Citra turun dari motornya dan menenteng kotak berukuran sedang serta sebuah boneka beruang berwarna coklat milik Sekar. Hari ini ia bertugas sebagai kurir untuk mengantarkan semua barang-barang kenangan dari Zein.
“Permisi,” sapanya pelan lalu masuk begitu saja karena ia sudah hapal letak kamar Zein. Dulu ia pernah mengantar Sekar saat sahabatnya itu hendak memberikan surprise ulang tahun Zein.
Sampai sana, Citra melihat pintu kamar Zein terbuka lebar. Zein ada di sana bersama seorang cewek yang mungkin teman kuliahnya—tapi Sekar lebih suka memanggilnya sebagai gebetan baru Zein—mereka sedang fokus mengerjakan sesuatu sampai tidak menyadari kehadiran Citra.
“Ehm ... hallo?” Citra berdehem dan berujar pelan untuk memberitahu eksistensinya.
Zein mendongkak dan terkejut melihat sosok Citra berdiri tegap di depan pintu kamarnya. “Citra?”
“Gue ke sini cuma mau ngasih ini.” Citra meletakan kotak dan boneka yang dibawanya di atas lantai. “Dari Sekar.”
Zein berdiri, terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Ia lantas mengatupkan kembali rahangnya dan menatap barang-barang yang dibawa Sekar lalu tersenyum miris. Untuk kesekian kalinya ia merasa bersalah pada Sekar.
“Gue cabut dulu,” pamit Citra tak mau berlama-lama di sana, apalagi dengan kehadiran cewek lain yang selama ini menjadi objek kecemburuan sahabatnya.
Walau sebenarnya sangat disayangkan hubungan Sekar dan Zein harus berakhir begitu saja karena bagi Citra, Zein adalah teman yang asik. Namun, begitu mengetahui kelakuannya terhadap Sekar, ia langsung kehilangan respek.
Citra baru akan naik ke atas motornya ketika melihat selembar foto tergeletak di dekat ban. Ia memungutnya dan menghela napas begitu melihat potret Sekar dan Zein. Lantas ia kembali masuk ke dalam untuk memberikan foto tersebut.
Namun ketika ia hampir sampai di kamar Zein, langkahnya terhenti saat ia mendengar sesuatu yang mungkin seharusnya tidak ia dengar.
“Lo yakin mau ngebiarin dia pergi gitu aja tanpa bilang apa-apa? dia cewek yang lo suka kan?”
Ada jeda lama sebelum Zein menjawab dan Citra yang tak sengaja menguping, ikut berdebar menanti jawabannya. Ia hanya berharap orang yang sedang mereka bicarakan bukanlah dirinya.
“Gue nggak bisa. Citra itu temennya Sekar dan gue gak mau ngebebanin dia sama perasaan gue.” Citra melotot begitu mendengar namanya disebut. Jadi, orang yang telah merusak hubungan Zein dan Sekar adalah dirinya? Bukan cewek yang sedang duduk di kamar Zein ataupun cewek-cewek lainnya yang pernah Sekar cemburui?
“Tapi lo kan udah putus sama Sekar. Lagian gue nggak minta lo buat nembak dia, gue cuma pengen lo ngungkapin perasaan lo aja biar lo lega dan gak tertekan terus kaya gini.”
“Gak bisa.”
“Yakin lo nggak akan nyesel? terus gunanya lo putus dari Sekar apa kalau ujung-ujung lo tetep gak berani buat ngungkapin perasaan lo?”
“Gue cuma gak mau Sekar nyia-nyiain perasaannya buat gue dan gue setuju putus sama Sekar karena gue pikir dengan kita putus gue jadi bisa menjauh dari Citra juga karena gue nggak bisa ngehancurin pertemanan mereka dengan ngelarang Sekar ngajauhin Citra. Gue tau mereka sedeket apa dan sejauh ini cuma Citra temen yang Sekar punya.”
“Ck, ribet amat hidup lo. Kalau nanti lo gak bisa ngelupain Citra gimana?”
“Gue—”
“Lo harus ngelupain perasaan lo!” Citra tiba-tiba memunculkan diri membuat kedua orang itu terlonjak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Pieces [𝙴𝙽𝙳]
Ficção GeralIni tentang Sekar dan segala kegalauannya akan sang mantan juga tentang Reno yang datang untuk menolong, tapi malah berakhir jadi yang ditolong. Tentang dua hati yang patah dan dipertemukan untuk saling memperbaiki. Romance | Campus Life Start : 13...