Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal manakala adiknya menangis sesenggukan sambil tengkurap di atas sofa. Kevin mungkin jago soal wanita, tapi lain lagi jika wanita itu adalah adiknya sendiri. Ia malah bingung harus berbuat apa.
“Dek, masa lo mau nangis terus sih?” ujarnya yang tak mendapat respon apapun dari Sekar.
Ini sudah sepuluh menit sejak mereka menginjakan kaki di apartemen Kevin dan Tevin, tapi tangis Sekar tak kunjung berhenti.
“Ini pasti karma. Gara-gara kak Kevin sering mainin cewek, makanya sekarang aku ngalamin kaya gini!” kata Sekar di sela-sela tangisnya. Rambut panjangnya tampak berantakan, sebagian basah terkena air mata.
“Kok jadi nyalahin gue?”
“Pokoknya ini salah kak Kevin!” kata Sekar tidak bisa didebat lalu tangisnya kembali terdengar. Padahal ia sudah berjanji untuk tidak menangisi Zein lagi, tapi hanya dalam hitungan hari ia sudah melanggarnya.
“Iya iya maaf deh, nggak lagi-lagi gue mainin cewek. Abis ini gue tobat.” Kevin mengalah, tapi tak membuat tangisan Sekar berhenti.
“Udah dong dek nangisnya, entar gue dikira udah ngapa-ngapain lo.” Kevin niatnya ingin menghibur, tapi malah membuat tangis Sekar semakin kencang hingga tiba-tiba pintu apartemen terbuka.
Tevin datang sambil menenteng sekantong belanjaan dan terkejut mendapati Sekar sedang menangis. Ia langsung berderap mendekat. “Kevin lo apain Sekar?!” tuduhnya.
“Sumpah bukan gue!” Kevin mengangkat kedua tangannya di depan dada. “Dia nangis gara-gara Zein tuh, bukan gue serius.”
Kevin meneguk ludahnya melihat tatapan laser Tevin. Ia paling takut jika kembarannya itu sudah marah. Biar dikata Tevin punya aura malaikat, tapi ketika ia marah maka Tevin berubah jadi malaikat pencabut nyawa.
Dulu waktu kecil Kevin pernah sekali iseng menjahili Sekar sampai adiknya itu menangis karena terjatuh dari pohon jambu. Setelah itu dia dimarahi habis-habisan oleh Tevin dan orang tuanya lalu Tevin mendiamkannya lebih dari dua minggu dan berhenti membantu Kevin menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya alhasil Kevin jadi sering dihukum karena tidak mengerjakan PR beberapa kali. Lalu sejak saat itu Kevin kapok cari gara-gara dengan Tevin.
“Zein kenapa?” Tatapan Tevin sudah melunak. Ia duduk di samping Kevin.
“Dia selingkuh sama Citra,” lapor Kevin sebelum menjelaskan kejadian di kos-kosan Zein tadi.
Namun reaksi Tevin tampak biasa saja setelah ia mendengar cerita Kevin. Ia malah menghela napas panjang dan menatap adiknya prihatin.
“Zein nggak selingkuh,” ucapnya membuat Sekar dan Kevin menoleh serempak. “Awalnya kakak setuju buat ngerahasiain ini dari kamu, tapi karena udah terlanjur begini jadi kakak bakal kasih tau kamu aja sekalian.”
Sekar berhenti menangis dan menatap Tevin penuh tanya, tapi cowok itu tak kunjung bicara. Ia malah beranjak ke dapur dan mengambilkan Sekar segelas air putih serta menyodorkan sekotak tisu.
“Minum dulu!” katanya. Sekar melakukan yang diperintahkan Tevin dengan patuh.
Setelah melihat Sekar sedikit lebih tenang, barulah Tevin membuka mulutnya. “Zein udah suka sama Citra dari lama.”
Sebuah kalimat pembuka yang bikin Sekar maupun Kevin melongo tak percaya. Terlebih Sekar yang kini bertanya-tanya, sejak kapan Zein suka sama Citra? lalu ia mulai mengingat kedekatan mereka selama ini yang ia kira hanya sebatas teman biasa.
“Alasan Zein mutusin kamu, karena dia suka sama Citra dan kalau dia masih terus deket sama kamu itu artinya dia juga bakal sering ketemu sama Citra. Makanya pas kamu minta putus, Zein langsung ngeiyain.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Pieces [𝙴𝙽𝙳]
Tiểu Thuyết ChungIni tentang Sekar dan segala kegalauannya akan sang mantan juga tentang Reno yang datang untuk menolong, tapi malah berakhir jadi yang ditolong. Tentang dua hati yang patah dan dipertemukan untuk saling memperbaiki. Romance | Campus Life Start : 13...