6. Kebenaran 🔞

6.6K 668 56
                                    

Bocil minggir doeloe⚠️🔞

.
.
.

"Jeno masih sayang sama lu."

"Tiba-tiba?" Jaemin menghentikan aktivitas mencuci piringnya.

"Gimana?"

"Gimana apanya?" Jaemin kembali mencuci piring.

"Lu gak boleh ngerahasiain ini terus."

"Jangan....." Jaemin menatap Yuta lekat.

"Apa?"

"Jangan buat Nana berharap mas." Jaemin hendak berjalan keluar dari dapur.

"Juwan juga anaknya Jeno!"

Jaemin terdiam, tubuhnya bergetar menahan tangis, tangannya mengepal dengan kuat menahan semua kebenaran yang terpendam.







































Sekitar 2 tahun yang lalu.....

"Bang bagi ice cream nya dong."

"Lu punya sendiri!"

"Udah habis."

"Yaudah!"

"Yaudah beliin!"

"Ogah!"

"Depan rumah doang."

"Jalan sendiri sana!"

"Tapi gua pegang kartunya bang Jefri, serius gak mau?" Jiji tersenyum miring dengan jari telunjuk dan tengahnya yang mengapit kartu kredit Jefri yang tertinggal.

"Berangkat," Jeno langsung menyaut kartu yang dipegang Jiji dan berjalan keluar apartnya. Jiji tersenyum penuh kemenangan, murahan sekali kakaknya mau ngebabu karena diberi uang.

Jeno menaiki motor untuk menuju ke sebuah supermarket yang tidak jauh dari rumahnya, yakali ada black card doi cuma beli ice cream lima ribuan.

Memasuki kawasan supermarket Jeno sangat bahagia karena banyak sekali serba-serbi yang ingin dia beli. Toh abangnya tidak akan masalah jika dia menghabiskan beberapa juta uang, paling-paling hanya di blacklist dari restonya.

"Jen!" seorang lelaki muda yang lebih tinggi dari Jeno datang dari arah berlawanan.

"Perkara gratisan aja lu gercep," cibir Jeno.

"Kesempatan gak datang dua kali bro."

Sebelum Jeno berangkat ke supermarket, dia sempat mengirim pesan kepada sahabat baiknya, Lucas, untuk datang ke supermarket yang dimaksud, bilangnya sih Jefri sedang berbaik hati meminjamkan black card miliknya.

"Cus hunting!" Jeno dan Lucas sama-sama mengambil troli untuk menampung barang-barang yang akan mereka beli.

Jeno mengambil banyak sekali barang, entah yang dia butuhkan atau yang hanya untuk memuaskan nafsu duniawinya saja.

Saat asyik toleh sana toleh sini untuk mencari barang menarik lainnya, Jeno tertuju kepada barisan boneka warna-warni yang tersusun rapi.

Jeno berjalan mendekati boneka-boneka itu, berpikir....

"Mirip Nana," Senyuman terlukis di bibir tipis milik Jeno saat dia memperhatikan salah satu boneka kelinci warna putih yang menurutnya lucu.

Jeno langsung mengambil boneka tersebut dan berniat untuk memberikannya kepada seseorang.

"Dih beli boneka lu?" Lucas datang secara tiba-tiba.

Kumau Dia (Nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang