Sekar meregangkan kedua tangan begitu keluar dari gedung fakultasnya. Hari terakhir UAS berhasil ia lewati dengan lancar. Sekarang ia hanya tinggal menunggu nilai keluar dan liburan semester sudah ada di depan mata. Semoga saja tidak ada nilai k saat yudisium nanti, karena Sekar malas mengurus hal-hal semacam itu.
Kemudian tanpa bertukar sapa dengan teman-teman jurusannya—yang kemungkinan baru akan bertemu lagi semester depan—Sekar langsung beranjak menuju tempat parkir dan melajukan motornya menuju apartemen kakaknya.
Sudah empat hari ini Sekar ngungsi ke tempat mereka lantaran masih malas berurusan dengan Citra. Bilangnya aja mau fokus UAS dulu, padahal dia belum siap untuk memaafkan ataupun sekadar mencari kebenaran.
Begitu sampai sana, ia menemukan Kevin sedang fokus makan di depan televisi. Melihat penampilannya, Sekar yakin seratus persen bahwa Kevin baru saja bangun tidur setelah semalaman begadang bermain game.
Sekar melemparkan tubuhnya ke atas sofa membuat kakaknya melirik sekilas. “Udah balik lo?” katanya lalu menyuapkan sesendok penuh sereal ke dalam mulutnya.
“Kak Kevin mandi sana, bau banget kaya pembuangan sampah.”
“Kurang ajar!” Kevin mendelik sementara Sekar tertawa.
“Entar pulang kampung bareng nggak kak?” tanya Sekar sembari mengeluarkan botol minum dari dalam tasnya.
“Gue nggak balik dulu deh kayanya semester ini.”
“Lah kenapa?” Sekar meneguk minumamnya selagi menggu jawaban Kevin.
“Mau skripsian.”
Uhuk
Sekar langsung tersedak dan hampir saja menyemburkan sisa air dalam mulutnya.
“Jorok banget lo!”
“Kak Kevin kesambet apa?”
“Apaan?!”
“Tiba-tiba mau ngerjain skripsi.”
“Abis dapet ilham.”
“Alhamdulillah doa aku kekabul.” Kemudian Sekar mendapat lemparan bantal tepat di kepalanya.
“Gak usah bilang siapa-siapa lo awas aja!”
“Idih sok malu-malu kucing, nggak cocok kak.” Sekar tertawa puas meledek kakaknya sebelum ngacir ke kamar Tevin dan meninggalkan Kevin dengan segala umpatannya.
“Dasar adek durhaka lo!” Kevin menekuk wajahnya sebal lalu menghabiskan sisa sereal di mangkuknya hingga tiba-tiba bel apartemennya berbunyi.
“Siapa lagi dah yang datang?!” Dengan kesal Kevin berdiri dan menyeret kakinya untuk membuka pintu apartemen.
Di sana ada seorang cowok yang lebih pendek darinya, berdiri tegap dan mengulum senyum tipis. “Siang bang, Sekarnya ada?”
Kevin bersandar pada daun pintu sambil melipat tangan depan dada dan memasang wajah garang. “Lo siapa?”
“Temennye Sekar.”
“Nama?”
“Reno.”
“Temen kuliah?”
“Iya.”
“Temennya Zein juga?”
Reno mengerjap kemudian menggeleng pelan. “Bukan.”
Kevin berniat untuk mengintrogasi Reno lagi saat teriakan Sekar terdengar dari belakangnya dan berjalan ke arah mereka lalu mendorong Kevin untuk menjauh dari pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Pieces [𝙴𝙽𝙳]
Aktuelle LiteraturIni tentang Sekar dan segala kegalauannya akan sang mantan juga tentang Reno yang datang untuk menolong, tapi malah berakhir jadi yang ditolong. Tentang dua hati yang patah dan dipertemukan untuk saling memperbaiki. Romance | Campus Life Start : 13...