Jeno berjalan memasuki 'Studio 96' sebuah perusahaan besar milik ayahnya.
Entah mengapa pagi ini sang abang meneleponnya untuk datang ke kantor sang ayah, katanya dia memiliki ide agar dapat terbebas sementara dari permintaan yang ayah mereka sampaikan tempo lalu.
Saat hendak menuju lift, Jeno bertemu dengan Jiji, "Loh, lu kok disini? lu gak ada hubungannya sama ini bocil."
"Gua tau, gua mah cuma kepo aja, sapa tau ada drama yang menarik."
"Dasar babik."
Pintu lift terbuka, keduanya langsung masuk kedalam, Jiji menekan tombol nomor 4 dan akhirnya mereka bergerak naik.
Saat sampai di lantai yang mereka tuju, Jeno dan Jiji berjalan menuju ruangan sang ayah.
Begitu sampai, Jeno langsung membuka pintu dan terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya.
"Nang ning ning nang euy Juwan ku sayang, Juwanku anak ganteng."
Sang ayah sibuk bermain dengan seorang bayi hingga bayi itu tertawa terbahak-bahak.
Dan apa-apaan dengan kantornya yang penuh dengan mainan anak-anak.
"Juwan~" Jiji berlari kearah ayahnya dengan girang.
"Udah sampe aja lu jen," Jefri menepuk bahu Jeno dan membuat empunya tersentak.
"Loh bang, Juwan kok disini? loh Nana?" Jeno bingung.
"Ayok ngomongnya diluar aja," Jefri menuntun dua orang yang lain untuk berjalan keluar ruangan.
"Nana bolehin ayah buat minjem Juwan, jadi kita bisa bebas sementara."
"Ha? gimana gimana?" Jeno bingung.
"Nana kan mau kerja mas, jadi Nana titip Juwan ke om," jawab Jaemin.
"Pas banget jen jadi simbiosis mutualisme."
Jeno hanya mengangguk dengan wajah yang penuh pertanyaan.
👶
Sekarang hanya tersisa empat manusia di ruangan ini karena Jefri dan Jiji sudah pergi lebih dulu, Jaemin masih bisa tinggal beberapa menit lagi sebelum dia pergi untuk bekerja, sedangkan Jeno? dia tidak ada kerjaan, yasudah dia tetep disini.
Setidaknya suasana tidak canggung karena terdapat bayi dihadapan mereka.
"Mas, om, Nana pergi dulu ya, udah hampir jam kerja Nana," sambil mengambil tasnya.
"Mau mas anter?" tawar Jeno.
"E-eh gak usah mas, Nana naik gojek aja."
"Gapapa, mas juga senggang kok."
"Ga-"
"Udah lah na gapapa, daripada gojek bayar mending naik gratisan, iya gak wan?" si bayi menjawab dengan tertawa.
"Jangan gitu om, Nana jadi makin gak enak."
"Kamu kok mirip banget sama kakakmu, susah mau manggil saya ayah," sambil berkacak pinggang.
"Hehe maaf o-eh yah, Nana belum biasa."
"Yaudah jen anter Nana sana nanti telat."
Jaemin menatap Jeno, Jenonya hanya mengangguk.
"Yaudah, Juwan mama kerja dulu ya~ Juwan jangan nakal sama kakek, Juwan jadi anak baik ya~" sambil mengecup pipi Juwan, tidak lupa salim sama orang tua Jeno.
Saat Jeno dan Jaemin berbalik ingin pergi, tiba-tiba Juwan teriak dan tangannya terulur kearah Jeno.
"Da da da da pa pa pa pa ma"
"Oh~minta dicium sama kau jen," kata sang ayah paham.
Jaemin menatap Jeno ragu, tapi Jeno tersenyum dan langsung menunduk ke arah wajah Juwan.
/Cup/
Kecupan singkat mendarat di pipi Juwan.
Juwan terus menatap Jeno dengan tangan mungilnya yang menyentuh wajah Jeno.
Beberapa detik Jeno dan Juwan saling menatap, Jeno dapat merasakan rasa hangat didalam dirinya.
Jeno sebenarnya sangat menyayangi si bayi dan juga ibunya, namun kenyataan memang pahit jika keduanya bukanlah miliknya.
"Papa nganterin mama dulu ya," ucap Jeno sambil berbisik dan dibalas senyuman lebar oleh Juwan.
Akhirnya Jeno dan Jaemin pergi meninggalkan Juwan bersama babysitternya.
"Liat tuh calon papanya Juwan sok malu-malu," ejek sang ayah yang tidak sengaja mendengar bisikan Jeno.
👶
Jeno dan Jaemin sudah sampai di parkiran belakang resto milik Jefri, Jaemin pun langsung turun dari motor.
"Makasih ya mas udah repot-repot nganterin Nana," sambil melepas helm pink milik salah satu karyawan 'Studio 96'
"Enggak kok na, santai aja."
"Yaudah mas, Nana masuk dulu ya." Jaemin putar balik dan hendak berjalan memasuki restoran.
"Na!"
Yang dipanggil pun menoleh, "Iya mas?"
"Mmm......anu......pulang ja-"
"Na! udah sampe? eh ada Jeno juga, mau ketemu Jefri jen?" tiba-tiba Yuta muncul dari balik pintu belakang, Jeno menjawab pertanyaan Yuta dengan menggeleng.
"Oh yaudah, sini masuk na."
"Bentar mas! tadi mas Jeno mau ngomong apa?" tanya Jaemin.
"Gak papa na, semangat ya." Jeno tersenyum.
"Iya mas makasih, Nana masuk dulu ya," Jaemin berlari menghampiri Yuta, "Mas Yuta kok di sini?"
"Iyalah nungguin kamu."
"Gombal," Jaemin dan Yuta berjalan memasuki restoran, Jeno hanya bisa melihat punggung Jaemin menjauhinya sampai tidak terlihat lagi.
Untuk apa dia berpikir menjemput Jaemin saat pulang nanti, dia aja kerja ditempat yang sama, sama lakinya.
Jeno hanya bisa kembali menjadi sadboi dan melajukan motornya menjauh dari resto.
💍TBC💍
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumau Dia (Nomin)
FanfictionDi usia yang masih tergolong muda, Jaemin harus membesarkan anaknya, tidak seorang diri, dia dibantu oleh kakak dan adik sepupu kesayangannya. . . . Jeno mengalami dilema antara harus meneruskan perusahaan ayahnya atau membuat bayi diusia muda...