1. Don't Tell Anyone

124 25 0
                                    


~HAPPY READING~

"Stooopppp! Gua turun sini aja Jin" ucap Yeji pada kembarannya.

"Ih kenapa?" Tanya Hyunjin bingung

"Ya lo cari parkir sendiri lah, ntar gua jalannya jauh lagi" ucap Yeji langsung membuka pintu mobilnya.

"Yeeuuu, dikira gua supir pribadi dia kali. Sialan".

Yeji pun langsung berjalan menuju kelasnya, namun belum sampai di kelas perhatiannya tertuju pada kerumunan yang berada di lapangan. Karena penasaran ia langsung menghampirinya. Yeji melihat Siyeon, temannya, berada diantara kerumunan itu, langsung ia menghampiri gadis itu dan bertanya apa yang sedang terjadi.

"Ada apaan Yeon kok rame rame gini?" Tanya Yeji menarik tangan Sihyeon dari kerumunan

"Yiren Ji" ucap Sihyeon dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Yeji mengernyitkan dahinya. "Kenapa tuh anak?".

Sihyeon menatap Yeji tajam. "Bunuh diri dari rooftop".

"HAAAHHH??!!" Ucap Yeji kaget, tubuhnya seketika kaku mendengar ucapan Siyeon. "Ngaco lo Yeon! Jelas jelas semalemm--" ucapnya terpotong.

"Ssttt...!" Ucap Siyeon sembari mengisyaratkan Yeji untuk diam.

Yeji pun diam, karena penasaran dengan ucapan Siyeon lantas ia menerobos kerumunan itu untuk meyakinkan ucapan Siyeon.

Yeji seketika diam, baru pertama kali ia melihat mayat dengan mata kepalanya sendiri, belum lagi keadaan mayat yang sangat mengerikan. Tak lama setelahnya seorang petugas sekolah datang dan menutup mayat tersebut agar tidak dijadikan tontonan oleh murid murid sembari menunggu polisi dan ambulance datang.

Yeji langsung menjauhkan dirinya dari kerumunan itu sembari menarik tangan Siyeon dan membawa temannya itu ke tempat yang sepi.

"Kok bisa gini sih Yeon?? Jelas jelas semalem kita masih ketemu Yiren! Lo, Nancy, sama Lia juga liat kan!" Ucap Yeji panik.

"G-gue gatau Ji, gue gatau" ucap Sihyeon bingung.

Yeji terdiam sebentar, lalu menatap Siyeon serius. "Pokoknya Yeon, anggap kita gak pernah ketemu Yiren semalem, anggap semalem ga ada apa apa!" ucap Yeji dengan napas terengah engah, mungkin masih shock dengan apa yang ia lihat tadi.

Siyeon dengan cepat menjawab ucapan Yeji. "Tapi Ji, pengakuan kita bisa aja penting buat nentuin Yiren beneran bunuh diri atau engga!".

"Yeon! Jelas jelas tuh anak gila, jelas jelas dia bunuh diri. Ngapain sih kita acak acak lagi" ucap Yeji geram.

"Tapi Ji, ini tuh masalah nyawa orang. Kita gak bisa diem aja!". Ucap Siyeon.

Yeji menatap Siyeon kesal. "Lo bego atau apa?! Kalo emang dia gak bunuh diri, terus lo mau apa? Mau tanggung jawab sama kematian dia? Jelas jelas kita gak ada hubungan apapun sama kematian Yiren!".

Siyeon mendadak bungkam dengan ucapan Yeji.

"Pokoknya, lo dengerin gue! Anggep kita gak pernah ketemu Yiren semalem, udah masalah selesai! Cukup lo, gue, Nancy sama Lia yang tau, biar nanti gue yang ngomong sama mereka!" ucap Yeji menatap Siyeon dengan tatapan serius.

***

Keadaan kelas 12 IPA 1 mendadak sepi, tidak seperti biasa. Masing masing dari mereka terlihat sibuk dengan pikirannya masing masing, ada yang hanya merenung, ada yang masih sibuk dengan ponselnya, ada juga yang sedang membaca buku. Mengingat mereka baru saja kehilangan salah satu dari temann kelasnya, mungkin ada rasa kehilangan? Atau mungkin masih shock akan kejadian itu.

Sampai si ketua kelas datang dan masuk ke kelas. wajahnya terlihat sekali menahan kesedihan, tapi sebisa mungkin tak ia tunjukkan pada teman temannya, dengan wajah murungnya ia memberanikan diri berdiri di depan teman temannya.

"Perhatian semuanya" ucap Renjun si ketua kelas, mengalihkan perhatian teman temannya.

Ia menarik napasnya, menguatkan diri sendiri untuk membicarakan hal yang sebenarnya tidak ingin ia bahas. "Gue tau, kita semua lagi berduka. Tapi, buat kepentingan sekolah, dan juga mendiang Yiren, gue mohon kerjasama kalian karena sekolah minta masing masing dari kita buat di interogasi besok siang" ucapnya lemas.

"Tunggu! Interogasi?? Maksud lo, sekolah curiga kalo kematian Yiren ada sangkut pautnya sama kita??" tanya seorang siswi heran, bernama Heejin merasa terintimidasi.

"Ckk! Sekolah aja tau kalo Yiren itu bunuh diri, bahkan mereka nemuin surat bunuh dirinya Yiren" ucap Hwall dengan sinis.

"Iya! Dan waktu kematian Yiren itu antara jam 9-11 malam. Gak mungkin ada murid yang masih di sekolah kecuali kalo emang mereka niat bunuh diri di sekolah!" ucap Sunwoo dengan nada yang lebih sinis. Masalahnya, ia sempat mendengar polisi tadi menyebutkan perkiraan waktu kematian Yiren.

Seorang siswi menatap Sunwoo tak suka. "Sunwoo! Jaga ucapan lo, ga pantes lo ngomong kayak gitu sama orang yang udah gak ada" ucap Eunbin kesal mendengar omongan Sunwoo.

Renjun semakin dibuat kesal dengan teman temannya. Bahkan disaat seperti ini saja mereka masih sempat berdebat. "Udah stop jangan ribut!" teriak Renjun kesal. "Gue tau sebagian dari kalian mungkin mikir kalo kasus ini tuh ga penting! Tapi gimana pun Yiren itu bagian dari kita, dan sekolah cuman mau mastiin apa Yiren bener bener bunuh diri atau engga!!" ucap Renjun dengan nada tegas. "Jadi gue mohon sama kalian semua yang masih punya hati nurani ikutin prosedur yang ada. Terima kasih!" ucap Renjun final.

Mendengar ucapan Renjun yang terdengar sangat kesal, maka tidak ada satupun dari mereka yang berani menyela ucapan si ketua kelas.

Namun, di sisi lain ada seorang siswi yang sedari tadi gelisah, tangannya gemetar dan juga jantungnya yang berdegup kencang. "Gak! Yiren gak mungkin mati gara gara gue" batinnya dalam hati.

Jinyoung melihat sahabat sekaligus teman sebangkunya, Renjun, terlihat sangat rapuh atas kejadian yang ada, lantas ia berdiri dari bangkunya dan menatap teman temannya. "Buat kalian semua, gue mohon luangin waktu abis pulang sekolah untuk ke tempat peristirahatan terakhir Yiren. Kita hormatin keluarga yang ditinggalkan dengan pergi kesana" ucap Jinyoung selaku wakil ketua kelas.

"Jadi Yiren di makamin disini? Bukan di Cina?" tanya Chaeyeon.

Jinyoung hanya mengangguk.


-

-

-

-

-

-


sangat menerima kritik dan saran kok hehee 😆😆😆

Class of Bullshit | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang