11. TamaT

5.4K 601 92
                                    

Jeno panik seedan-edannya setelah membaca pesan dari sang adik. Takut ayah kenapa-napa. Selama perjalanan dia selalu berpikiran buruk tentang apa yang mungkin terjadi pada sang ayah. Apa yang harus dia lakukan jika pikiran buruknya benar terjadi? Bahkan sang ayah belum sempat mengetahui jika bayi kecil yang selalu bersamanya adalah cucunya sendiri, sesuatu yang selama ini sangat diinginkannya.

Setelah sampai di RS, Jeno, Lucas, dan Yuta langsung berlari menuju kamar si pak tua ayahnya Jeno.

Jeno membuka pintu kamar dengan mendobraknya membuat engsel pintu hampir lepas bahkan Jeno tidak menyadarinya, so fun kah begitu?

Jeno terdiam sambil melihat ayahnya terbaring di ranjang RS, pelan-pelan dia mendekati sang ayah yang memejamkan mata.

"A-ayah......"

Tidak ada jawaban.

Jeno menyentuh lengan ayahnya dan mengguncangkannya.

"Ayah!"

Masih terdiam.

Wajah Jeno langsung memerah, sesuatu yang berada di dadanya tiba-tiba merambat keseluruh tubuh membuatnya lemas. Air mata yang sedari tadi tertahan tumpah begitu saja.

Jeno langsung memeluk tubuh pria yang sangat disayanginya dan menangis, "Ayah jangan pergiii! hiks......jangan tinggalin Jeno sendiri! Jeno minta maaf selama ini Jeno nakal...hiks....ka-kalau ayah bangun sekarang Jeno janji jadi anak baik...hiks....Jeno bakal turutin semua yang ayah mau hiks.....ayah mau Jeno gantiin ayah di kantor kan?! Jeno bakal lakuin sekarang juga.....(blablablabla)"

Yuta dan Lucas yang melihat pemandangan menyayat hati ikut bersedih. Lucas menyandarkan kepalanya di bahu Yuta sambil menangis. Mata Yuta sudah berkaca-kaca namun dia tetap menahan agar tidak menangis.

Jeno juga masih menangis sejadi-jadinya sambil berbicara ini itu bak anak kecil tanpa menyadari jika sang ayah telah membuka matanya dan tersenyum miring sambil mengisyaratkan untuk Yuta dan Lucas tetap diam.

Si pak tua terus tersenyum mendengar semua yang diucapkan Jeno sampai......

"Ada apa nich?" tanya Jiji yang dengan santuy masuk kamar, diekori Jaemin yang sedang menggendong Juwan.

Jeno, Yuta, dan Lucas menatap kedatangan mereka tanpa mengalihkan pandangannya.

/Hahaha papa papapapa/

Juwan yang melihat Jeno langsung tersenyum sumringah.

"Bang Jeno kenapa nangis?!" kaget Jiji saat melihat wajah dan mata Jeno yang memerah.

"Kenapa? KENAPA?! AYAH MODAR KAU BILANG KENAPA?!"

"MULUTNYA! Modar dari mana?! doi aja senyam-senyum gitu!"

Jeno langsung menoleh ke arah sang ayah yang tersenyum sambil menatapnya. Jeno mundur karena kaget melihat mayat hidup, pikirnya.

"Ayah mati suri?!"

/PLAK!/

"Ayah belom mati bego! Ayah cuma ngepreng!"

Kumau Dia (Nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang