「13」Bukan Mencari Pelarian

2.2K 499 151
                                    

Belakangan ini Citra sering bersikap aneh dan terlihat seperti tengah mencemaskan sesuatu. Pikir Sekar dia sedang ada masalah dengan Surya, kan tidak mungkin dalam sebuah hubungan bakal mulus terus. Pasti sekali dua kali ada saja yang dipermasalahkan.

“Kar, lo tau kan gue sukanya cuma sama Surya?” ujar Citra siang itu. Menodong Sekar yang baru pulang kuliah dengan sebuah pernyataan yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan lagi.

“Kenapa lagi deh lo?” Sekar mengernyit bingung. Ia meletakan tas kuliah di atas kursi lalu membuka bungkus nasi ayam geprek yang tadi dibelinya di jalan pulang.

“Jawab aja!”

“Iya tau!” kata Sekar malas berdebat. Perutnya sedang lapar tak bertenaga.

“Lo juga tau kan gue cinta banget banget banget banget sama Surya?”

“Nggak kebanyakan tu bangetnya? dasar bucin!”

“Iya gue bucinnya Surya.” Sekar bergidik mendengar ucapan Citra. Fix Citra kehilangan kewarasannya.

“Lo kenapa sih anjir geli banget gue dengernya.”

“Asal lo tau ya Kar, gue nggak akan pernah ngelirik cowok lain selain Surya dan oppa-oppa Korea.”

“Lo lagi ada masalah ya sama Surya? kalian abis berantem?” tanya Sekar tak tahan mendengar bualan Citra perihal cinta.

Omong-omong, ngeri banget ya cinta bisa bikin orang jadi kaya gini, tapi Sekar tidak berhak protes sih soalnya kemarin-kemarin dia juga jadi bego karena mencintai seseorang. Lalu setelah sadar pun, begonya masih tetap saja dilanjutkan manakala ia bertemu kembali dengan sang pujaan hati.

“Pokoknya lo harus tau gue sukanya sama Surya titik.”

“Iya iya serah lo dah,” kata Sekar final sebelum mencuci tangan dan mulai menyantap makan siang sekaligus sarapannya itu.

Sekar pikir Citra sudah mengerti, tapi di hari-hari berikutnya Citra malah semakin menjadi-jadi. Sering kali dia pamer kemesraan di depan Sekar atau sengaja bercerita tentang harinya yang penuh keuwuan bersama Surya.

Sekali dua kali tidak apa-apa, tapi lama-lama Sekar jadi kesal sendiri mendengarnya. Kini Sekar jadi berpikir apa Citra punya dendam kesumat padanya ya atau jangan-jangan Citra sengaja pamer biar jiwa kejombloan Sekar meronta-ronta.

“Iya Cit iya gue tau sekarang lo udah baikan sama Surya, tapi nggak usah dipamerin ke gue mulu dong anjir. Lo mau ngejek gue ya mentang-mentang sekarang gue jomblo?” kata Sekar suatu pagi begitu Citra menyelesaikan ceritanya tentang kencan tadi malam.

“Gue nggak niat pamer kok, lagian apanya yang baikan orang gue sama Surya nggak pernah berantem.”

“Terus yang kemarin-kemarin lo ngerengek bilang cinta mati sama Surya itu buat apa? gue kira lo lagi galau.”

“Nggak, gue cuma mau lo tau aja.”

“HAH?” Sekar auto cengo. “Faedahnya apa njir?”

“Ya siapa tau lo lupa.”

OH, GOD HELP.

Sekar gemas ingin menimpuk Citra dengan modul kuliah yang sedang dipegangnya, tapi tentu saja tidak ia lakukan karena ia tidak mau dituduh sudah melakukan KDP—kekerasan dalam pertemanan—jadi, yang dilakukan Sekar hanya geleng-geleng kepala. Sudah tidak bisa mengerti lagi dengan jalan pikiran Citra. Untuk apa ia repot-repot melakukan semua itu disaat semua orang juga tahu bagaimana bucinnya Citra pada Surya dan bagaimana cowok manis penuh senyuman itu selalu memaklumi semua tingkah aneh Citra.

“Gue nggak sekurang kerjaan itu Cit sampe harus ngikutin perkembangan kebucinan lo sama Surya. Gue juga bukan penulis wattpad yang lagi butuh inspirasi cerita uwu uwu nan menggelikan.”

Heart Pieces [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang