Kehilangan

1.2K 181 86
                                    

Sudah 5 hari semenjak Daniel membawa Heeseung pergi dari rumah, sejak saat itu juga suasana di kediaman KSeung Family selalu suram. Pagi hari akan selalu menjadi hal yang paling menjengkelkan bagi mereka semua. Tentu saja semenjak Daniel dan Heeseung pergi, tidak ada yang membangunkan mereka alhasil semuanya kesiangan. Tidak ada juga yang menyiapkan makanan membuat mereka mencari alternatif lain seperti memesan makanan dari luar, serta tidak ada yang beberes rumah.



Seperti pagi ini, akibat tidak ada yang mendengar alarm membuat ketiga anak remaja itu jadi terlambat bangun. Dengan langkah terburu-buru, Ni-Ki menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral sebelum ekor matanya mendapati sosok wanita muda yang sudah tinggal dengannya akhir-akhir ini.




"Eh lu masak dong, gue laper."



"Hah? Masak?"



"Iya, kenapa lu kaget banget? Kek nggak pernah masak aja."




"Nggak."



"Yang gampang-gampang aja, mie misalkan, lu bisa kan? Gue laper banget nih."


"Aku nggak tahu masak Nik." Dengan pelan, Tasya berucap malu-malu membuat Ni-Ki menatapnya malas.



"Bahkan mie pun lu nggak tau masak?  Nggak salah sih gue nolak lu dari awal."


"Tunggu Nik." Tasya menahan lengan Ni-Ki ketika anak remaja itu hendak pergi, Ni-Ki hanya menoleh sejenak. "Kita bisa mempekerjakan ART nanti, jadi kita nggak perlu mas....."




Ni-Ki menghempaskan tangannya dengan keras, terbukti dengan Tasya yang sedikit meringis kesakitan dibuatnya. "Inget baik-baik, sampai kapan pun gue nggak bakalan mau menikah dengan cewek manja modelan kayak lu yang taunya cuman shopping dan skincare. Sama aja gue nikahin orang yang nggak berguna, lu nggak ada bedanya sama sampah tahu nggak."





Setelah mengucapkan hal itu, Ni-Ki segera meninggalkan Tasya yang hanya bisa menunduk diam. Ni-Ki akui perkataannya sedikit kelewatan. Jika Heeseung tahu kalau Ni-Ki berucap kasar seperti itu terlebih kepada yang lebih tua, mungkin Papa nya akan menegurnya. Tapi Ni-Ki hanya mengeluarkan uneg-uneg nya kok. Selama tinggal di sini, cewek itu memang tidak pernah membantu Papa nya sama sekali. Memperlakukan dirinya seakan ia adalah Tuan Putri. Kalau bahasa kasarnya sih cewek itu nggak tau diri yang kerjanya cuman numpang tinggal, Makan, tidur, dan BAB di sini.








"Lu abis marah sama Tasya Noona ya. Ketahuan Daddy kamu bakal dimarahin loh."


"Biarin, abisnya kesel banget sama dia yang nggak bisa ngapa-ngapain. Setidaknya dia sedikit membantu mungkin masak atau apapun itu. Sial, hidupku rasanya hancur banget tanpa  Papa lima hari ini."



Taki menepuk pelan pundak Ni-Ki, paham betul dengan perasaan kembarnya karena dia juga merasakan hal yang sama. Semenjak Papa nya dan Daniel pergi, hidup mereka nampak berantakan. "Pulang sekolah kita temuin Daniel yuk, minta Papa kembali atau minimal ngasih kita penjelasan kenapa dia bawa Papa pergi."


Yup. Daniel memang tidak menjelaskan apa yang terjadi dengan saudara-saudara nya. Ketika datang ke rumah ia hanya mengatakan bahwa Daddy nya menyakiti sang Papa dan kemudian anak itu pergi bersama Andy dengan beberapa baju di tasnya. Bahkan Daddy nya tidak bisa dimintai penjelasan saat ini, Daddy nya pulang ke rumah dengan keadaan emosi.






"Iya aku juga ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya. Yuk cepetan berangkat, kangen Kak Sunoo nih, mau minta peluk. Pelukannya Kak Sunoo selalu bikin nyaman."





"Hidih Bulol dasar."















































































Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang