「08」Twin Brothers

2.3K 555 100
                                    

Sekar terbangun dengan badan panas dan wajah pucat pasi. Gara-gara hujan semalam ia jadi demam. Untung saja ini hari minggu jadi dia tidak usah repot-repot pergi ke kampus.

Ketika jarum jam sudah menunjukan angka delapan pagi, Sekar masih terbaring di tempat tidurnya sambil membungkus diri dengan selimut. Kepalanya terasa pening dan tubuhnya lemas tak bertenaga.

“Kar beli sarapan yuk?!” Citra muncul tiba-tiba tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.

“Eh, kenapa lo?” tanya cewek itu lalu mendekat pada Sekar. “Ih lo sakit ya?”

“Cit, titip beli bubur yang deket mesjid boleh nggak? badan gue nggak enak banget.”

“Udah minum obat belum?”

“Belum.”

“Astaga ni anak. Yaudah tunggu bentar gue beliin bubur dulu sama obatnya.” Tanpa menunggu lama Citra langsung menghilang dari kamar Sekar dan kembali setengah jam kemudian.

Begitu ia kembali, Sekar masih di posisi yang sama. “Lo abis ngapain sih sampe sakit segala?”

“Kemarin ujan-ujanan.”

“Ngapain?”

“Pengen aja.”

“Dih, sableng!” Citra membuka meja lipat di atas tempat tidur Sekar lalu meletakan bubur yang baru dibelinya di sana.

“Habisin makanannya, habis itu minum obat.” Sekar menurut tanpa banyak protes. Walau bucin setengah mati, tapi kadang Citra masih care pada dirinya.

“Btw ini apaan Kar?” Citra menunjuk kotak makan di atas meja belajar Sekar.

“Rendang dari nyokap gue. Makan aja Cit kalau mau, tapi diangetin dulu.”

“Yeu si bambang kenapa nggak bilang? gue udah beli soto nih.”

“Lupa.”

“Yaudah gue angetin deh lumayan buat makan siang atau buat nanti malem.” Kemudian Citra meninggalkan kamar Sekar setelah berpesan “Kalau butuh apa-apa panggil gue aja.”

Lantas seharian itu Sekar hanya tiduran di kamarnya. Sesekali Citra datang untuk mengecek keadaan Sekar lalu membiarkan temannya itu beristirahat sampai sore menjelang untuk yang kesekian kalinya Citra mengunjungi kamar Sekar, tapi kali ini sambil membawa kabar yang cukup mengejutkan.

“Kar, ada Zein tuh.”

Kedua mata Sekar yang semula terpejam langsung terbuka lebar. “Zein?” tanyanya memastikan. Takut-takut tadi ia salah dengar, tapi anggukan Citra setelahnya menjawab pertanyaan Sekar.

“Ngapain?”

“Nggak tau.”

“Suruh masuk aja.”

“Oke.” Lalu tak lama kemudian sosok Zein muncul. Citra meninggalkan mereka dan membiarkan pintu kamar Sekar terbuka lebar.

“Ada apa Zein? tumben ke sini.” Sekar memaksakan dirinya bangun dan duduk di atas tempat tidur.

“Lo sakit?” tanya Zein begitu melihat kondisi Sekar serta kool fever yang menempel di kening cewek itu.

“Cuma demam.”

“Udah minum obat?”

“Udah.”

Zein menghela napas panjang. “Pasti kemarin ujan-ujanan?”

“Nggak sengaja,” dusta Sekar.

“Tadi kak Tevin nelpon gue.”

“Hah, ngapain?”

Heart Pieces [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang