(:)

80 10 0
                                    

Sudah 4 bulan semenjak kejadian itu, tersangka sementara tetaplah Sirius Black. Sang kapten dari Gryffindor, sudah sembuh (sepertinya).

Saat itu pertandingan Quidditch antara Gryffindor dan Hufflepuff.
Akhirnya detensiku berakhir juga hari ini!
Aku merapikan sapu para pemain (untuk yang terakhir kali, yes!). Kulihat Harry dan kawan kawan mengambil sapu mereka masing masing.

Aku akhirnya memutuskan untuk melihatnya dari tenda pemain saja untuk yang pertama dan terakhir kalinya, aku dapat melihat Pansy dan Draco menatapku, tersenyum.



















" Aresto Momentum! "


































"Hufflepuff berhasil mendapatkan Golden Snitch!"
















































Semua pemain Hufflepuff satu per satu para pemain memasuki tenda pemain.

" Cedric, selamat! Kau berhasil" Ucapku, tersenyum.

" Terimakasih, Aly! " Sambil memelukku seperti seorang kakak.













Tibalah pemain Gryffindor datang satu per satu kedalam tenda.








Aku datang kepada Fred dan George.

" Hey, kalian apakah Harry dibawa ke Hospital Wings atau ke St. Mugos? "

" Nona, dia memang terjatuh ribuan kaki dari tanah, namun dia masih bisa ditangani di Hospital Wings." Kata George santai.

" Baiklah, terimakasih George dan Fred !"  Ucapku berterimakasih.








Aku dalam perjalanan selesai menjenguk Harry di Hospital Wings sekilas saja, (agar Draco tidak memarahiku seharian).

Mataku menangkap seorang lelaki memakai seragam Quidditch dari Gryffindor menuju...





















Kamar mandi perempuan lantai 2?!

Apa dia menemui Moaning Myrtle?

Jiwa ke ingin tahuan ku membawaku kesana.

Aku mendengar seseorang menangis.
Suaranya seperti seorang lelaki.
Dan ia menangis lumayan keras.
Kucoba dekatkan diriku kearah sumber suara.





















Oliver Wood .










" He's crying uglily because 'he lost the quidditch match'  right now, HAHAHA"
Ucap Moaning Myrtle dengan suara khasnya lalu menghilang.






















Aku mendekatkan diri kepadanya.

Demi Merlin, dia berteriak keras sekali!

Kulihat telapak tangannya belum sembuh dan ditambah ia menggoreskannya dengan sesuatu yang ia pegang.

Entah perasaan dari mana, aku langsung menghampirinya. Dia sedikit terkejut, lalu aku mengambil tangannya, mengambil kapas, kain kassa dan alkohol di dalam tas ku.




















Ia hanya diam, tidak berbicara, tumben.

Lanjut aku mengobati tangannya yang luka dan basah itu, ia tetap diam dengan keran yang masih menyala membasahinya.

" Tidak baik kau melampiaskan kekesalanmu ke tubuhmu sendiri, kapten" Ucapku tak menoleh sembari mengobati lukanya.

Ia hanya mengangkat kepalanya.

" Aku tahu kau bertanya tanya kenapa aku kesini, akupun tak tahu. Jadi, jangan tanyakan padaku" Ucapku (lagi lagi) tak menoleh hanya fokus mengobati luka.

" Kenapa kau mengobatiku? " Ucapnya buka suara

" Karena aku punya rasa kemanusiaan, tidak sepertimu." Ucapku fokus kepada lukanya yang lumayan parah.



" Malfoy, Aren't you? "

" Clearly, I think "





" Lalu, kenapa kau membantu seorang yang jelas jelas dimusuhi asramamu dan juga berbeda darah darimu."

" Kurasa, asramamu tidak seburuk itu, akupun sudah meminta pertimbangan Draco, dan dia bilang apapun yang membuatku senang dia tidak masalah selama itu masih baik "

"Aku baru tahu bahwa kau Half- Blood " Sambungku menoleh kepadanya.

" Lagian, aku tidak membantumu. Aku hanya kasihan kepadamu, sangat jarang aku melihat seseorang sepertimu. Egois, tidak bisa mengukur dirinya sendiri dan sangat ber ambisi yang merugikan orang lain. Bahkan Tom Riddle saja yang dari Slytherin tidak - " Ucapanku yang dipotong olehnya

" Shh sudah kau jangan tambah membuat aku semakin terpuruk " Ucapnya sambil sedikit menunduk.


Lah, apakah benar ini si Oliver Wood?  Yang biasanya angkuh, sombong dan hanya peduli dengan permainan Quidditch nya menjadi sangat.....











Lemah.

Dia menunjukan sisi lemahnya.



















" Maaf, aku tak bermaksud berkata seperti itu." Ucapku menyesal.

" Kau, lukamu lumayan parah, ditambah kau melukainya lagi dengan benda itu " Sambil menunjuk benda tajam di tangannya.















" Ahahahah, dia sudah sering seperti itu, sejak tahun dia menjadi kapten Quidd- itchhhh AHHAHAHAHA"  Tiba Tiba Moaning Myrtle entah datang darimana.









Aku menoleh kearah sumber suara, lalu menoleh ke wajah sang kapten yang akhirnya aku menyadari wajah dan badannya yang basah dan matanya sembab.


" Hey! Kemana sang kapten yang di cap angkuh itu? " Ucapku

" Dengar, kau boleh bersedih, menangis sepuasmu, berteriak. Tapi, self-harm itu tak baik, Wood. " Ucapku layaknya seorang teman.

Dia hanya menunduk.

" Sepertinya sudah selesai, lanjutkan lah menangismu itu." Ucapku merapikan dan menggendong tas kecil ku.

" Hey, berjanji lah kau tidak membocorkan kejadian ini pada yang lain terutama teman se asramaku. " Ucapnya.



Aku tersenyum tipis.



"Aku tak seburuk apa yang kau pikirkan, tuan" Ucapku seraya berjalan ke pintu keluar.

Aku menutup pintu kamar mandi itu dan pergi ke asramaku.
















Blood. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang