Disclaimer: I do not own Harry Potter or any of it's ideas, themes, characters, books, movies, images, etc.
SOAP OPERA
.
.
.
Draco Malfoy terlihat seperti kerangka berjalan. Tubuhnya sangat kurus sampai kau bisa melihat tulang yang tercetak jelas di kulitnya yang tipis. Dagu dan tulang pipinya terlihat lebih tajam. Hermione sempat berpikir, mungkin Draco bisa mengunakan dagunya untuk menggorok leher seseorang. Pikiran liar yang membuatnya tertawa. Haha, bahkan humornya semakin menggelap.
Tak bisa Hermione pungkiri, Draco Malfoy masih memiliki pesonanya sendiri. Mungkin beberapa orang menjauhinya karena status 'ex-Death Eater' yang tak bisa dia hilangkan begitu saja. Tapi, dengan wajah dan aset-aset keluarga Malfoy yang masih dimilikinya, pasti bisa membuat para wanita terpesona. Wanita mana yang tidak tertarik? Oh, ada, ya, dirinya.
Lima bulan berlalu sejak Hermione dan Draco ditempatkan disatu asrama yang sama. Tidak ada hal khusus yang terjadi. Saling tegur sapa jika berpapasan, melakukan tugas sebagai ketua murid bersama (jika ada), sisanya mereka habiskan di kamar masing-masing. Sampai satu malam, Hermione kembali terbangun dari mimpi buruknya dan menemukan Draco yang duduk di sofa di depan perapian yang menyala. Awalnya canggung, sampai Draco berinisiatif mengajak Hermione mengobrol bersama. Anehnya, Hermione mengiyakan.
Pembicaraan mereka dimulai dengan pertanyaan ringan tentang teman dan keluarga, kemudian mereka akan tertawa ketika menemukan hal lucu dalam cerita mereka. Lama-kelamaan ini menjadi rutinitas yang mereka lakukan setiap malam, bercerita tentang banyak hal. Bahkan tentang Filch yang terpeleset di koridor pagi tadi.
Mereka mulai terbuka satu sama lain, bahkan saling ejek. Ejekan yang membuat keduanya adu mulut sampai salah satu mengalah dan berakhir dengan pukulan persahabatan. Hermione tidak suka dengan aturan itu, dia kan perempuan, tapi Draco memukulnya (di lengan) seperti memukul seorang laki-laki. Hermione pernah sampai menangis karena pukulan Draco. Akhirnya, aturan tentang pukulan persahabatan itupun ditiadakan.
Dari perbincangan mereka, Hermione menjadi tahu apa saja yang sudah dilalui Draco selama ini. Dari hadiah yang diterimanya setiap Natal, didikan keras ayahnya, sampai siksaan yang harus diterimanya dari Voldemort. Fisik dan mentalnya hancur, Hermione tahu. Draco juga berterimakasih pada Hermione untuk keringanan hukuman yang harus diterima keluarganya.
Berkat kesaksian Hermione dan Harry, Draco tidak dijebloskan ke Azkaban, keluarganya hanya harus memberikan setengah dari harta dan aset yang dimiliki keluarga Malfoy ke Kementerian Sihir, Narcissa Malfoy hanya harus menjadi tahanan rumah selama 10 tahun, sedangkan Lucius Malfoy harus dikurung di Azkaban selama 3 tahun dan menjadi tahanan rumah selama 12 tahun. Hukuman yang diterima keluarganya terbilang ringan daripada hukuman yang diberikan pada pengikut setia Voldemort lainnya. Hermione juga akhirnya sering berbalas surat dengan Narcissa karena Draco mengatakan jika ibunya itu kesepian di manornya yang besar.
Teman? Apa mereka bisa dianggap teman? Biarkan orang lain yang menilai. Setidaknya mereka merasa nyaman dalam dunia yang mereka buat. Insomnia karena dihantui mimpi-mimpi buruk adalah persamaan yang dimiliki keduanya. Namun entah bagaimana, Hermione bisa tidur akhir-akhir ini. Malam penat karena insomnianya berkurang dan mimpi buruknya juga mengabur, lebih seperti melihat gambaran dari balik kaca buram. Apa otaknya akhirnya kelelahan mencerna lelucon aneh Draco? Atau jeritan (nyanyian) serak Filch yang lebih mengganggu dari rengekan Myrtle Merana mulai merusak sistem otaknya? Apapun alasannya, Hermione sangat bersyukur untuk itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Soap Opera
FanfictionHermione and Draco are just two broken pieces glued together by a string called fate. Is it a blessing or a curse? What kind of soap opera is this?