Sepertinya kalau siang aku tidak bisa, bagaimana kalau malam? di restoran ayam di depan distrik?" Tanya gadis itu.

"Ahh tentu, baiklah! aku sangat suka ayam." Angguk Jeongyeon.

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa." gadis itu melambai lalu pergi.

"Huftt Jeongyeon bodoh bodoh bodoh." Jeongyeon merutuki dirinya sendiri sambil berjalan masuk ke gedung apartmentnya

Saat memasuki lift, Jeongyeon menyadarkan sesuatu.

"Ah iya! aishh bodoh! aku lupa menanyakan namanya! dan nomor telponnya juga! arghhgg bodoh!" Gerutunya.

Dilain tempat, seorang gadis sedang berjalan menyusuri gelapnya malam yang di sinari bulan dan bintang.

"Kau banyak berubah Jeongyeon." Ucapnya dengan air mata yang perlahan mengalir membasahi pipinya.

"Tidak seharusnya aku menghilangkan ingatanmu." Ucapnya sambil perlahan tubuhnya menghilang bersamaan dengan cahaya bulan.






































baru abis lari pagi, dapet inspirasi wkwkwk langsung nulis deh jadinya hehehe

VOMENT!!!

Lost My WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang