Hari-hari dihabiskan dengan aktivitas masing-masing tanpa menghiraukan satu sama lain.
Tidak akan terlalu sakit jika mereka tidak bertemu, namun mereka tetap harus bertatap muka dan menganggap semua baik-baik saja saat di depan orang yang mereka sayang.
Permintaan seseorang yang sudah Jaemin anggap sebagai ayah sendiri membuatnya rutin mengunjungi di rumah sakit.
Dan membuatnya lebih sering bertemu dengan Jeno.......
"Jen...?"
"Iya yah?"
"Kamu kenapa sering ke tempat begituan?"
Jeno terkejut kenapa ayahnya bisa tau, "Sesekali doang yah."
"Kenapa bohong sama ayah?"
Jeno terdiam, dia memang sering mengunjungi klub malam untuk mencari "seseorang" yang mana itu adalah sebuah tempat yang teramat sangat salah untuk mencari orang yang "benar"
"Kamu mau jantungan kayak ayah?!"
"Jeno gak minum banyak kok yah."
"Bukan masalah minumnya! tapi kamu kesana tuh ngapain?!"
"Iseng yah......"
"Iseng kok setiap hari! Mending kamu disini nemenin ayah, main sama Juwan juga lebih berfaedah, iya gak wan?"
Si bayi tersenyum dengan menunjukkan dua gigi kecilnya yang baru muncul.
"Tapi Jeno juga setiap hari kesini kan yah."
"Ayah capek sama kamu jen. Nana juga kenapa gak marahin dia?"
Jaemin sedari tadi terdiam, bingung harus menyikapinya seperti apa. Jaemin hanya melirik ke arah Jeno dan tidak berani mengatakan sesuatu.
"Dugaan ayah bener. Kalian marahan."
Keduanya sama-sama mengangkat kepala bersamaan dan kompak mengatakan, "Enggak."
"Kan. Kalian tuh kenapa? kayak bocah SMP aja, gak banget deh."
Juwan juga ikut marah-marah dengan omelan ala bayinya.
"Udahlah, ayah gak usah mikirin yang lain, pikirin kesehatan ayah aja. Jeno pergi dulu," sambil berjalan kearah pintu keluar. Jaemin dengan cepat mengikutinya.
"Dasar anak muda," sambil menggelengkan kepalanya dan Juwan yang hanya membulatkan matanya tidak paham.
"Mas!" Jaemin menahan lengan Jeno.
Jeno berbalik menatap Jaemin.
"Nana tau mas mau kemana, Nana juga tau kalau Nana gak seharusnya ikut campur urusan mas tapi......Nana minta mas jangan sering minum, apalagi pergi ke tempat itu.....gimana kalau mas kenapa-napa, gak seharusnya mas ada di sana....." Mata Jaemin menatap dengan sungguh-sungguh, takut jika kejadian di masa lalu terulang kembali. Akan lebih buruk jika Jeno melakukannya dengan orang lain.
Jeno juga ikut menatap Jaemin dengan mengernyitkan dahinya, ingatan yang entah kapan tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Wajah Jaemin yang sama namun dengan vibe yang menyedihkan. Kapan Jeno pernah melihat ini sebelumnya?
"Kamu gak usah khawatir. Mas bisa jaga diri," sambil melepaskan genggaman Jaemin dan berjalan menjauh. Jaemin hanya bisa menatap kepergian Jeno hingga menghilang dari penglihatannya.
Di sisi lain terdapat dua orang yang menyaksikan adegan itu dan pergi untuk menyusul Jeno.
👶
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumau Dia (Nomin)
FanfictionDi usia yang masih tergolong muda, Jaemin harus membesarkan anaknya, tidak seorang diri, dia dibantu oleh kakak dan adik sepupu kesayangannya. . . . Jeno mengalami dilema antara harus meneruskan perusahaan ayahnya atau membuat bayi diusia muda...