Maaf...

3.5K 343 34
                                    


Karna yg kemaren sepi, aku jadi bikinnya sedikit sekarang.
Mungkin kalian udah mulai bosen karena udah terlalu lama cerita ini publish tapi gak selesai-selesai.
Maaf... 😔


.
.
.
.



"Hiks hiks.. kenapa..."



Irama itu, Jimin mengetahuinya dengan baik. Irama yg pernah ia dengar dari seseorang. Irama yg saat itu dibilang masih dalam proses penentuan lirik. Dan, satu yg alasan yg selalu membuat Jimin tersenyum bahagia, irama itu diciptakan khusus untuknya.


"Lagu ini.." Tangan menutup rapat bibir yg terus bergetar. Menahan agar isakan tidak semakin kencang. Jangan tanyakan bagaimana keadaannya saat ini, sama kacaunya dengan airmata yg mengalir tidak karuan.



Setelah cukup lama, suara aluna piano berhenti sejak. Dilanjutkan nada lain yg tidak Jimin tahu. Nada yg sangat kental akan perasaan sedih, kehilangan, hancur, entahnya...hanya saja memdengarnya sungguh sangat menyayat hati.


Kali ini berbeda, alusan piano diikuti suara merdu yg sangat Jimin kenal siapa pemiliknya. Suara milik seseorang yg memberinya kebahagiaan dan kesedihan sekaligus, seseorang yg sudah menjungkir balikkan dunianya.

amugeotdo saenggakhaji ma
neon amu maldo kkeonaejido ma
geunyang naege useojwo

nan ajikdo mitgijiga anha
i modeun ge da kkumin geot gata
sarajiryeo hajima

Is it true? Is it true?
You You
neomu areumdawo duryeowo


Untrue Untrue
You You You

Gyeote meomulleojullae
naege yaksokhaejullae
son daemyeon naragalkka buseojilkka
geobna geobna geobna

Siganeul meomchullae
i sungani jinamyeon
eobseotdeon iri doelkka
neol irheulkka
geobna geobna geobna


Butterfly, like a Butterfly
machi Butterfly, bubutterfly cheoreom
Butterfly, like a butterfly
machi Butterfly, bu butterfly cheoreom





"Apa maksudnya ini hiks?!" Mata sembab itu menatap tajam, kekecewa tersirat dalam tatapannya.


Pria itu, pria yg baru saja muncul dari balik benda besar penghasil suara indah berjalan mendekat kearah Jimin yg berdiri terpaku.


Kedua pandangan mereka menyatu. Saling terkunci, mencari tahu arti dibalik tatapan pada satu sama lain.
Sebelum akhirnya, tubuh Jimin merasakan hangat. Kehangatan yg sangat dia rindukan.


Hening. Dalam diam Jimin masih mencerna apa yg sedang terjadi. Otaknya kali ini tidak bisa diajak bekerja sama untuk berpikir cepat. Sampai suara berat yg sedikit parau menyapa pendengarannya.



"Aku kangen banget sama kamu."



Bruk



He's My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang