「09」Level Up

2.3K 529 70
                                    

“Kar, yakin lo mau ke kampus?” tanya Citra pagi itu untuk yang kesekian kalinya.

“Gue cuma demam biasa Cit. Lagian ini udah mendingan kok.”

“Yaudah gue anter aja ya, takut nanti pas bawa motor lo ngegelepak di jalan.”

“Serah lo.” Citra segera bersiap-siap. Ia memakai hoodie kesayangannya lalu mengeluarkan motor dari dalam garasi yang sudah lama tidak ia pakai lantaran sejak jadian sama Surya, dia jadi lebih sering kemana-mana dengan cowok itu. Apalagi mereka satu jurusan dan kadang ada kelas yang sama.

“Kar ayo!” teriak Citra.

“Bentar.” Sekar segera meneguk habis susunya lalu berlari ke depan sambil memakai helm.

“Eh, kenapa nih?” pekik Citra setelah tiga menit motornya keluar dari kosan dan mendadak berhenti dengan sendirinya di tengah jalan.

“Kenapa Cit?”

“Gak tau dah tiba-tiba mogok.” Citra mencoba menyalakan motornya kembali, tapi mesin roda dua itu tak mau menyala.

Sekar terpaksa turun bersamaan dengan helaan napas panjang yang keluar dari mulutnya. Seharusnya tadi Sekar tidak mengiyakan tawaran Citra, karena bukannya membantu Citra justru membuat Sekar susah. Mana kurang dari lima menit lagi kelas Sekar akan dimulai.

“Gimana sih Cit, tau gini tadi gue bawa motor aja,” keluhnya.

“Ya maap, gue kan nggak tau kalau motor gue bakalan mogok tiba-tiba.” Citra menepikan motornya ke pinggir jalan.

“Namanya mogok ya tiba-tiba njir, mana ada mau mogok bilang-bilang.”

“Seenggaknya ngasih tanda-tanda gitu loh.”

Sekar merotasikan matanya lalu merogoh ponsel dari dalam tasnya. Berniat memesan ojek online karena dia malas berjalan mengingat letak kampusnya masih jauh.

Namun, belum sempat ia menekan menu pesan, sebuah motor menepi menghampiri mereka membuat keduanya kompak menoleh dan berujar, “Reno?!”

“Lagi ngapain kalian?” tanyanya tanpa membuka helm.

Senyum Sekar malah mengembang. “Ren gue nebeng lo ya? motor Citra mogok. Cit, lo telepon Surya aja suruh jemput!” Kemudian tanpa menunggu persetujuan lawan bicaranya, Sekar naik ke aras motor Reno.

“Ayo Ren gue udah telat.” Sekar memberikan tepukan ringan pada bahu Reno. “Dah Citra, gue duluan.”

Dalam hitungan detik motor itu melaju meninggalkan Citra. Bukannya Sekar mau bersikap kejam pada temannya, hanya saja ia sedang dikejar waktu. Kelas akan segera dimulai dan dosen yang mengampu mata kuliahnya hanya mentolerir kerterlambatan maksimal sepuluh menit saja. Lebih dati itu, beliau tidak akan mengijinkan masuk.

“Nggak apa-apa tuh Citra ditinggalin?”

“Gapapa paling bentar lagi Surya dateng,” jawab Sekar sekenanya.

Tak lama kemudian motor Reno sudah sampai di depan gedung fakultasnya. Sekar langsung melompat turun.

Thanks ya Ren.” Sekar berniat berlari, tapi Reno lebih dulu mencekal lengannya.

“Lepas dulu tuh helm,” katanya bikin Sekar mengerjap.

“Hah?” Reno gemas sendiri melihatnya. Lalu ia tiba-tiba mendekatkan wajahnya bikin Sekar spontan melebarkan mata dan membeku di tempat.

Tapi ternyata Reno hanya melepas helmnya.

“Dah sana masuk kelas, nanti kabarin kalau udah selesai biar gue jemput,” katanya setelah mengambil alih helm Sekar.

Heart Pieces [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang