Priestess

1.3K 166 23
                                    

Hari yang baru telah datang. Keadaan Agatha membaik. Gadis itu mengenakan seragamnya dan pergi keluar markas.

"Hanji sedang meneliti bahan eksperimennya, Nii-Chan dan Dancho sedang berusaha menemui Eren.. Aku juga harus berbuat sesuatu.." batin Agatha.

Agatha berpikir, jika Eren memiliki wujud titan, bukan tidak bungkin jika collosal titan dan armored titan merupakan manusia.

"Aku yakin Erwin Dancho juga mempunyai pikiran seperti ini." Kuda Agatha melesat kearah Wilayah Trost.

Pembasmian titan di Wilayah Trost belum usai. Agatha memutuskan untuk membantu anggota yang lain. Keberadaan Agatha bisa sangat membantu disana.
.
.
.
Agatha sampai di atas dinding Rose. Ia melihat Komandan Pixis tengah menembakan meriam ke arah sekumpulan titan yang berada di bawah tembok.

"Nona Agatha.. Sungguh senang kau bisa bergabung dengan kami.." Komandan Pixis menyambut Agatha.

"Aku ingin membantu.. Dimana bagian yang masih banyak titan?" tanya Agatha.

"Di bagian selatan ada beberapa anggota baru, mungkin saja mereka kewalahan.. Apa kau bisa membantu disebelah sana?"

"Tentu.. Dengan senang hati.." Agatha mengeluarkan pedang gandanya.

"Jangan terlalu lelah, Agatha. Aku dengar dari Erwin, kau tumbang kemarin.." Pixis mengkhawatirkan Agatha.

"Ahaha.. Erwin Dancho terlalu khawatir padaku.. Aku baik-baik saja.. Aku masih terlalu muda untuk mati.." Agatha melesat ke arah selatan.

"SRAAAK!!!" Satu persatu titan jatuh karena serangan kilat Agatha. Pembasmian titan di kota ini sangat membuat Agatha berkeringat.

Tiga jam berlalu. Agatha sudah berkali-kali mengganti pedang dan gasnya. Jumlah titan juga sudah berkurang drastis.

"Fiuuuh!!!! Duduk dulu ah..." Agatha duduk di salah satu bangunan.

"Tap!!!!" Ada dua orang mendarat di atap tepat diatas Agatha.

"Aku tidak percaya kita membiarkannya.." terdengar suara laki-laki.

"Ini dilakukan demi kelancaran misi kita, Reiner. Kita tidak bisa membiarkannya mendengar seluruh rahasia kita."

"Marco telah tiada, Berthold.. Kita membunuhnya.."

Agatha yang mendengar percakapan itu merasa janggal. Gadis itu memutuskan untuk mendengar percakapan lebih lanjut sambil bersembunyi.

"Sudah jelas kita harus membunuhnya! Dia tahu identitas kau dan aku.. Annie juga! Dia tahu bahwa kau adalah Armored Titan dan Aku adalah Collosal Titan.."

Leher Agatha seperti tercekik. Napasnya tercekat. Ia terkejut mengetahui fakta bahwa juniornya adalah musuhnya.

"Erwin.. Aku harus memberitahu Erwin!" pikir Agatha.

Kaki Agatha tidak dapat digerakkan. Ia masih terkejut mendengar percakapan Reiner dan Berthold.

"Sial.. Kakiku lemas sekali!" batin Agatha.

"Reiner.. Jangan lupa Priestess itu.. Dia juga merupakan ancaman."

"Priestess??" Agatha bingung.

"Kesampingkan dulu dia.. Tujuan utama kita bukan Priestess, walau dia bisa menjadi ancaman.. Lagipula kemampuan gadis itu melebihi kita.. Bisa-bisa kita yang mati nantinya.."

"Tapi, lebih baik kita segera merencanakan sebuah cara untuk membunuhnya."

"Kita tidak punya hak untuk membunuhnya, Berthold.. Itu tugas pimpinan. Setidaknya kita harus menculiknya seperti rencana kita pada anak itu."

AMETHYST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang