"ARJENO! come here and talk to me!!"
"Gak bisa basa enggres," sambil berjalan menuju pintu keluar.
"Gak kesini sepatu melayang! satu....."
"Iya iya bawel," Jeno berjalan kembali kearah sang ayah sebelum sepatu kinclong itu menancap dikepalanya.
"Kamu ha-"
"Moh!"
"Dengerin du-"
"Emohhh aku emohhh," sambil melipat kedua tangannya.
"Hehehehe" terdengar gelak tawa dari kedua insan yang sedang memperhatikan pertengkaran ayah dan anaknya itu.
"Uang saku kalian ayah potong!" ucap telak sang ayah.
"Loh kok gitu yahhh," si bontot tidak terima, tapi si sulung biasa saja, karena dia punya penghasilan sendiri.
"Jen, kalau bukan kau yang nerusin usaha ayah, siapa lagi?!"
"Jeno gak masalah kalau harus nerusin perusahaannya ayah, toh itu juga bidangnya Jeno, tapi gak sekarang juga ayahandaaaaa"
"Gak mau! harus sekarang!"
"EMOHHHHHH"
"Ya tuhannnn paringono sabar kuat slamet langgeng sentosooo kanggo ngadhepi ujian ikiiiiii"
"Udah lah yah, gak usah dramatis, kenapa pengen cepet-cepet? biarin Jeno kuliah dulu, nanti kalau Jeno lulus pasti bakal masuk perusahaan ayah juga," kata bijak si sulung
"Kalian tu gak paham....." dengan nada yang semakin pelan.
"Dah lah yah, daripada stres, mending cari baby baru sana," kata si bontot.
Sang ayah langsung membuka lebar-lebar matanya seperti mendapat ide, "Fine, kalau Jeno gak mau sekarang gapapa, tapi ada syaratnya."
"Yeay-" baru saja Jeno akan bahagia namun langsung terpotong dengan apa yang ayahnya katakan.
"Kasih ayah baby," dengan wajah yang ceria.
Ketiga anaknya langsung terdiam dan menatap sang ayah.
"Ayah beneran mau dicariin pacar?" kata Jiji polos.
"Kok pacar sih? baby ya baby, bayi, kan Jiji sendiri tadi yang bilang."
"APAAAAAAAA" Ketiganya kompak
👶
"Ini semua salah lu bocil! dikira pak tua itu tau bahasa gaul apa! baby baby segala! lu tu emang jancok!"
"Ampun bangggg gua gak ngira kalau bokap bakal se stupid itu"
"Mana gua juga terlibat lagi, hadeh~" Jefri memijat pangkal hidungnya.
"Teus lu berdua mau gimana lur? mau nikah?"
"Ayah gak bilang harus nikah sih, yang penting kasih dia cucu. Hah~bapak mana yang mendukung anaknya zinah? bapak gua." Jefri menggelengkan kepalanya.
"Hahahahaha mampus buat lu jen, gak ada yang bisa diajak buat bayi," Lucas mengejek Jeno
"Diem lu asu!"
"Lu gimana jef? mau bilang Taeyo?"
"Gua gak tau bilangnya gimana jon, kalau dia belum siap gimana? nanti malah risih sama gua? guanya diputusin, dapetin dia susah lur," Jefri overthinking.
"Santuy aja ngab, lu juga dah biasa naikin dia kan," Joni menyesap kopinya.
"Eh bener juga, gimana kalau kondomnya gua bolongin terus bilang kalau itu kecelakaan? ahsiapppp ide gua cemerlang bet," Jefri tersenyum bangga.
Keempat orang yang lain hanya menatap dengan disgust.
"Ati-ati kena pasal bang," Jiji tetap sibuk dengan kentang gorengnya.
"Hayoloh jennn terpaksa nyewa lonte nih hahaha," Lucas masih sibuk meledek sahabatnya itu.
Jeno tampak tak peduli dan berpikir, gak mungkin dan gak mau juga Jeno cari lonte cuma buat nampung bayinya, gini-gini Jeno gak mau barang bekas pakai, apalagi buat nampung bayinya.
Apa Jeno kabur aja ya? dih gak banget, kayak anak SMP putus cinta aja.
Dah lah, Jeno lebih memilih memakan makanannya, perkara perbayian bisa diurus nanti.
👶
"Ma~ma~ma ma ma"
Seorang pria manis yang sedang terlelap dikejutkan dengan tangan mungil yang menepuk-nepuk wajahnya.
"Juwan? Juwan kebangun? Juwan laper?" sang bayi yang sepertinya mengerti pun mengangguk.
"Yaudah, yuk mama buatin susu dulu ya," sambil menggendong Juwan menuju dapur.
Didapur dia mendapati kakaknya sedang mengocok botol susu.
"Kak Taeyo belum tidur?"
"Ini kakak kebangun mau kekamar mandi, terus nengok ke kamarmu ternyata Juwan masih belum tidur, malah asyik cium-cium wajah kamu, yaudah kakak buatin susu," sambil tertawa kecil.
"Hehehe makasih kak."
"Iya Nana. Sini biar kakak aja yang gendong Juwan, kamu capek kan," Taeyo langsung mengambil Juwan dari gendongan Jaemin, soalnya keliatan banget kalau matanya Jaemin merah.
"Gapapa kak, Juwan aku bawa ke kamar aja."
"Udah gak usah, malam ini Juwan tidur sama kakak, kamu istirahat sana, kalau kamu sakit gimana?" Taeyo mengusap pipi adiknya itu.
"Yaudah kak, makasih ya, Nana balik kekamar lagi."
"He'em."
Jaemin kembali kekamarnya, dia menjatuhkan dirinya dikasur sambil memeluk boneka kelinci milik Juwan.
Lelah sekali dia hari ini, semoga besok adalah hari yang baik.
💍TBC💍
Yap yap yap balik lagi sama Yaya disini
gimana kabarnya wahai umat manusia sekalian? semoga baik-baik saja
apakah kelen tekejut dengan cerita yang berbeza?
harusnya tidak ya, karena sudah saya beritau sebelumnya🤓
kurasa ceritanya bakal bener-bener berbeda, eh gak juga, tapi mostly berbeda lah
semoga kelen suka and gak bosen-bosennya mantengin ff inih😗
yasudah see u soon bye bye👋👋👋
Terima kasih sudah membaca😁
Voment juseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumau Dia (Nomin)
FanfictionDi usia yang masih tergolong muda, Jaemin harus membesarkan anaknya, tidak seorang diri, dia dibantu oleh kakak dan adik sepupu kesayangannya. . . . Jeno mengalami dilema antara harus meneruskan perusahaan ayahnya atau membuat bayi diusia muda...