Berkat Sekar, Reno sudah tidak lagi berlarut-larut dalam kegalauannya. Kini ia sudah kembali ikut nongkrong bersama teman-temannya. Seperti sore ini mereka sedang asik bermain basket di lapangan fakultas ketika cewek Reno tiba-tiba datang menemuinya.
“Reno!” panggilnya tak hanya membuat Reno menoleh, tapi teman-temannya juga ikut menoleh.
“Bukannya itu mantan lo, Ren?” tanya Abian membuat Sekar mengerjap. Oh jadi ini mantannya Reno, cakep juga sih pantes Reno gak mau pisah.
“Gue break bentar!” kata Reno tanpa menghiraukan teman-temannya dan berlari menghampiri sang mantan. Sementara mereka langsung lirik bingung, tapi tak ada satupun yang berani protes.
“Gue curiga nih mantannya Reno ngajak balikan,” celetuk Citra yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Sekar.
“Masa sih?”
“Ya lagian buat apa dia ngedatengin Reno lagi?”
Sekar tampak berpikir. “Ngomongin masalah yang waktu itu kali, yang katanya Reno ngedatengin cowok barunya.”
“Waduh, gawat dong kalau kaya gitu, entar bakal jadi perang dunia ketiga,” ujar Citra setengah panik karena ia tahu seperti apa Reno. Cowok itu gampang terbawa emosi, belum lagi ia kadang suka kelepasan berbicara yang tidak-tidak tanpa berpikir lebih dulu.
Citra dan Sekar fokus mengamati Reno sementara cowok-cowok yang lain lanjut bermain basket. Setelah obrolan mereka selesai, cewek Reno alias Vina pamit setelah mengulas senyum kecil pada Reno sedangkan cowok itu langsung mematung dan menatap sosok Vina sampai dia menghilang dari pandangannya.
Reno kembali kepada teman-temannya dengan langkah gontai dan wajah yang tampak suram. Sepertinya Vina baru saja menaburkan garam pada lukanya atau malah menorehkan luka baru.
“Kenapa lo?” Gavin yang pertama bertanya sambil melemparkan bola basket ke arah Reno.
Reno menangkap bola itu lalu menghela napas panjang. “Gue sama Vina udah bener-bener selesai.”
“Loh, bukannya emang udah selesai dari kemaren-kemaren?” ujar Gavin bikin Reno mendelik tajam dan kembali melemparkan bola basket pada Gavin. Beruntung cowok itu dengan sigap langsung menangkapnya.
“Gue cabut duluan ya!” Reno meraih tasnya yang semula diletakan di pinggir lapangan. Moodnya pasti menurun drastis.
“Ah elah masih jam segini Ren!” Reno mengabaikan Gavin dan beranjak dari tempatnya sambil melambai singkat.
“Abis ini pasti ngegalau lagi,” ujar Citra merasa prihatin. Padahal Reno baru saja pulih dan keluar dari perasingannya.
“Gue juga cabut duluan ya?” ujar Sekar tiba-tiba setelah melirik jam yang melingkar di tangannya. Ia kemudian pergi ke arah yang berlawanan dengan Reno.
Sekar hampir saja lupa bahwa ia ada janji dengan Zein. Jadi, tadi pagi Zein tiba-tiba menghubunginya, katanya dia ingin mengembalikan Noki—kura-kura peliharaan Sekar yang ia simpan di kos-kosan Zein.
Sebenarnya awalnya Sekar memelihara dua kura-kura jenis Red Ear Slider, tapi salah satu dari mereka yang bernama Olin sudah mati, seminggu sebelum Sekar meminta putus dari Zein dan alasan dulu dia tidak menyimpan kura-kura itu di kos-kosannya sendiri karena tidak ada tempat. Kamar Sekar sudah penuh dengan barang-barangnya.
Kurang dari sepuluh menit Sekar sudah sampai di depan kos-kosannya dan Zein tampaknya sudah tiba lebih dulu. Ia duduk di balkon dengan sebuah aquarium kecil yang ia letakan di atas meja. Buru-buru Sekar melompat turun dari motornya.
“Udah lama nunggu? maaf tadi aku mampir ke fakultas sebelah dulu.”
“Nggak kok.”
“Makasih ya Zein, maaf ngerepotin.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Pieces [𝙴𝙽𝙳]
General FictionIni tentang Sekar dan segala kegalauannya akan sang mantan juga tentang Reno yang datang untuk menolong, tapi malah berakhir jadi yang ditolong. Tentang dua hati yang patah dan dipertemukan untuk saling memperbaiki. Romance | Campus Life Start : 13...