Disclaimer: I do not own Harry Potter or any of it's ideas, themes, characters, books, movies, images, etc.
SOAP OPERA
.
.
.
"Good morning, father, mother," sapa Draco pada kedua orang tuanya yang sudah duduk di kursi ruang makan, menunggunya untuk sarapan.
"Kau pulang larut tadi malam, Draco?," tanya Narcissa sambil mengambil serbet dan meletakkannya di atas pangkuan.
"Yes, mother. I'm sorry," ucap Draco lemah, sambil duduk berhadapan dengan ibunya.
Narcissa yang sedang meminta peri rumah untuk membawakan makanan, segera mengalihkan perhatiannya pada sang putra semata wayang, kemudian bertanya, "Kenapa kau meminta maaf? Apa sesuatu terjadi semalam?,"
Draco menatap ibunya ragu, kemudian berganti menatap ayahnya yang duduk di ujung meja sebelah kanannya, "Aku akan mengatakannya setelah sarapan,"
Dahi Narcissa mengerut, tapi sang suamilah yang menyuarakan isi hatinya, "Kau tahu ibumu tidak suka dibuat penasaran, Draco," ucap Lucius dan sang istri mengangguk setuju.
"But I don't want to start a morning drama," Draco menatap sup di hadapannya tanpa selera.
Narcissa menyipitkan matanya, "What drama are you talking about?," nada suaranya tajam menuntut. Dia paling tidak suka mendengar kabar buruk di pagi hari karena itu akan merusak suasana hatinya seharian.
Draco mencoba mengalihkan tatapanya dari sang ibu, "I think, after breakfast—"
"Draco," Narcissa memotong perkataan Draco dengan suara yang terdengar lembut, tapi Draco tahu, nada suara itu yang selalu digunakan ibunya saat menahan amarah. Draco menyebutnya: 'Tahap 1'.
Mulut Draco terbuka dan tertutup, gugup untuk mengatakan pada kedua orang tuanya tentang apa yang terjadi semalam. Bodohnya dia menganggap ini akan semudah menaiki sapu terbang. Nyalinya menciut setelah berhadapan dengan Lucius dan Narcissa secara langsung. Tapi cepat atau lambat, kedua orang tuanya harus tahu. Dan semakin ditunda, justru akan semakin buruk.
Draco mengumpulkan seluruh keberaniannya dan membayangkan wajah lucu Scorpius yang tersenyum ke arahnya. Kemudian setelah mengambil napas dalam-dalam, dia berkata, "I have a son,"
Suasana ruang makan hening seketika. Narcissa mengerjabkan matanya beberapa kali, sementara Lucius menghentikan gerak sendok yang sudah sampai di depan mulutnya yang menganga.
"Draco, can you say it on more time? I think I heard it wrong," ujar Narcissa mencoba mencari kebohongan dari perkataan anaknya.
Draco menegakkan punggungnya, lalu berkata, "Father, mother, I have a son," ulangnya dengan lebih tegas.
"LUCIUS, NO!," Narcissa mencoba menahan tangan Lucius yang sudah mencengkram kerah kemeja Draco dan memaksanya berdiri di hadapannya.
"You've cross your line, Draco! I had spoken in nothing for all your adventure time with every witch in this Wizarding World, but now, a can't tolerate it anymore!," desis Lucius tepat di depan wajah Draco.
"I said it because I want to take responsibility for it," jawab Draco tanpa ragu membalas teriakan sang ayah.
"Draco..." Narcissa memijat pelipisnya yang terasa pening, raut wajahnya tampak kecewa. Lucius segera melepaskan cengkramannya pada kerah Draco dan menangkap tubuh istrinya yang terlihat lemas seperti ingin pingsan.
Meskipun banyak orang yang sudah berpandangan modern terhadap sex, masih banyak pula yang punya pemikiran kolot terhadap orang-orang yang sudah pernah melakukan hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan. Narcissa bukan tipe orang tua seperti itu. Lagipula dia tahu, hasrat seksual seseorang tidak mudah untuk dibendung (apalagi bagi kaum pria dalam keluarga Malfoy, well she knows from the fact a.k.a Lucius himself). Jadi, Narcissa tidak pernah mengganggap hal itu tabu, ditambah lagi, dia sangat percaya pada Draco. Dia percaya bahwa anaknya tidak akan pernah mempermalukan nama keluarganya. Tapi ini...
Tidak peduli hubungan itu terjadi secara sadar atau pun tidak, mereka akan tetap dicap negatif. Sudah berat Narcissa menanggung beban menjadi bahan pergunjingan untuk perbuatan Lucius di masa lalu. Dan sekarang, sang anak tercinta ingin menambahkan beban yang sudah dia pikul dengan susah payah. Rasanya umur Narcissa berkurang beberapa tahun dalam hitungan detik.
"Mother, he is wonderful. You have to meet him," Draco mencoba menggapai tangan Narcissa, tapi ditepis oleh Lucius yang menuntun ibunya untuk duduk kembali.
Raut wajah Narcissa terlihat sangat terpukul, "I know he'll be wonderful, Draco. But... who is the child's mother? Who is she? I thought you went to Hermione's house last night," ucapnya lemah.
"Yes, who is that poor women?," tanya Lucius yang berlutut di samping Narcissa sambil menenangkannya.
"It's Hermione. Hermione Granger,"
"Son—" mata Lucius melirik Draco, menatapnya tak percaya.
"Don't judge her because she is a muggleborn, father,"
"I'm not judging her—"
"Is... Hermione really the mother?," tanya Narcissa yang berubah antusias.
"Yes, she is,"
.
.
.
tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Soap Opera
FanfictionHermione and Draco are just two broken pieces glued together by a string called fate. Is it a blessing or a curse? What kind of soap opera is this?